Monday, June 22, 2015

“BERSUKACITA, BERDOA DAN BERSYUKURLAH SELALU…!”



“BERSUKACITA, BERDOA DAN BERSYUKURLAH SELALU…!”
( 1 Tesalonika 5 : 16 – 18 )
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
Masalah gaya hidup atau pola hidup merupakan salah satu sisi penting yang tidak akan luput menjadi perhatian, bahkan seringkali menjadi bahan perdebatan dalam kehidupan manusia. Gaya hidup adalah sebuah bentuk upaya pengungkapan jatidiri seseorang  tentang dirinya.  Hal itu sering dinyatakan melalui berbagai kebiasan-kebiasaan atau tampilan diri keseharian sebagai hasil dar
i proses penghayatan seseorang; tentang siapa dirinya. Yaitu, bagaimana seseorang memahami, memandang, menghadirkan, dan menampilkan dirinya dalam lingkungan atau situasi dimana dia hadir. Tujuannya bisa bermacam-macam, antara lain; agar ia bisa diterima atau diakui oleh lingkungannya. Melalui gaya hidup yang ditampilkannya, kita dapat membaca gambaran identitas dan kualitas kepribadian seseorang . Yaitu memahami nilai-nilai yang membentuknya; menyangkut latar belakang,  tujuan, harapan, hobi, motivasi diri,prioritas hidup dan lain-lain.
Dalam hal ini, semakin sering seseorang menyerap nilai-nilai yang baik untuk dirinya, maka semakin besar pula peluangnya untuk mengembangkan pemahaman tentang diri dan lingkungannya. Yang secara otomatis pula, memungkinkan dia untuk bisa mengembangkan gaya hidup yang lebih baik dan benar bagi dirinya. Namun sebaliknya, semakin sering seseorang menyerap (meneladani) nilai-nilai yang buruk bagi dirinya, maka semakin potensial pula ia mengembangkan pemahaman yang keliru tentang diri dan lingkungannya. Sehingga pola yang muncul dan berkembang dalam dirinya adalah gaya hidup yang buruk pula.
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
Dalam kehidupan kita selaku umat manusia, termasuk di dalamnya; keberadaan kita selaku orang kristen, ada begitu banyak tampilan pola hidup yang bisa kita jumpai. Ada orang yang gaya hidupnya sudah terbiasa dengan penampilan yang terkesan mewah, ada yang biasa-biasa saja, dan ada juga yang sangat sederhana. Ada yang gaya hidupnya hanya bertujuan untuk bersenang-senang, namun ada juga yang sebaliknya. Dan masih banyak lagi, tergantung latar belakang  dan motivasi hidup setiap orang. Baik buruknya gaya hidup seseorang sangat ditentukan oleh situasi lingkungan yang membentuknya dan pilihan-pilihan nilai sebagai motivasi (dorongan) yang melatarinya.
Menyadari bahwa permasalahan gaya hidup adalah sebuah hal yang tidak akan luput menjadi persoalan dalam kehidupan orang-orang kristen di jemaat Tesalonika, maka Rasul Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya, melalui suratnya tak henti-hentinya memberikan nasehat-nasehatnya sebagai tuntunan. Secara garis besar, dalam bagian ini, ia menekankan tiga hal penting yang harus dimiliki/dipraktekkan oleh orang-orang kristen, yaitu: Senantiasa bersukacita, Tetap berdoa, dan Bersyukur selalu. Dengan selalu memperhatikan dan menjiwai ketiga unsur tersebut, setiap orang kristen di Jemaat  Tesalonika dan di segala tempat di muka bumi ini, diharapkan mampu menjadi teladan bagi orang lain. Kesaksian melalui kebiasaan-kebiasaan hidupnya  yang berkenan kepada Allah, diharapkan mampu memperlihatkan pola kehidupan yang lebih baik dari orang lain. Dan tidak lagi gampang terbawa-bawa oleh gaya hidup yang ditawarkan oleh dunia.
