PERINTAH
ALLAH DALAM PERNIKAHAN
(Efesus 5:22-28)
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan,

Ada begitu
banyak perintah Tuhan yang dijabarkan dalam Alkitab sebagai tugas panggilan
bagi manusia untuk dilakukan demi pencapaian tujuan di balik rencana Allah.
Salah satunya adalah melalui tanggungjawab suami dan istri dalam sebuah ikatan pernikahan.
Sebelum melaksanakan pelayanan
pemberkatan nikah, biasanya majelis gereja memanggil kedua pasangan calon mempelai
mengikuti katekisasi nikah. Dan dalam percakapan tersebut, ada beberapa
pertanyaan yang sering diajukan kepada mereka untuk dijjawab dan digumuli,
antara lain: “Kenapa mereka ingin menikah? Atau apa motivasi mereka menikah? Apa
sesungguhnya tujuan Allah di balik pernikahan? Pertanyaan-pertanyaan ini
kelihatan sepele, tetapi memiliki makna yang begitu dalam. Menjawab pertanyaan
tersebut, tentunya ada berbagai macam argumen penjelasan yang bisa dilontarkan
sebagai jawaban atasnya.
Melalui
pembacaan ini, kita dapat melihat beberapa pokok penting yang perlu kita pahami
dalam kaitannya dengan tanggungjawab di balik pernikahan dalam membangun sebuah
keluarga. Pernikahan adalah relasi dua arah dan seimbang. Kedudukan suami tidak
lebih tinggi daripada istri. Begitu juga kedudukan istri tidak lebih tinggi
daripada suami. Yang satu tidak lengkap tanpa yang lain. Pernikahan adalah
sebuah panggilan bagi masing-masing, suami dan istri, untuk melakukan yang
terbaik bagi pasangannya. Dari bacaan kita, setidaknya ada dua (2)
hal sebagai perintah dari Allah yang dapat kita renungkan dan praktekkan
sebagai kunci keberhasilan dalam membangun sebuah pernikahan kudus:
Perintah
untuk tunduk kepada suami
Apa yang mendasari sehingga
istri harus tunduk kepada suaminya? Apakah makna sesungguhnya dari kata
‘tunduk’ di sini? Tunduk adalah syarat keanggotaan dalam suatu persekutuan,
termasuk persekutuan dalam keluarga. Tanpa ketundukan, mustahil tercipta
kerukunan, ketertiban dan keharmonisan. Tunduk adalah perintah yang Tuhan
berikan kepada istri agar dapat menghargai peran suami selaku imam dan pemimpin
dalam rumah-tangga. Hanya dengan menerapkan sikap ini hubungan keduanya akan senantiasa
langgeng. Tunduk tidak berarti tidak berpendapat, namun lebih pada
pengertian menaruh rasa hormat. Sebab pernikahan sejati adalah sebuah penyatuan
antara laki-laki dan perempuan; lahir dan batin.
Istri tunduk kepada suami
bukan berarti istri boleh diperlakukan sewenang-wenang oleh suaminya, melainkan
sebuah cerminan kasih dan penjabaran dari ketaatan kepada Tuhan. Sebab jika
seseorang istri tidak tunduk kepada suami sebagai wakil Tuhan maka otomatis hidupnya akan kacau
dan tidak memiliki tujuan.
Perintah
untuk Mengasihi istri
Allah telah
menetapkan keluarga sebagai kesatuan dasar sebuah masyarakat. Setiap keluarga
harus mempunyai seorang pemimpin. Dalam Alkitab, suami adalah pemimpin di dalam
rumah-tangganya, dan ia berkewajiban untuk mengasihi istri dan anak-anaknya.
Hal ini adalah sebuah tanggungjawab dari Allah. Oleh karena itu, sifatnya mutlak
dan bukan sebuah pilihan. Seorang laki-laki yang baru menikah tidak dalam
posisi dimana ia bisa memilih apakah ia ingin mengasihi istrinya atau tidak.
Dia harus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri, sesuai dengan firman
Tuhan. Tidak ada tawar-menawar. Tidak bisa seorang suami berkata, “Ah,
hari ini saya istrahat untuk mengasihi istri saya.”, atau “Istri
saya hari ini kurang menarik penampilannya, saya malas mengasihi dia hari ini.”
Tidak bisa! Mengasihi adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan karena
merupakan perintah langsung dari Tuhan. Hal yang sama berlaku juga untuk istri
yang telah ditetapkan Tuhan untuk menjadi penopang dan penolong sang suaminya.
Kasih Kristus adalah dasar
yang kuat dalam membangun keutuhan rumah-tangga. Mengasihi adalah kesedian
untuk mau berkorban. Kasih yang sejati selalu ditandai dengan pengorbanan dan
pengabdian yang tulus. Suami yang mengasihi istrinya selalu berusaha
menyenangkan dan membahagiakan istrinya, sesuai dengan prinsip-prinsip
kebenaran firman Tuhan. Suami haruslah memberi perhatian bagi kebutuhan jasmani
maupun kebutuhan rohani istrinya dan anak-anaknya. Tanggungjawabnya yang
pertama adalah mendorong istrinya agar mempunyai hubungan yang baik dengan
Tuhan, tentunya setelah suami mempunyai hubungan yang baik pula dengan Tuhan .
Mengasihi adalah kemampuan
dalam mempertanggungjawabkan kuasa dari Tuhan dengan kerendahan hati (Yoh.
13:3-4). Kekuasaan dalam rumah tangga harus tetap berada pada suami, karena
memang sudah diberikan kepadanya. Tetapi haruslah dirasakan bukan sebagai
haknya, tetapi sebagai kewajibannya. Jangan pernah memikirkan kekuasaan tanpa
memikirkan tanggung jawabnya. Para suami harus membuang keangkuhannya, ego.
Seperti Tuhan Yesus sendiri telah merendahkan diri kepada para murid-Nya.
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan,
Dengan memperhatikan dan mempraktekkan prinsip-prinsip yang
telah diuraikan tersebut,
maka setiap keluarga yang telah diikat dalam sebuah janji pernikahan kudus akan
mengalami pertumbuhan rohani. Pertumbuhan
mengakibatkan seseorang menghasilkan buah-buah yang baik dan memampukan dirinya
untuk kuat menghadapi setiap godaan dan pergumulan.Karena mereka dimampukan
dalam mendengarkan suara Tuhan dan menangkap apa yang Tuhan inginkan untuk
mereka lakukan dalam kehidupan rumah-tangga segenap hidupnya.
Ketika rasa
saling menghormati dan saling mengasihi sungguh-sungguh dinyatakan sebagai karakter
diri dan budaya diri dalam keluarga, maka di situ akan melahirkan kebahagiaan
hidup. Dan ketika kebahagiaan hidup telah dinikmati, berarti Allah telah
dimuliakan dalam rumah tangga tersebut. Itu berarti tujuan di balik rencana dan
rancangan Allah atas pernikahan telah dipenuhi.
Semoga Roh Kudus
memampukan setiap rumah-tangga Kristen untuk senantiasa mau menjadi sarana di
mana Allah hadir menyatakan rencana dan kehendak-Nya. Alangkah indahnya sebuah rumah tangga yang di
dalamnya satu sama lainnya terdorong untuk saling menghormati dan saling melayani
di dalam kasih.
Sebab di mana ada kasih dinyatakan, ke sanalah Tuhan mencurahkan berkat-Nya. Amin!
KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM
ReplyDeleteAssalamualaikum saya atas nama Rany anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih