KHOTBAH PERNIKAHAN
KEBAHAGIAAN RUMAH
TANGGA
(
Bacaan: Mazmur 128 : 1 – 6 )
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.!
Satu hal yang tak dapat
disangkali ialah bahwa kebahagiaan adalah merupakan dambaan bagi setiap orang
dalam hidupnya. Siapapun dan di manapun dia; baik selaku pribadi maupun
keluarga, pasti mengharapkan yang namanya kebahagiaan. Oleh karena itu, manusia
selalu berusaha memikirkan dan mengupayakan hal-hal yang dianggapnya dapat
mengantarnya demi menggapai harapan tersebut. Proses tersebut membawa manusia
dalam sebuah pergumulan yang panjang, lalu memunculkan beberapa
pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang
hidup
ini,antara lain: “Apa dan
bagaimanakah sesungguhnya kebahagiaan itu? Siapakah kita? dengan siapa? Dimana?
Bagaimana? serta kapan kita dapat merasakan kebahagiaan hidup itu?” Pergumulan
dan pertanyaan-pertanyaan tersebut pada akhirnya membawa manusia tiba pada
berbagai pandangan dan kepututusan
tentang sikap dalam menjalani
hidup ini. Pandangan dan keputusan mengenai sikap hidup itulah yang akan
menentukan tercapai tidaknya atau terwujud tidaknya apa yang dicita-citakannya.
Banyak keluarga yang merasa gagal dalam menciptakan dan atau mempertahankan
kebahagiaan dalam hidupnya, karena keliru dalam memahami tentang hakekat dari
kehidupan ini, khususnya dalam hal
pemahaman mengenai prinsip dasar tentang kebahagiaan.
Selaku orang percaya, secara
khusus lagi bagi keluarga yang baru akan terbentuk, pegangan satu-satunya untuk dapat mengetahui
langkah-langkah yang bisa mengantar kita untuk mewujudkan kebahagiaan dalam
rumah tangga adalah melalui Firman-Nya.
Alkitab adalah merupakan petunjuk yang memberikan konsep ideal/paling sempurna
untuk mewujudkan kebahagiaan.
Khusus dalam pembacaan kita pada
saat ini, yaitu dari kitab Mazmur 128 : 1 – 6, pemazmur mau berbagi pengalaman
dan kesaksiannya.Ia mengajak semua orang, khususnya lagi bagi setiap rumah tangga (baik yang baru akan terbentuk
maupun yang sudah lama terbentuk) untuk mengikuti langkah-langkah sebagaimana
yang diuraikannya kalau mau mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
-(ay.1) Dikatakan: Berbahagialah setiap orang yang “takut akan Tuhan” ,yang hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
Mengapa kita harus takut kepada
Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya? Pernyataan tersebut hendak
mempertegas ekspressi kehendak dan otoritas Tuhan dalam kehidupan setiap orang.
Di dalam proses penciptaan, kita mengerti bahwa ada ‘kehendak Allah’ yang tidak
boleh diabaikan. Kita mengerti bahwa alam semesta; dan termasuk di dalamnya
seluruh kehidupan kita, ada sumber yang merencanakannya yaitu Tuhan. Dengan
demikian kita harus mengakui bahwa kita
adalah ciptaan-Nya,yang juga ada di dalam rencana-Nya.Oleh karena itu, harus
mengikuti segala jalan yang ditunjukkan-Nya demi pencapaian dan kesempurnaan
rencana-Nya. Cara kita melihat kehidupan ini berbeda dengan cara orang yang
tidak mengenal jalan Tuhan. Orang yang tidak mengenal jalan Tuhan bagaikan
orang yang nyasar di hutan belantara yang dilanda kebingungan; tidak tahu harus
ke arah mana agar bisa keluar dan berjumpa denga dunia luar. Tetapi orang
Kristen yang sejati akan mengerti dengan sungguh bahwa ia berada dalam
kehidupan yang direncanakan oleh Allah. Meskipun banyak hal yang sulit
dimengerti dengan pikiran , dan banyak hal yang tidak bisa kita lihat secara
kasat mata, namun iman memungkinkan kita untuk percaya dan boleh berharap bahwa
dalam bimbingan-Nya kita aman dan dapat menemukan jalan keluar atas
persoalan-persoalan hidup yang ada. Oleh karena itu, kita harus takut kepada
Tuhan, dalam pengertian kita tidak sembrono tetapi selalu menyatakan rasa
hormat dan patuh kepada Tuhan serta mau mengikuti ketetapan-ketetapan-Nya.