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
Secara kongkrit, apakah pengertian dan bagaimanakah  ketiga hal tersebut dapat kita pahami serta implementasikan (terapkan)  dalam kehidupan sehari-hari?
Pertama: hal senantiasa bersukacita!
Apakah hal bersukacita dapat diartikan sama dengan tertawa-tawa? Jelas berbeda! Walaupun sepintas lalu hampir sama! Memang, tertawa itu penting, dan katanya bisa membuat orang awet muda. Tertawa adalah salah satu cara yang sering dilakukan orang dalam mengekspresikan perasaan senangnya. Namun, tidak semua tertawa yang dilakukan adalah murni ungkapan sukacita.  Sebab banyak juga orang yang tertawa, namun hanya bermaksud mengejek sesamanya. Malah, ada orang yang kerjanya hanya tertawa-tawa melulu tanpa alasan yang jelas. Dan orang-orang seperti itu banyak kita jumpai di rumah sakit jiwa, yang notabene adalah orang-orang yang bermasalah secara mental/kejiwaan. Tentunya kita semua tidak berharap untuk dimasukkan dalam kategori orang-orang seperti itu.
Atau, apakah hal bersukacita dapat diidentikkan dengan hal bersenang-senang? Lagi-lagi berbeda! Namun seringkali sangat sulit dibedakan. Sepintas lalu memang hanya beda tipis. Tapi secara prinsip, sebenarnya bisa saja sangat berbeda jauh. Memang, tidak dapat disangkali bahwa semua orang tentunya mengharapkan adanya kesenangan dalam hidupnya, termasuk orang kristen. Namun tidak semua yang disebut kesenangan bisa membawa kehidupan yang bermanfaat. Ada kesenangan yang hanya sementara saja, lalu kemudian hari menyengsarakan dan malah  menghancurkan. Kesenangan seseorang yang suka mabuk-mabuk misalnya; bisa saja menyenangkan pada saat itu, tetapi apabila berlangsung secara terus-menerus maka malah justru akan merusak daya pikirnya, merusak kesehatannya, bahkan dapat merusak masa depan dan seluruh hidupnya.Kesenangan seperti ini, banyak ditawarkan di tempat-tempat hiburan malam.
Banyak sekali kesenangan yang ditawarkan oleh dunia namun samasekali tidak membawa sukacita hidup. Kerajaan Allah telah hadir dalam dunia ini, dan itu berarti sukacita hidup sorgawi dapat kita nikmati dalam dunia ini. Hanya saja, yang harus kita waspadai adalah jangan sampai kita terjebak dalam perangkap kesenangan duniawi. Olehnya itu, kita dituntut untuk selalu belajar agar bisa membedakan antara kesenangan hidup yang bersumber dari dunia, dengan sukacita hidup yang bersumber dari Allah.
Sukacita adalah suatu bentuk ungkapan perasaan sebagai pandangan hidup dari orang-orang yang selalu  memiliki sikap optimis/pengharapan dalam menghadapi segala situasi hidup. Boleh saja tekanan hidup datang menghampiri, tetapi perasaan sukacita itu tidak pupus karena ia memiliki iman dan pengharapan kepada Allah. Sukacita adalah bukti dari kualitas iman seseorang sebagai hasil dari pengalaman batin dalam hidupnya. Sukacita tercipta karena adanya dorongan energy positif yang mengalir dalam diri seseorang karna hubungannya dengan Allah. Sukacita tidak ditentukan oleh situasi, sehingga tidak terperangkap kepada hal-hal yang bersifat lahiriah saja. Artinya, secara lahiriah bisa saja seseorang kelihatan menderita dan serba kekurangan, namun di dalam batinnya dia merasa berkecukupan, sehingga dia tidak gampang dirongrong oleh kekuatiran.
Sebaliknya, hidup bersenang-senang bersifat hanya sementara saja. Dan hanya tergantung kepada hal-hal lahiriah saja; yaitu hal-hal yang dapat dinikmati dan dilihat secara kasat mata, yang berbentuk  fisik/materil. Artinya, kalau kebutuhan-kebutuhannya serasa serba terpenuhi, maka ia pun larut dalam kesenangan tanpa batas dan sering lupa diri. Tetapi sebaliknya, kalau tekanan hidup atau  kekurangan datang menghampiri maka perasaan senang itupun pupus, lalu tergantikan dengan kekuatiran dan keluhan-keluhan. Bahkan tidak jarang sering membawa seseorang pada sikap-sikap negatif yang justru merugikan dirinya, dan juga merugikan orang lain.
Hal bersukacita didasari oleh iman dan pengaharapan kepada Tuhan, sedangkan hal bersenang-senang didasari oleh hawa nafsu duniawi semata.   
Kedua, hal tetap  berdoa!
Apa dan bagaimana pentingnyakah  hal berdoa itu? Mengapa kita harus tetap berdoa?
Di dalam alkitab, doa dinyatakan sebagai hal yang luar biasa dan penting. Firman  Tuhan memerintahkan, “…Tetaplah berdoa… (ay.17)! Ini berarti bahwa kita harus bisa berdoa setiap saat dan dalam segala situasi. Doa dapat diibaratkan seperti hubungan/komunikasi antara si anak dengan sang bapak. Karena orang  kristen adalah orang yang telah ‘dilahirkan kembali’ dan dilayakkan untuk  masuk dalam keluarga Allah, maka sewajarnyalah baginya untuk selalu berdoa; seperti seorang anak menyampaikan pergumulan, keinginan-keinginan dan unek-unek lainnya kepada bapaknya.
Memang, Allah menciptakan kita dan memperlengkapi kita dengan berbagai sarana hidup; termasuk akal-pikiran dll, namun kitapun perlu sadar bahwa kita  hidup dalam kodrat kita  sebagai manusia yang memiliki keterbatasan. Hidup di dalam dunia akan senantiasa diwarnai dengan berbagai godaan dan tantangan.  Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi hidup yang demikian, kita hanya bisa datang dan bergantung pada tuntunan dan pertolongan Allah saja selaku pencipta dan pemberi hidup. Lewat doalah kita nyatakan ketergantungan itu. Di dalam doa kita menyatakan penyerahan diri kita secara total kepada Allah sehingga otoritas (kuasa) Allah yang berlaku mutlak bagi kita. Di dalam berdoa, tidak boleh ada penyerahan diri yang setengah hati, karena Allah pun tidak pernah menyatakan kasih-Nya dengan setengah hati kepada umat-Nya. Allah pun tidak mau diduakan.
Karena doa adalah penyerahan diri secara total kepada Allah maka segala kehendak pribadi kita harus bisa ditaklukkan sehingga hanya kehendak Allah yang terjadi. Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Banyak hal yang kita anggap baik dan kita inginkan tetapi belum tentu baik di mata Tuhan. Dan banyak hal yang tidak kita inginkan tetapi justru itulah yang Tuhan inginkan bagi kita.Sehingga apapun yang Allah kehendaki dan nyatakan bagi kita sebagai jawaban atas doa kita maka itulah yang terbaik. Cara Tuhan Yesus dalam hal berdoa di Taman Getsemani merupakan pola yang sempurna untuk kita teladani. Di dalam doa-Nya, Dia katakana,”Ya, Bapa-Ku, jika engkau mau………,tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Yesus pasrah dan taat kepada kehendak Bapa walaupun ada hasrat lain dalam hati­-Nya. Yesus hanya bermohon dan patuh melakukan kehendak Bapa-Nya. Sebab keputusan selanjutnya ada dalam kewenangan Bapa.
