KEMATIAN YANG MEMBAWA
BERKAT
Bacaan :
Lukas 23:44-49
Suatu hari ada sebuah film
sinema di TV dan ada satu kalimat yang menarik untuk direnungkan, ketika salah
seorang actor dalam film itu meninggal, lalu ada actor lain yang berkata kepada
rekannya “sabar kawan, memang ada obat untuk semua hal kecuali kematian”.
Ya, hampir setiap persoalan, setiap tantangan, setiap penyakit yang menghampiri
manusia, mereka selalu bisa memikirkan, merencanakan dan menemukan tindakan
atau solusi yang tepat untuk paling tidak, dapat mengatasi, mengurangi dan
mengobati sakit yang dialami manusia. Tetapi ketika kita berbicara soal
kematian, maka sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai hari ini, belum ada
orang yang berhasil menemukan obat atau solusi untuk mengatasi datangnya
kematian.
Kematian adalah sebuah keniscayaan!
Kematian adalah sebuah kepastian! Kematian adalah sebuah keharusan, yang
disukai atau tidak, akan dijalani oleh setiap makhluk hidup. Karena itulah
setiap manusia memiliki sikap yang berbeda-beda ketika berhadapan dengan maut/kematian.
Ada orang yang terlalu takut ketika berhadapan dengan kematian. Ada orang yang
sangat cemas dan gelisah ketika berhadapan dengan kematian. Ada pula orang yang
khawatir akan datangnya kematian. Namun menarik ketika kita memperhatikan
pembacaan kita tadi yang mengisahkan tentang kematian Yesus di salib. Penulis
Injil Lukas mengisahkan kematian Yesus yang dimulai dengan fenomena alam yang
terjadi menjelang detik kematian Yesus. Dikisahkan bahwa pada sekitar pukul
12.00 siang itu, tiba-tiba terjadi perubahan yang begitu mencolok. Cuaca yang
awalnya sangat terang dan begitu cerah, semuanya berubah dalam sekejap dan
berganti dengan kegelapan yang menutupi daerah itu selama 3 jam. Apa artinya?
Yesus yang disalib itu, sementara berada
pada kondisi yang paling berat sepanjang hidup-Nya, sampai-sampai alam pun
merasakan dan “menangis” melihat Yesus yang tidak bersalah harus menanggung
dosa dan kesalahan manusia yang memberontak kepada Allah. Tapi tidak cukup
sampai di situ, setelah alam menunjukkan “kesedihannya” akan penyaliban Yesus,
menyusullah tabir Allah Bait Suci di Yerusalem terbelah jadi dua. Tabir yang
membatasi antara ruang maha kudus dengan ruangan umat yang terbelah berarti,
batas yang selama ini menjadi pembatas dan jarak bagi manusia, kini telah
hilang dengan kematian dan pengorbanan Yesus. Tidak ada lagi “tabir” yang akan
menjadi pembatas bagi manusia jika ingin menghadap kepada Allah.
Kematian Yesus telah menghilangkan
pembatas antara Allah dan manusia. Kematian Yesus telah menjadi pembebas bagi
manusia. Kematian Yesus telah menjadi jalan pembebasan manusia dari kutuk dosa.
Kematian Yesus telah menjadi jalan dan jembatan bagi manusia untuk datang
kepada Allah. Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia! Tapi dengan
kematian Yesus, dimulailah babakan baru dalam sejarah penyelamatan manusia yang
ditandai dengan bangkitnya Dia pada hari yang ketiga. Kematian Yesus bukanlah
kematian yang biasa, tapi menjadi kematian yang luar biasa untuk menuju
penyempurnaan penebusan dosa manusia, ketika Dia menjadi manusia pertama yang
bangkit dari mati. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa kematian Yesus
telah membawa berkat yang luar biasa kepada manusia. Kematian-Nya bukanlah
membawa luka, tapi justru mendatangkan kelegaan. Kematian Yesus menjadi awal
bagi kehidupan baru dan bukanlah akhir bagi semuanya, karena dengan
kematian-Nya Yesus menuju kemenangan-Nya mengalahkan maut sebagai penggenapan
dari tugas dan tanggungjawab-Nya. Kematian-Nya memiliki tujuan yang berarti dan
telah meninggalkan teladan bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan,
Yesus tidak hanya meninggalkan
teladan hidup selama Dia hidup dan mengajar tentang kerajaan Allah kepada para
pengikut-Nya, tapi juga ketika Dia telah digantung di kayu salib dan sesaat
menjelang kematian-Nya pun, Dia kembali meninggalkan teladan hidup bagi
umat-Nya. Teladan hidup yang bagaimanakah itu? Mari perhatikan ayat 46 bacaan
tadi “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring “Ya, Bapa ke dalam tangan-Mu ku
serahkan nyawa-Ku”. Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya”.
Hidup Yesus adalah hidup yang penuh penyerahan kepada Bapa-Nya. Hidup Yesus
adalah hidup yang selalu berjalan dalam cinta kasih Bapa-Nya. Karena itulah sesaat
menjelang kematian-Nya pun Dia lakukan dalam penyerahan. Tidak ada bagian dalam
hidup Yesus yang tidak ada dalam penyerahan dan karena itulah ketika Dia
disalib dan mendekat kematian-Nya, Dia pun masih hidup dalam penyerahan. Dia
tidak takut! Dia tidak khawatir! Dia tidak resah dan gelisah akan apa yang
sedang dialami-Nya dan akan apa yang akan datang kepada-Nya sesaat lagi. Yesus
hidup dalam penyerahan, karena Dia tahu bahwa hanya di dalam Bapa-Nya sajalah,
Dia dapat menanggung dan melalui semua yang harus dilalui. Meskipun penderitaan
dan kesusahan yang dialami-Nya merupakan penderitaan yang sangat hebat dan
kuat, tapi Yesus tetap menjalani itu dan pada akhirnya Ia memperoleh kemenangan
karena Dia selalu hidup dalam penyerahan.
Saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan,
Inilah renungan penting yang menjadi
penguatan bagi kita yang sementara mengalami kesusahan. Semoga kematian orang
yang kita cintai ini dapat memberi berkat bagi kita semua. Mungkin di antara
kita ada yang bertanya, bagaimana mungkin sebuah kematian yang meninggalkan
luka sangat dalam, justru disebut membawa berkat? Bagaimana mungkin sebuah
kepedihan yang sangat dalam dapat disebut sebagi sebuah anugerah? Ya, luka yang
sangat dalam dan kepedihan yang tak terkirakan itulah yang membawa berkat.
Mengapa? Dengan luka dan pedih yang kita rasakan itu, kita diajar untuk
menyadari bahwa hidup ini, tidak hanya
dijalani dengan kesenangan. Ada masa di mana suka atau tidak, kita harus
melalui dukacita. Dengan kematian orang yang kita kasihi ini, kita kemudian
diajari dan disadarkan bahwa umur dan kehidupan manusia itu terbatas. Karena
umur kita terbatas, mari pakai hidup ini di dalam kuasa dan penyertaan Tuhan.
Dengan kematian orang yang kita kasihi ini, kita diajar dan kembali disadarkan
oleh Tuhan bahwa hanya Dialah yang menguasai dan mengatur hidup kita. Dengan
kematian orang yang kita kasihi ini kita diajarkan dan disadarkan oleh Tuhan,
bahwa kita yang masih hidup memiliki tanggungjawab, untuk tetap melanjutkan
teladan-teladan yang baik, yang telah ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi
untuk tetap kita pelihara dan kembangkan, dalam rangka hidup yang lebih baik. Dan
yang lebih penting dari itu, mari selalu hidup dalam penyerahan total kepada
Allah dalam segala hal, seperti yang telah Yesus teladankan kepada kita.
Ada banyak hal yang telah ditinggalkan
oleh almarhum/almarhumah sebagai teladan yang akan tersimpan abadi dalam
sanubari kita masing-masing, dan menjadi tanggungjawab kita untuk melanjutkan
teladan-teladan yang baik itu. Itulah berbagai berkat yang dibawa oleh kematian
ketika kita mau memaknainya di dalam Tuhan.
Saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan,
Kematian orang yang kita kasihi ini
merupakan salah satu peristiwa penting dalam hidup untuk dilalui. Ada banyak
hal-hal baik yang telah almarhum/almarhumah wariskan bagi anak cucu dan itulah
yang menjadi teladan bagi semua. Orang yang kita kasihi ini telah pergi dan
menghadap kepada Bapa Sang empunya kehidupan. Kitalah yang masih tinggal hidup
di dunia, bertanggungjawab untuk terus menerus mengisi hidup dengan hal-hal
yang baik selama masih ada kesempatan, sampai akhirnya kita meninggalkan dunia
ini, sehingga kematian kita bukanlah kematian yang membawa kutuk, melainkan
menjadi kematian yang membawa berkat di dalam Tuhan. Apa kita siap? AMIN. (TS)
No comments:
Post a Comment