Tuesday, June 14, 2016

UNGKAPAN SYUKUR YANG SEJATI

UNGKAPAN SYUKUR YANG SEJATI
(Imamat 7:11-13, Roma 12:1-3)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Mengungkapkan rasa syukur  atas berbagai peristiwa penting dan berkesan yang kita alami dalam kehidupan kita, merupakan sebuah sikap hidup yang layak  untuk kita nyatakan selaku orang percaya di hadapan Tuhan. Hal itu kita lakukan sebagai bentuk kesadaran kita tentang keterbatasan kita sebagai manusia, namun kemudian  kita dapat mengalami sesuatu yang mensukacitakan di luar dari batas ketidakmampuan kita, karena kita meyakini bahwa ada  suatu sosok pribadi yang berperan di dalamnya yang memiliki kuasa, yaitu Tuhan. Entah peristiwa itu terjadi dimana kita boleh mengalami tuntunan dan menerima berkat Tuhan dalam usaha dan pekerjaan kita, mengalami kesembuhan dari penyakit yang selama ini kita derita, terluput dari sebuah musibah, mengalami pertambahan umur, mengalami kenaikan pangkat, dan sebagainya. Ada begitu banyak peristiwa penting yang bisa dijadikan sebagai alasan bagi setiap orang untuk menyatakan ungkapan syukurnya kepada Tuhan. Juga, ada begitu banyak cara yang dapat dilakukan oleh setiap orang dalam mengekspresikan rasa syukurnya.
Dalam konteks Perjanjian Lama misalnya, sebelum Allah memperkenalkan diri kepada umat Israel sebagai jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan umat Israel belum mengenal Yesus Kristus secara pribadi, kita menemukan suatu bentuk kebiasaan praktek ucapan syukur yang sering dilakukan oleh umat Israel kepada Allah yang mereka yakini sebagai sumber hidup dan keselamatan mereka. Dalam praktek ini, setiap kali mereka hendak menyatakan rasa syukurnya, mereka harus memberikan suatu korban bakaran bagi Allah, yaitu korban berupa hewan dengan berbagai kelengkapan lainnya ( seperti: sajian roti sesuai dengan ketentuan bentuk olahannya).
Korban syukur dalam perjanjian lama identik dengan memberikan yang terbaik dan sempurna bagi Allah. Yaitu korban yang tak bercacat. Setiap orang yang hendak memberi korban syukur harus dengan kejujuran dan tidak dengan berbohong. Mereka diwajibkan memberi persembahan berdasarkan kemampuan mereka masing-masing, yaitu sesuai berkat Tuhan yang ada padanya. Kalau orang kaya yang sanggup membawa domba, maka yang dibawa haruslah domba, tidak boleh burung tekukur. Mereka melakukan ini semua sebagai wujud ucapan syukur atas karya keselamatan dari Allah yang maha ajaib terjadi dalam kehidupan mereka.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Dalam konteks Perjanjian Baru, kita tidak lagi mempersembahkan korban syukur melalui kurban hewan, tapi kita datang di hadirat Tuhan dengan mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada-Nya. Prinsip ini mengajarkan kita bahwa ibadah syukur yang sejati adalah ibadah secara keseluruhan hidup kita dan secara pribadi kita membawa diri kepada Tuhan. Yang diharapkan oleh Allah adalah kehadiran langsung diri kita di hadirat-Nya. Adapun kalau kita membawa persembahan “materil” dalam setiap ibadah yang kita lakukan, itu adalah bentuk jawaban atas panggilan kita dalam mendukung operasional pelayanan bagi persekutuan hidup di dalam dunia ini bagi kemuliaan Tuhan.
Melaui suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menegaskan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Ini mengajarkan kepada kita bahwa menghitung-hitung berkat Tuhan bukanlah berdasarkan materi semata yang kita terima atau yang bisa kita nikmati, tapi yang utama adalah berdasarkan kualitas penghayatan iman kita mengenai betapa besarnya kasih dan pengorbanan Yesus Kristus yang telah relah mati demi menyelamatkan kita. Itulah berkat yang sesungguhnya. Pengorbanan Yesus telah menjadi jaminan hidup dan sumber berkat dalam menjalani segala tantangan kehidupan di dunia sekarang ini menuju pengharapan kekal di dunia akhirat. Penghayatan demikian akan berdampak pada sebuah kesadaran iman setiap orang untuk senantiasa bertanya pada dirinya; sudah seberapa besar perubahan hidup pada dirinya, keluarganya dan orang-orang disekitarnya karena telah menikmati berkat keselamatan dari Allah di dalam Kristus Yesus.