(ay.2) Apabila engkau
memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu.
Ayat ini hendak mempertegas bahwa
orang yang takut kepada Tuhan akan memahami dengan baik dan benar tentang tugas
dan tanggung jawabnya, sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan
keluarganya dia pasti selalu mencarinya sesuai dengan prinsip imannya.Ia pasti
jujur dan tekun. Sekalipun banyak godaan,ia tidak terpancing dengan jalan
pintas dan cara-cara yang tidak benar serta pragmatis. Ia menikmati hidupnya
dari hasil keringatnya yang diberkati oleh Tuhan dengan penuh rasa syukur;
walaupun mungkin keadaan hidupnya hanya pas-pasan. Ia tidak kuatir dan gelisah
. Takut akan Tuhan adalah sumber kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat
maut (band.Amsal 14 : 27). Orang yang
takut kepada Tuhan meyakini bahwa jerih payahnya tidak akan sia-sia sebab dia
percaya bahwa Tuhanlah yang akan menolongnya. Tuhanlah yang akan membimbing
kelangsungan rumah tangganya, mengatur
hidup dan kebutuhannya. Banyak orang yang tidak bisa tenang atau berbahagia menikmati segala hasil usahanya karena didapatkan dengan cara yang
kurang berkenan bagi-Nya……..(silahkan diberikan contoh: nasib koruptor………..
dll)
(ay.3a)Isterimu akan
menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu!
Mengapa kehadiran sang isteri
digambarkan bagaikan pohon anggur yang subur di dalam rumah? Anggur adalah
merupakan salah satu tanaman yang termasuk tanaman favorit di beberapa negara
karena manfaatnya yang sangat besar untuk menopang kehidupan mereka. Air dari
buah anggur kalau diminum dapat menyegarkan dan memberi semanggat. Demikian
halnya, seorang isteri dapat membangkitkan semangat bagi suami dan anak-anaknya
kalau kehadirannya selalu dilandasi oleh rasa takut kepada Tuhan. Ia akan
selalu mewarisi sifat-sifat Kristus yang penuh dengan kasih. Tutur kata dan
perilakunya akan selalu didasari oleh kasih mesra yang tulus sehingga mampu menghadirkan kegembiraan dan
persekutuan yang indah dalam rumah tangganya. Ia akan senantiasa menghormati
suaminya dan menerima apa adanya.Tidak menuntut lebih dari yang mampu dilakukan
oleh suaminya. Sebagaimana halnya dengan anggur, demikian juga halnya dengan
kasih seorang isteri tidak boleh berlebihan atau dibuat-buat. Sebab kalau
(anggur) berlebihan atau dibuat-buat (kasih yang palsu;karena ada maunya) maka
dapat mengakibatkan mabuk/perselisihan.
(ay.3b)Anak-anakmu
seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!
Alangkah indahnya suasana kehidupan
sebuah rumah tangga yang selalu diwarnai oleh kehadiranan anak-anak yang dapat
menjadi kebanggaan bagi orang tuanya; yang dilukiskan ibarat pohon zaitun.
Minyak dari pohon zaitun adalah termasuk dalam kategori minyak yang sangat
langka dan mahal. Fungsinya adalah untuk alat pengharum atau juga dapat
mengobati berbagai macam penyakit. Demikian halnya dengan anak-anak yang
bertumbuh di dalam lingkungan keluarga yang mengenal Tuhan. Bagi keluarga yang
takut akan Tuhan ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi
anak-anaknya (band. Amsal 14: 26). Dia akan bertumbuh dalam kebenaran. Dia akan
tahu menghormati dan mengasihi orang tuanya. Kelakuannya akan senantiasa
membawa keharuman bagi keluarganya.Ia akan dirindukan banyak orang.Walau
berbagai tantangan dan pergumulan yang silih berganti menghiasi perjalanan
rumah tangganya, namun kehadiran anak-anak tersebut dapat menjadi obat bagi
segala keletihan yang ada: termasuk luka batin kalau misalnya ada. Anak-anak
adalah kekayaan dari Tuhan yang harus senantiasa dijaga/dibimbing; karena sangat
berharga di mata-Nya.
