Thursday, June 4, 2015

KEMATIAN YANG MEMBAWA BERKAT



KEMATIAN YANG MEMBAWA BERKAT
Bacaan : Lukas 23:44-49


                Suatu hari ada sebuah film sinema di TV dan ada satu kalimat yang menarik untuk direnungkan, ketika salah seorang actor dalam film itu meninggal, lalu ada actor lain yang berkata kepada rekannya  “sabar kawan, memang ada obat untuk semua hal kecuali kematian”. Ya, hampir setiap persoalan, setiap tantangan, setiap penyakit yang menghampiri manusia, mereka selalu bisa memikirkan, merencanakan dan menemukan tindakan atau solusi yang tepat untuk paling tidak, dapat mengatasi, mengurangi dan mengobati sakit yang dialami manusia. Tetapi ketika kita berbicara soal kematian, maka sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai hari ini, belum ada orang yang berhasil menemukan obat atau solusi untuk mengatasi datangnya kematian.
Kematian adalah sebuah keniscayaan! Kematian adalah sebuah kepastian! Kematian adalah sebuah keharusan, yang disukai atau tidak, akan dijalani oleh setiap makhluk hidup. Karena itulah setiap manusia memiliki sikap yang berbeda-beda ketika berhadapan dengan maut/kematian. Ada orang yang terlalu takut ketika berhadapan dengan kematian. Ada orang yang sangat cemas dan gelisah ketika berhadapan dengan kematian. Ada pula orang yang khawatir akan datangnya kematian. Namun menarik ketika kita memperhatikan pembacaan kita tadi yang mengisahkan tentang kematian Yesus di salib. Penulis Injil Lukas mengisahkan kematian Yesus yang dimulai dengan fenomena alam yang terjadi menjelang detik kematian Yesus. Dikisahkan bahwa pada sekitar pukul 12.00 siang itu, tiba-tiba terjadi perubahan yang begitu mencolok. Cuaca yang awalnya sangat terang dan begitu cerah, semuanya berubah dalam sekejap dan berganti dengan kegelapan yang menutupi daerah itu selama 3 jam. Apa artinya? Yesus yang disalib itu,  sementara berada pada kondisi yang paling berat sepanjang hidup-Nya, sampai-sampai alam pun merasakan dan “menangis” melihat Yesus yang tidak bersalah harus menanggung dosa dan kesalahan manusia yang memberontak kepada Allah. Tapi tidak cukup sampai di situ, setelah alam menunjukkan “kesedihannya” akan penyaliban Yesus, menyusullah tabir Allah Bait Suci di Yerusalem terbelah jadi dua. Tabir yang membatasi antara ruang maha kudus dengan ruangan umat yang terbelah berarti, batas yang selama ini menjadi pembatas dan jarak bagi manusia, kini telah hilang dengan kematian dan pengorbanan Yesus. Tidak ada lagi “tabir” yang akan menjadi pembatas bagi manusia jika ingin menghadap kepada Allah.
Kematian Yesus telah menghilangkan pembatas antara Allah dan manusia. Kematian Yesus telah menjadi pembebas bagi manusia. Kematian Yesus telah menjadi jalan pembebasan manusia dari kutuk dosa. Kematian Yesus telah menjadi jalan dan jembatan bagi manusia untuk datang kepada Allah. Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia! Tapi dengan kematian Yesus, dimulailah babakan baru dalam sejarah penyelamatan manusia yang ditandai dengan bangkitnya Dia pada hari yang ketiga. Kematian Yesus bukanlah kematian yang biasa, tapi menjadi kematian yang luar biasa untuk menuju penyempurnaan penebusan dosa manusia, ketika Dia menjadi manusia pertama yang bangkit dari mati. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa kematian Yesus telah membawa berkat yang luar biasa kepada manusia. Kematian-Nya bukanlah membawa luka, tapi justru mendatangkan kelegaan. Kematian Yesus menjadi awal bagi kehidupan baru dan bukanlah akhir bagi semuanya, karena dengan kematian-Nya Yesus menuju kemenangan-Nya mengalahkan maut sebagai penggenapan dari tugas dan tanggungjawab-Nya. Kematian-Nya memiliki tujuan yang berarti dan telah meninggalkan teladan bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Yesus tidak hanya meninggalkan teladan hidup selama Dia hidup dan mengajar tentang kerajaan Allah kepada para pengikut-Nya, tapi juga ketika Dia telah digantung di kayu salib dan sesaat menjelang kematian-Nya pun, Dia kembali meninggalkan teladan hidup bagi umat-Nya. Teladan hidup yang bagaimanakah itu? Mari perhatikan ayat 46 bacaan tadi “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring “Ya, Bapa ke dalam tangan-Mu ku serahkan nyawa-Ku”. Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya”. Hidup Yesus adalah hidup yang penuh penyerahan kepada Bapa-Nya. Hidup Yesus adalah hidup yang selalu berjalan dalam cinta kasih Bapa-Nya. Karena itulah sesaat menjelang kematian-Nya pun Dia lakukan dalam penyerahan. Tidak ada bagian dalam hidup Yesus yang tidak ada dalam penyerahan dan karena itulah ketika Dia disalib dan mendekat kematian-Nya, Dia pun masih hidup dalam penyerahan. Dia tidak takut! Dia tidak khawatir! Dia tidak resah dan gelisah akan apa yang sedang dialami-Nya dan akan apa yang akan datang kepada-Nya sesaat lagi. Yesus hidup dalam penyerahan, karena Dia tahu bahwa hanya di dalam Bapa-Nya sajalah, Dia dapat menanggung dan melalui semua yang harus dilalui. Meskipun penderitaan dan kesusahan yang dialami-Nya merupakan penderitaan yang sangat hebat dan kuat, tapi Yesus tetap menjalani itu dan pada akhirnya Ia memperoleh kemenangan karena Dia selalu hidup dalam penyerahan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Inilah renungan penting yang menjadi penguatan bagi kita yang sementara mengalami kesusahan. Semoga kematian orang yang kita cintai ini dapat memberi berkat bagi kita semua. Mungkin di antara kita ada yang bertanya, bagaimana mungkin sebuah kematian yang meninggalkan luka sangat dalam, justru disebut membawa berkat? Bagaimana mungkin sebuah kepedihan yang sangat dalam dapat disebut sebagi sebuah anugerah? Ya, luka yang sangat dalam dan kepedihan yang tak terkirakan itulah yang membawa berkat. Mengapa? Dengan luka dan pedih yang kita rasakan itu, kita diajar untuk menyadari bahwa hidup  ini, tidak hanya dijalani dengan kesenangan. Ada masa di mana suka atau tidak, kita harus melalui dukacita. Dengan kematian orang yang kita kasihi ini, kita kemudian diajari dan disadarkan bahwa umur dan kehidupan manusia itu terbatas. Karena umur kita terbatas, mari pakai hidup ini di dalam kuasa dan penyertaan Tuhan. Dengan kematian orang yang kita kasihi ini, kita diajar dan kembali disadarkan oleh Tuhan bahwa hanya Dialah yang menguasai dan mengatur hidup kita. Dengan kematian orang yang kita kasihi ini kita diajarkan dan disadarkan oleh Tuhan, bahwa kita yang masih hidup memiliki tanggungjawab, untuk tetap melanjutkan teladan-teladan yang baik, yang telah ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi untuk tetap kita pelihara dan kembangkan, dalam rangka hidup yang lebih baik. Dan yang lebih penting dari itu, mari selalu hidup dalam penyerahan total kepada Allah dalam segala hal, seperti yang telah Yesus teladankan kepada kita.
Ada banyak hal yang telah ditinggalkan oleh almarhum/almarhumah sebagai teladan yang akan tersimpan abadi dalam sanubari kita masing-masing, dan menjadi tanggungjawab kita untuk melanjutkan teladan-teladan yang baik itu. Itulah berbagai berkat yang dibawa oleh kematian ketika kita mau memaknainya di dalam Tuhan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Kematian orang yang kita kasihi ini merupakan salah satu peristiwa penting dalam hidup untuk dilalui. Ada banyak hal-hal baik yang telah almarhum/almarhumah wariskan bagi anak cucu dan itulah yang menjadi teladan bagi semua. Orang yang kita kasihi ini telah pergi dan menghadap kepada Bapa Sang empunya kehidupan. Kitalah yang masih tinggal hidup di dunia, bertanggungjawab untuk terus menerus mengisi hidup dengan hal-hal yang baik selama masih ada kesempatan, sampai akhirnya kita meninggalkan dunia ini, sehingga kematian kita bukanlah kematian yang membawa kutuk, melainkan menjadi kematian yang membawa berkat di dalam Tuhan. Apa kita siap? AMIN. (TS)   

No comments:

Post a Comment