RANCANGANKU BUKANLAH
RANCANGANMU
( Bacaan :
Yesaya 55:8-9 )
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Ada dua orang pemburu yang sementara
menyeret seekor rusa hasil buruan ke tempat di mana mereka menaruh truk yang
akan dipakai untuk kembali ke rumah. Setelah beberapa lamanya menyeret rusa
mereka, kedua pemburu ini kemudian bertemu dengan pemburu lain
yang juga
sementara berburu tapi mereka belum mendapatkan hasil. Pemburu yang belum
mendapatkan hasil ini kemudian berkata kepada mereka “ saya tidak bermaksud
untuk mendikte atau mengajar, tapi saya pikir, kalian akan lebih muda menyeret
rusa itu dengan arah yang berlawanan sehingga tanduknya tidak tertancap ke
tanah”. Setelah si pemburu pergi, keduanya memutuskan untuk mencoba menggunakan
cara yang disarankannya. Setelah berjalan beberapa saat, yang seorang berkata
kepada yang lainnya, “apa yang disarankan orang itu sangat tepat, cara ini
lebih muda dari cara yang pertama karena tanduk rusa kita tidak lagi
tertancap-tancap ke tanah”. Lalu rekannya menimpali “ya, dia memang benar… tapi
sayangnya cara yang dia tawarkan itu, membuat kita semakin menjauh dari truk
untuk pulang ke rumah karena kita salah arah”.
Mungkin ada di antara kita yang
hadir yang menertawai tindakan dua pemburu tadi. Bahkan tidak menutup
kemungkinan, kita mengatakan dalam hati jika mereka sangat tolol dan tidak
menggunakan pikirannya ketika mereka diberitahu oleh si pemburu yang lain tadi.
Apapun pendapat dan tanggapan kita terhadap cerita tersebut, mudah-mudahan kita
semua bisa melihat cerita ini, sebagai salah satu cerita yang mengemukakan
sebuah fakta kehidupan kita, mengenai terlalu seringnya kita kehilangan arah
yang jelas hanya karena terlalu banyak mendengarkan apa kata orang. Tidak
jarang kita kehilangan tujuan karena hanya mau mengalami hal yang baik dan
mudah-mudah saja seperti yang dialami oleh kedua pemburu tadi. Hanya karena
tanduk rusa mereka yang selalu tersangkut karena cara mereka menyeret yang
salah, lalu kemudian dipengaruhi oleh orang lain, akhirnya mereka mendengarkan
orang lain yang sebenarnya bukanlah ajaran yang benar, malah sebaliknya membawa
mereka semakin jauh dari tujuan semula.
Situasi seperti ini bukanlah hal baru
bagi kedua pemburu tadi dan mungkin juga bagi kita semua. Situasi seperti ini
juga pernah terjadi dalam Alkitab, bahkan itu terjadi atau dialami oleh bangsa
pilihan Allah. Di balik seruan nabi Yesaya tentang apa yang tadi kita baca: “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan
jalan-Ku bukanlah jalanmu”, ada sebuah fakta sejarah yang sangat menarik
dan berharga untuk dijadikan pengajaran bagi kita semua. Kitab nabi Yesaya
merupakan salah satu kitab nabi besar selain Yeremia, Yeheskiel dan Daniel yang
di dalamnya memberi gambaran tentang perjalanan Israel dalam beberapa bagian.
Pada pasal 1-39, kitab ini memberi kita gambaran tentang bagaimana nabi Yesaya
bernubuat akan malapetaka yang akan terjadi menimpa Yehuda dan Israel, yang
hidup dalam kebobrokan moral dan kemerosotan agama, karena telah hidup jauh
dari perintah dan kehendak Tuhan, melainkan hidup menurut apa kata raja dan
orang-orang di sekitar mereka. Sedangkan bagian selanjutnya, yakni pasal 40-60,
memberikan gambaran tentang situasi yang dialami Israel dan Yehuda di
pembuangan, serta nubuat akan kelepasan yang akan dinyatakan Allah pada
masanya. Bagian bacaan kita hari ini dari Yesaya 55:8-9, masuk dalam bagian
kedua yang menceriterakan tentang keadaan Israel dan Yehuda di pembuangan,
serta berita akan tibanya kelepasan dari orang yang diurapi Tuhan (Mesias).
Menjadi pertanyaan bagi kita semua, apa yang menyebabkan Israel ditawan ke
pembuangan? Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan. Namun apapun penyebabnya,
semua penyebab itu mengerucut pada satu poin mendasar, yakni: “karena mereka
telah hidup jauh dari Tuhan dan menuruti kehendak mereka sendiri”. Alhasil,
sikap ini pada akhirnya membawa malapetaka pada diri mereka. Mengapa mereka
meninggalkan Tuhan dan jalan yang selama ini menjadi jalan kebaikan mereka? Itu
karena pemimpin mereka, entah sebagai pemimpin pemerintahan dan pemimpin agama,
tidak lagi mendengarkan suara Tuhan yang telah menuntun, membimbing serta
mengarahkan mereka, tapi justru mendengarkan suara dari bangsa-bangsa di
sekitar mereka yang tidak hidup di dalam Tuhan.