Dari proses perenungan yang mendalam tentang kasih Allah yang begitu besar dan ajaib, yang telah menjadi korban keselamatan kepada kita, akan menggerakkan kita secara spontan dan tulus datang kepada-Nya membawa kehidupan kita sebagai persembahan syukur melalui puji-pujian dan berbagai bentuk pelayanan dan kesaksian yang bisa kita perankan. Dalam Ibrani 13:15, dikatakan, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”. Dengan mulut kita memuji dan memuliakan nama Tuhan. Hal Ini menjelaskan kepada kita bahwa bersyukur adalah satu nilai ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Jadi, ucapan syukur antara lain diwujudkan dengan puji-pujian. Puji-pujian adalah suatu reaksi iman untuk menyadari dan mengakui kebesaran karya Tuhan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Jika pada saat ini kita boleh berkumpul dalam suasana syukur bersama dengan segenap keluarga di tempat ini, tentunya karena ada begitu banyak peristiwa penting yang membawa kesan yang baik bagi keluarga, dan itulah yang dijadikan alasan oleh keluarga dalam menyatakan ungkapan syukurnya. Namun di balik alasan-alasan tersebut, sebenarnya yang menjadi dasar pokok kita dalam menyatakan ungkapan syukur, tidak lain adalah karena Yesus Kristus telah berkorban demi menyelamatkan kita. Jaminan Keselamatan itulah yang memungkinkan keluarga untuk tetap berharap kepada Tuhan dalam menjalani berbagai rencana dan tantangan kehidupan pada waktu-waktu yang lalu. Dan kasih-setia Tuhan sungguh terbkti. Tuhan boleh menyatakan kemurahan-Nya, menyertai keluarga hingga paa saat ini, bahkan memberinya sukacita; ( pengkhotbah dapat menyebutkan alasan keluarga bersyukur; apakah karena kesuksesan dalam pekerjaan, mengalami pertambahan umur, sembuh dari penyakit, dan sebagainya).
Sangat penting juga untuk kita pahami, bahwa kita mengucap syukur bukan semata-mata karena kita mengalami hal-hal yang kita anggap baik dan menyenangkan, namun terlebih karena kita memiliki Allah yang Mahabaik. Kita mengucap syukur, bukan pula karena pemberian Allah secara materil semata-mata, melainkan karena Allah itu telah memiliki hidup kita seutuhnya dan kita memiliki Dia melalui Yesus Kristus.

Mengucap syukur dalam keadaan baik, tentu semua orang bisa melakukannya. Tetapi mengucap syukur dalam segala hal tidak semua orang bisa melakukannya. Mungkin kita lebih mudah bersungut-sungut dari pada mengucap syukur bila keadaannya kurang baik menurut penilaian kita. Bukan berarti kita mengucap syukur atas malapetaka atau kemalangan yang menimpa kita. kita mengucap syukur bukan pada keadaan yang buruk. Tetapi mengucap syukur kepada Tuhan bahwa sekalipun keadaannya buruk, Dia pasti menolong dan menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita. Bukankah Dia dengan relah telah menjadi korban persembahan menggantikan kita agar kita memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup? Oleh karena itu, mari kita menyembah Dia dengan tubuh kita, bahkan dengan seluruh kehidupan kita. Itulah ibadah kita yang sejati. Itulah ungkapan syukur yang sejati yang dikehendaki oleh Allah. Terpujilah Tuhan. Amin!

1 comment:

  1. KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM

    Assalamualaikum saya atas nama Rany anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih

    ReplyDelete