“BERSUKACITA, BERDOA DAN
BERSYUKURLAH SELALU…!”
( 1 Tesalonika 5 : 16 – 18 )
Saudara-saudara yang dikasihi di
dalam Yesus Kristus,
Masalah
gaya hidup atau pola hidup merupakan salah satu sisi penting yang tidak akan luput
menjadi perhatian, bahkan seringkali menjadi bahan perdebatan dalam kehidupan
manusia. Gaya hidup adalah sebuah bentuk upaya pengungkapan jatidiri
seseorang tentang dirinya. Hal itu sering dinyatakan melalui berbagai
kebiasan-kebiasaan atau tampilan diri keseharian sebagai hasil dar
i proses
penghayatan seseorang; tentang siapa dirinya. Yaitu, bagaimana seseorang
memahami, memandang, menghadirkan, dan menampilkan dirinya dalam lingkungan
atau situasi dimana dia hadir. Tujuannya bisa bermacam-macam, antara lain; agar
ia bisa diterima atau diakui oleh lingkungannya. Melalui gaya hidup yang
ditampilkannya, kita dapat membaca gambaran identitas dan kualitas kepribadian
seseorang . Yaitu memahami nilai-nilai yang membentuknya; menyangkut latar
belakang, tujuan, harapan, hobi,
motivasi diri,prioritas hidup dan lain-lain.
Dalam
hal ini, semakin sering seseorang menyerap nilai-nilai yang baik untuk dirinya,
maka semakin besar pula peluangnya untuk mengembangkan pemahaman tentang diri
dan lingkungannya. Yang secara otomatis pula, memungkinkan dia untuk bisa
mengembangkan gaya hidup yang lebih baik dan benar bagi dirinya. Namun
sebaliknya, semakin sering seseorang menyerap (meneladani) nilai-nilai yang
buruk bagi dirinya, maka semakin potensial pula ia mengembangkan pemahaman yang
keliru tentang diri dan lingkungannya. Sehingga pola yang muncul dan berkembang
dalam dirinya adalah gaya hidup yang buruk pula.
Saudara-saudara yang dikasihi di
dalam Yesus Kristus,
Dalam
kehidupan kita selaku umat manusia, termasuk di dalamnya; keberadaan kita selaku
orang kristen, ada begitu banyak tampilan pola hidup yang bisa kita jumpai. Ada
orang yang gaya hidupnya sudah terbiasa dengan penampilan yang terkesan mewah,
ada yang biasa-biasa saja, dan ada juga yang sangat sederhana. Ada yang gaya
hidupnya hanya bertujuan untuk bersenang-senang, namun ada juga yang
sebaliknya. Dan masih banyak lagi, tergantung latar belakang dan motivasi hidup setiap orang. Baik
buruknya gaya hidup seseorang sangat ditentukan oleh situasi lingkungan yang
membentuknya dan pilihan-pilihan nilai sebagai motivasi (dorongan) yang
melatarinya.
Menyadari
bahwa permasalahan gaya hidup adalah sebuah hal yang tidak akan luput menjadi
persoalan dalam kehidupan orang-orang kristen di jemaat Tesalonika, maka Rasul
Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya, melalui suratnya tak henti-hentinya
memberikan nasehat-nasehatnya sebagai tuntunan. Secara garis besar, dalam
bagian ini, ia menekankan tiga hal penting yang harus dimiliki/dipraktekkan
oleh orang-orang kristen, yaitu: Senantiasa bersukacita, Tetap berdoa, dan
Bersyukur selalu. Dengan selalu memperhatikan dan menjiwai ketiga unsur
tersebut, setiap orang kristen di Jemaat
Tesalonika dan di segala tempat di muka bumi ini, diharapkan mampu
menjadi teladan bagi orang lain. Kesaksian melalui kebiasaan-kebiasaan
hidupnya yang berkenan kepada Allah,
diharapkan mampu memperlihatkan pola kehidupan yang lebih baik dari orang lain.
Dan tidak lagi gampang terbawa-bawa oleh gaya hidup yang ditawarkan oleh dunia.
Saudara-saudara yang dikasihi di
dalam Yesus Kristus,
Secara
kongkrit, apakah pengertian dan bagaimanakah
ketiga hal tersebut dapat kita pahami serta implementasikan (terapkan) dalam kehidupan sehari-hari?
Pertama:
hal senantiasa bersukacita!
Apakah
hal bersukacita dapat diartikan sama dengan tertawa-tawa? Jelas berbeda! Walaupun
sepintas lalu hampir sama! Memang, tertawa itu penting, dan katanya bisa
membuat orang awet muda. Tertawa adalah salah satu cara yang sering dilakukan
orang dalam mengekspresikan perasaan senangnya. Namun, tidak semua tertawa yang
dilakukan adalah murni ungkapan sukacita.
Sebab banyak juga orang yang tertawa, namun hanya bermaksud mengejek
sesamanya. Malah, ada orang yang kerjanya hanya tertawa-tawa melulu tanpa
alasan yang jelas. Dan orang-orang seperti itu banyak kita jumpai di rumah
sakit jiwa, yang notabene adalah orang-orang yang bermasalah secara
mental/kejiwaan. Tentunya kita semua tidak berharap untuk dimasukkan dalam
kategori orang-orang seperti itu.
Atau,
apakah hal bersukacita dapat diidentikkan dengan hal bersenang-senang?
Lagi-lagi berbeda! Namun seringkali sangat sulit dibedakan. Sepintas lalu
memang hanya beda tipis. Tapi secara prinsip, sebenarnya bisa saja sangat
berbeda jauh. Memang, tidak dapat disangkali bahwa semua orang tentunya
mengharapkan adanya kesenangan dalam hidupnya, termasuk orang kristen. Namun
tidak semua yang disebut kesenangan bisa membawa kehidupan yang bermanfaat. Ada
kesenangan yang hanya sementara saja, lalu kemudian hari menyengsarakan dan
malah menghancurkan. Kesenangan
seseorang yang suka mabuk-mabuk misalnya; bisa saja menyenangkan pada saat itu,
tetapi apabila berlangsung secara terus-menerus maka malah justru akan merusak
daya pikirnya, merusak kesehatannya, bahkan dapat merusak masa depan dan
seluruh hidupnya.Kesenangan seperti ini, banyak ditawarkan di tempat-tempat
hiburan malam.
Banyak
sekali kesenangan yang ditawarkan oleh dunia namun samasekali tidak membawa
sukacita hidup. Kerajaan Allah telah hadir dalam dunia ini, dan itu berarti
sukacita hidup sorgawi dapat kita nikmati dalam dunia ini. Hanya saja, yang
harus kita waspadai adalah jangan sampai kita terjebak dalam perangkap
kesenangan duniawi. Olehnya itu, kita dituntut untuk selalu belajar agar bisa
membedakan antara kesenangan hidup yang bersumber dari dunia, dengan sukacita
hidup yang bersumber dari Allah.
Sukacita
adalah suatu bentuk ungkapan perasaan sebagai pandangan hidup dari orang-orang
yang selalu memiliki sikap
optimis/pengharapan dalam menghadapi segala situasi hidup. Boleh saja tekanan
hidup datang menghampiri, tetapi perasaan sukacita itu tidak pupus karena ia
memiliki iman dan pengharapan kepada Allah. Sukacita adalah bukti dari kualitas
iman seseorang sebagai hasil dari pengalaman batin dalam hidupnya. Sukacita
tercipta karena adanya dorongan energy positif yang mengalir dalam diri
seseorang karna hubungannya dengan Allah. Sukacita tidak ditentukan oleh
situasi, sehingga tidak terperangkap kepada hal-hal yang bersifat lahiriah
saja. Artinya, secara lahiriah bisa saja seseorang kelihatan menderita dan serba
kekurangan, namun di dalam batinnya dia merasa berkecukupan, sehingga dia tidak
gampang dirongrong oleh kekuatiran.
Sebaliknya,
hidup bersenang-senang bersifat hanya sementara saja. Dan hanya tergantung
kepada hal-hal lahiriah saja; yaitu hal-hal yang dapat dinikmati dan dilihat
secara kasat mata, yang berbentuk
fisik/materil. Artinya, kalau kebutuhan-kebutuhannya serasa serba
terpenuhi, maka ia pun larut dalam kesenangan tanpa batas dan sering lupa diri.
Tetapi sebaliknya, kalau tekanan hidup atau
kekurangan datang menghampiri maka perasaan senang itupun pupus, lalu
tergantikan dengan kekuatiran dan keluhan-keluhan. Bahkan tidak jarang sering
membawa seseorang pada sikap-sikap negatif yang justru merugikan dirinya, dan
juga merugikan orang lain.
Hal
bersukacita didasari oleh iman dan pengaharapan kepada Tuhan, sedangkan hal
bersenang-senang didasari oleh hawa nafsu duniawi semata.
Kedua,
hal tetap berdoa!
Apa
dan bagaimana pentingnyakah hal berdoa
itu? Mengapa kita harus tetap berdoa?
Di
dalam alkitab, doa dinyatakan sebagai hal yang luar biasa dan penting.
Firman Tuhan memerintahkan, “…Tetaplah
berdoa… (ay.17)! Ini berarti bahwa kita harus bisa berdoa setiap saat dan dalam
segala situasi. Doa dapat diibaratkan seperti hubungan/komunikasi antara si
anak dengan sang bapak. Karena orang
kristen adalah orang yang telah ‘dilahirkan kembali’ dan dilayakkan
untuk masuk dalam keluarga Allah, maka
sewajarnyalah baginya untuk selalu berdoa; seperti seorang anak menyampaikan
pergumulan, keinginan-keinginan dan unek-unek lainnya kepada bapaknya.
Memang,
Allah menciptakan kita dan memperlengkapi kita dengan berbagai sarana hidup;
termasuk akal-pikiran dll, namun kitapun perlu sadar bahwa kita hidup dalam kodrat kita sebagai manusia yang memiliki keterbatasan.
Hidup di dalam dunia akan senantiasa diwarnai dengan berbagai godaan dan
tantangan. Oleh karena itu, dalam
menghadapi situasi hidup yang demikian, kita hanya bisa datang dan bergantung
pada tuntunan dan pertolongan Allah saja selaku pencipta dan pemberi hidup.
Lewat doalah kita nyatakan ketergantungan itu. Di dalam doa kita menyatakan
penyerahan diri kita secara total kepada Allah sehingga otoritas (kuasa) Allah
yang berlaku mutlak bagi kita. Di dalam berdoa, tidak boleh ada penyerahan diri
yang setengah hati, karena Allah pun tidak pernah menyatakan kasih-Nya dengan
setengah hati kepada umat-Nya. Allah pun tidak mau diduakan.
Karena
doa adalah penyerahan diri secara total kepada Allah maka segala kehendak
pribadi kita harus bisa ditaklukkan sehingga hanya kehendak Allah yang terjadi.
Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Banyak hal yang kita anggap baik
dan kita inginkan tetapi belum tentu baik di mata Tuhan. Dan banyak hal yang
tidak kita inginkan tetapi justru itulah yang Tuhan inginkan bagi kita.Sehingga
apapun yang Allah kehendaki dan nyatakan bagi kita sebagai jawaban atas doa
kita maka itulah yang terbaik. Cara Tuhan Yesus dalam hal berdoa di Taman
Getsemani merupakan pola yang sempurna untuk kita teladani. Di dalam doa-Nya, Dia
katakana,”Ya, Bapa-Ku, jika engkau mau………,tetapi bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Yesus pasrah dan taat kepada kehendak
Bapa walaupun ada hasrat lain dalam hati-Nya. Yesus hanya bermohon dan patuh
melakukan kehendak Bapa-Nya. Sebab keputusan selanjutnya ada dalam kewenangan
Bapa.
Lalu,
mengapa kita tekadang dianjurkan untuk
menutup mata saat berdoa? Maksudnya adalah agar kita fokus dalam melihat
dan memahami petunjuk dan kehendak Allah bagi kita.Dengan memutup mata, berarti
kita memberikan kesempatan kepada mata hati kita untuk bisa melihat hal-hal
yang tidak kelihatan. Hanya dengan mata iman (batin) yang senantiasa terbuka,
kita bisa menangkap segala kehendak dan karya-Nya, sebab mata kepala kita bisa
saja menyesatkan. Dengan memahami serta melakukan kehendak Allah maka Ia pun
berkenan menjawab doa-doa kita. Namun banyak orang yang hanya rutin berdoa,
tetapi setelah berdoa, ia tidak kembali melakukan kehendak Allah. Atau,
seringkali doa hanya dijadikannya sebagai jembatan komunikasi justru untuk
datang memberi perintah/petunjuk kepada Allah.
Setelah itu, berharap dan menunggu kiranya Allah langsung melaksanakan
perintahnya. Padahal seharusnya kitalah yang harus diberi perintah dan petunjuk
untuk kita laksanakan. Entah sadar atau tidak, seringkali dalam berdoa kita
justru memposisikan diri kita seolah-olah menjadi Allah, dan menjadikan Allah
seolah-olah menjadi hamba yang siap melakukan apa saja yang kita inginkan.
Padahal, kitalah sebenarnya yang hamba yang harus selalu meminta petunjuk
kepada Allah dan siap diperintah oleh-Nya.
Ketiga,
hal bersyukur selalu
Apakah
alasan kita untuk bisa bersyukur selalu? Mungkinkah kita bisa bersyukur selalu
sementara banyak hal yang kurang menyenangkan menimpa kita? Firman Tuhan
mengajak kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Hidup kita yang benar
haruslah mengucap syukur, dalam susah pun senang. Kita mengucap syukur karena
sekalipun banyak tantangan dan cobaan silih berganti hadir dalam hidup ini,
namun Allah sudah memberikan jaminan keselamatan bagi kita melalui anak-Nya
yang tunggal yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Ia sudah membuktikan bahwa tidak
ada kasih dan pertolongan yang lebih besar selain kasih dan pertolongan-Nya.
Sebagai bukti cinta-Nya, Ia relah mengorbankan diri-Nya demi kita semua. Dengan
bersyukur selalu, berarti kita mengamini bahwa karya Allah yang Maha agung dan
ajaib itu, telah dan pasti akan tetap berlaku dalam hidup kita selanjutnya;
dalam situasi apapun, asalkan kita percaya kepada-Nya. Sedangkan darah dan
nyawa-Nya pun Dia relah kurbankan demi menebus kita, apalagi menyangkut
keberadaan dan kebutuhan hidup kita
lainnya; pasti Dia atur. Sikap optimis
seperti itu akan memungkinkan kita untuk dapat melihat peluang di setiap
masalah. Karena meyakini adanya pertolongan yang sanggup Allah lakukan melampui
kesulitan-kesulitan yang kita alami.
Namun seringkali, ketika kita
mengalami tantangan sedikit saja, kita langsung mengeluh dan menyalahkan Allah.
Kita sering mengomel, “Ah, kenapa aku yang harus menderita, atau kenapa aku
yang harus gagal dan kenapa bukan orang lain? ” Tetapi ketika kita berhasil dan
orang lain ada yang gagal, pernakah kita protes,”Ah, kenapa aku yang berhasil,
dan bukan orang lain?”
Suka dan duka, berhasil dan gagal,
adalah dua hal yang pasti pernah/akan dijumpai oleh siapapun dalam hidupnya,
tanpa terkecuali. Tujuannya adalah untuk menguji iman tiap-tiap orang; apakah
dia mengimani kuasa dan kasih Tuhan atau tidak. Kalau dia beriman maka dia akan
tahu bersyukur selalu dalam segala situasi dan berharap selalu kepada Allah
yang mampu menyelamatkan.
Kiranya
Roh Allah yang maha kudus senantiasa membimbing, menguatkan dan memampukan kita
semua untuk senantiasa bersukacita, tetap berdoa dan bersyukur selalu dalam
segala hal, sebab itulah yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Haleluyah…!Amin…!
No comments:
Post a Comment