Pada saat mereka telah meninggalkan
Tuhan dan perintahnya, pada saat itulah, mereka telah berpaling dari Allah dan
sekaligus berbalik arah dari jalan yang selama ini mereka lalui. Konsekuensi
dari pembangkangan Israel itu, Tuhan pun murka dan mengambil sikap terhadap
Israel. Allah, dengan menggunakan perantaraan bangsa lain menyatakan
“pengajaran-Nya” kepada Israel, dengan mendatangkan Asyur menawan Israel, serta
Babel untuk menawan Yehuda. Dalam masa pembuangan itu pun, Israel tetap saja
merasa tidak bersalah, malah sebalikanya, mereka masih saja menyalahkan Tuhan
atas apa yang mereka alami. Namun pada akhirnya, mereka menyadari jika apa yang
mereka alami, bukanlah sebuah hal yang buruk dari Tuhan. Dalam suasana
kesadaran itulah, nabi Yesaya datang dan menyampaikan pesan Tuhan tentang apa
yang dialami oleh Israel itu adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga dari
Tuhan. Karena itulah bacaan kita berbunyi “sebab rancangan-Ku bukanlah
rancanganmu”. Ya, rancangan yang Tuhan sediakan bagi Israel, adalah rancangan
yang Tuhan buat untuk kebaikan Israel. Meskipun mungkin itu adalah sebuah
rancangan yang di dalamnya ada pergumulan dan penderitaan, yakni, mereka harus
ditawan ke bangsa Asyur dan Babel, tapi itu adalah rencana yang mulia dari
Tuhan bagi Israel yang pernah hidup jauh dari Tuhan. Seperti tingginya langit
dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu. Ya, jalan Tuhan kadang
tak terselami. Ada banyak hal yang tidak dimengerti oleh Israel ketika Tuhan
“membuang” Israel ke Asyur dan Babel. Namun pada akhirnya, rencana dan
rancangan Tuhan inilah yang terbaik bagi Israel. Tuhan mengizinkan itu terjadi
agar Israel kemudian menyadari akan kesalahan yang pernah dibuat oleh para
nenek moyang mereka yang telah memberontak dan membelakangi Tuhan. Di balik
rancangan pembuangan Israel tersebut, ada rencana indah lainnya yang Tuhan
sediakan bagi mereka. Kita dapat membayangkan, akan apa jadinya Israel jika
Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk mengalami hal itu. Yang pasti bagi kita
semua bahwa, rancangan, rencana dan jalan Tuhan itu, pada akhirnya akan
mendatangkan kebaikan, meskipun kita mungkin
sementara mengalami hal-hal yang sulit dalam hidup.
Saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan,
Setiap kita yang hadir saat ini,
pasti memiliki impian dan cita-cita yang telah kita tanamkan semenjak kita
kecil hingga hari ini. Dan sangat wajar, jika semua kita yang hadir, berharap
agar setiap cita-cita dan impian tersebut bisa tercapai. Nah, untuk mencapai
cita-cita tersebut, setiap orang mesti memiliki rencana dan tahapan-tahapan
yang ditetapkan dalam rangka mencapai cita-cita tersebut. Dalam bahasa yang
lebih sederhana, kita kemudian menetapkan rencana-rencana yang diharapakan
dapat membawa kita pada cita-cita yang diharapakan. Namun tidak dapat
disangkali, jika kita sering menghadapi berbagai persoalan dan pengujian, yang
kadang-kadang membuat kita merasa ditinggalkan. Terlalu sering kita merasa,
Tuhan telah membiarkan kehidupan kita, karena yang kita alami itu adalah
hal-hal yang sulit saja. Persoalan datang silih berganti. Ada masalah pribadi,
ada masalah keuangan, ada masalah keluarga, ada masalah pekerjaan, dan
masalah-masalah lain yang sering membuat kita sepertinya sudah mau menyerah
dengan keadaan yang kita alami. Namun, melalui bacaan kita hari ini, kita semua
telah diajar bahwa, setiap hal yang kita alami dalam hidup, itu adalah bagian
dari pembelajaran dan pengajaran yang Tuhan
berikan kepada kita. Mungkin sekarang kita lagi berada dalam multi krisis
yang semakin menghimpit kehidupan. Jangan menyalahkan siapa-siapa untuk
peristiwa tersebut. Tapi mari berusaha untuk mengevaluasi kehidupan kita
belakangan ini di hadapan Tuhan. Terkadang kita melakukan kesalahan dan
meninggalkan Tuhan, tapi justru kita merasa tidak bersalah, dan berbalik “menyerang”
Tuhan atas persoalan yang dialami. Terlalu sering kita menuduh Tuhan, jika Dia
tidak peduli lagi pada kita, padahal justru kita yang tidak lagi peduli kepada
Dia. Dalam situasi seprti itulah, Tuhan selalu datang dan memakai situasi itu
untuk dijadikan hal yang baik bagi umat-Nya. Setiap rancangan dan rencana kita,
sudah disampaikan kepada Tuhan di dalam doa. Yakinlah, bahwa setiap permohonan
itu, jika Tuhan berkati akan diberikan oleh Dia, tepat pada waktunya. Namun, pada saat yang sama, kita harus
menyadari, jika Tuhan pun memiliki rencana dan rancangan yang indah bagi kita
semua. Mungkin, rencana dan rancangan-Nya itu, agak berat untuk kita lalui dan
jalani, namun Tuhan memperkenankan itu agar kita menjadi lebih baik.
saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan,
Mengakhiri
renungan kita hari ini, berikut ada sebuah kisah tentang cangkir yang sangat
cantik. Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari
hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir
yang cantik "Lihat cangkir itu," kata si oma kepada suaminya.
"Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si
opa. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud
berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, tapi perlu diketahui bahwa aku
dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah
seonggok tanah 
No comments:
Post a Comment