Lalu, mengapa kita tekadang dianjurkan untuk  menutup mata saat berdoa? Maksudnya adalah agar kita fokus dalam melihat dan memahami petunjuk dan kehendak Allah bagi kita.Dengan memutup mata, berarti kita memberikan kesempatan kepada mata hati kita untuk bisa melihat hal-hal yang tidak kelihatan. Hanya dengan mata iman (batin) yang senantiasa terbuka, kita bisa menangkap segala kehendak dan karya-Nya, sebab mata kepala kita bisa saja menyesatkan. Dengan memahami serta melakukan kehendak Allah maka Ia pun berkenan menjawab doa-doa kita. Namun banyak orang yang hanya rutin berdoa, tetapi setelah berdoa, ia tidak kembali melakukan kehendak Allah. Atau, seringkali doa hanya dijadikannya sebagai jembatan komunikasi justru untuk datang memberi perintah/petunjuk kepada Allah.  Setelah itu, berharap dan menunggu kiranya Allah langsung melaksanakan perintahnya. Padahal seharusnya kitalah yang harus diberi perintah dan petunjuk untuk kita laksanakan. Entah sadar atau tidak, seringkali dalam berdoa kita justru memposisikan diri kita seolah-olah menjadi Allah, dan menjadikan Allah seolah-olah menjadi hamba yang siap melakukan apa saja yang kita inginkan. Padahal, kitalah sebenarnya yang hamba yang harus selalu meminta petunjuk kepada Allah dan siap diperintah oleh-Nya.
Ketiga, hal bersyukur selalu
Apakah alasan kita untuk bisa bersyukur selalu? Mungkinkah kita bisa bersyukur selalu sementara banyak hal yang kurang menyenangkan menimpa kita? Firman Tuhan mengajak kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur, dalam susah pun senang. Kita mengucap syukur karena sekalipun banyak tantangan dan cobaan silih berganti hadir dalam hidup ini, namun Allah sudah memberikan jaminan keselamatan bagi kita melalui anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Ia sudah membuktikan bahwa tidak ada kasih dan pertolongan yang lebih besar selain kasih dan pertolongan-Nya. Sebagai bukti cinta-Nya, Ia relah mengorbankan diri-Nya demi kita semua. Dengan bersyukur selalu, berarti kita mengamini bahwa karya Allah yang Maha agung dan ajaib itu, telah dan pasti akan tetap berlaku dalam hidup kita selanjutnya; dalam situasi apapun, asalkan kita percaya kepada-Nya. Sedangkan darah dan nyawa-Nya pun Dia relah kurbankan demi menebus kita, apalagi menyangkut keberadaan dan  kebutuhan hidup kita lainnya; pasti Dia atur.  Sikap optimis seperti itu akan memungkinkan kita untuk dapat melihat peluang di setiap masalah. Karena meyakini adanya pertolongan yang sanggup Allah lakukan melampui kesulitan-kesulitan yang kita alami.
            Namun seringkali, ketika kita mengalami tantangan sedikit saja, kita langsung mengeluh dan menyalahkan Allah. Kita sering mengomel, “Ah, kenapa aku yang harus menderita, atau kenapa aku yang harus gagal dan kenapa bukan orang lain? ” Tetapi ketika kita berhasil dan orang lain ada yang gagal, pernakah kita protes,”Ah, kenapa aku yang berhasil, dan bukan orang lain?”
            Suka dan duka, berhasil dan gagal, adalah dua hal yang pasti pernah/akan dijumpai oleh siapapun dalam hidupnya, tanpa terkecuali. Tujuannya adalah untuk menguji iman tiap-tiap orang; apakah dia mengimani kuasa dan kasih Tuhan atau tidak. Kalau dia beriman maka dia akan tahu bersyukur selalu dalam segala situasi dan berharap selalu kepada Allah yang mampu menyelamatkan.
Kiranya Roh Allah yang maha kudus senantiasa membimbing, menguatkan dan memampukan kita semua untuk senantiasa bersukacita, tetap berdoa dan bersyukur selalu dalam segala hal, sebab itulah yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Haleluyah…!Amin…!

No comments:

Post a Comment