(ay,4)Sesungguhnya
demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan Tuhan!
Ayat ini merupakan janji dari Tuhan
tentang kesempurnaan suasana yang akan dialami oleh rumah tangga yang takut
akan Tuhan. Janji tentang berkat. Di dalam berkat-Nya terdapat kebahagiaan yang
sejati; lahir dan batin. Ada sukacita yang melimpah. Mengapa pesan ini lebih
dialamatkan kepada laki-laki? Karena laki-laki adalah kepala rumah tangga yang
otomatis menjadi pemimpin yang
bertanggungjawab menentukan ke arah mana keluarganya akan dibawa. Salah dalam
menentukan pandangan dan keputusan, akan berdampak buruk juga bagi keluarganya.
Tetapi sebaliknya, kalau ia tepat dalam mengambil keputusan, berarti ia
berhasil membawa istri dan anak-anaknya pada jalur yang tepat untuk mendapatkan
kebahagiaan. Kepala keluarga adalah ‘imam’ dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana dengan perempuan (istri) apakah berarti lepas dari
perintah atau tanggungjawab tersebut? Tentu tidak! Dalam hal-hal yang prinsipil
termasuk menyangkut keputusan iman, setiap istri wajib mengambil sikap “seperti
laki-laki” dalam menyadarkan suaminya apabila lalai. Atau dengan kata lain ia
harus selalu hadir “selaku penolong” dan hadir seperti anggur di hadapan
suaminya untuk menyegarkan/menyemangatinya agar selalu bersandar kepada Tuhan.
(ay.5-6) Kiranya Tuhan
memberkati engkau dari sion , supaya engkau melihat kebahagiaan Yeruselam
seumur hidupmu dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas
Israel!
Bahwa sumber berkat satu-satunya
yang kita harapkan adalah dari Tuhan. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,
oleh Dia dan kepada Dia. Hanya dengan takut akan Tuhan, kita dimungkinkan untuk
mengalami hal-hal yang baik atas kehidupan yang Dia anugerahkan kepada Kita. Kebahagiaan rumah tangga kita
digambarkan seperti kota Yerusalem, kota yang mulia. Karena di situlah Tuhan
bersemayam dan senantiasa memerintahkan berkat bagi umat-Nya. Ada kasih karunia
dan damai sejahtera bagi rumah tangga yang setia kepada-Nya.
Saudara-saudara yang
dikasihi di dalam Tuhan!
Dengan
memahami bahwa segala sesuatu yang ada pada kita (hidup, potensi,pekerjaan,
suami, isteri, anak …dsb) termasuk Rumah tangga yang kita miliki adalah berkat
dari Allah, maka kita wajib membawa dan mempertanggungjababkannya di hadapan
Allah dengan senantiasa takut kepada-Nya. Takut kepada Allah bukan berarti
bahwa kita mengkerut ngeri di hadapan-Nya lalu menghindari-Nya karena takut
dihukum, tetapi menunjukkan rasa hormat yang tulus dan kudus serta percaya
kepada-Nya. Dengan takut kepada Allah kita menyatakan bahwa kita mau tetap
berjalan dalam kehendak rencana-Nya.
Dengan senantiasa setia berjalan pada jalan yang ditunjukkan-Nya maka
‘disitulah’ dan pada ‘saat itulah’ berkat-Nya/kebahagiaan mengalir untuk
kehidupan kita. Dari Allah-lah satu-satunya sumber kebahagiaan yang sejati.
Berbahagialah rumah tangga yang senantiasa Takut kepada Allah……! Biarlah
Roh-Nya yang kudus senantiasa menopang dan menyertai saudara-saudara..!AMIN…!
No comments:
Post a Comment