Saturday, June 13, 2015

DALAM TANGAN TUHAN



DALAM TANGAN TUHAN
( Bacaan : Yesaya 49:8-16a )

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Penciptaan manusia menurut kesaksian Alkitab, pada hakikatnya menyatakan bahwa manusia dibentuk dari debu tanah, dan kemudian Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, sehingga manusia dapat menjadi mahkluk yang hidup (Kej 2:7). Dalam pemikiran
kitab Kej 2:7 tersebut, terdapat dua tindakan Allah, yaitu: Allah membentuk manusia dari debu tanah, yang berarti menunjuk kepada tindakan Allah yang menggunakan tangan-Nya. Setelah itu, Allah menghembuskan nafas hidup yang sejajar dengan tindakan Allah yang menghembuskan firman-Nya. Jadi apabila manusia memiliki suatu kehidupan serba unik dan khusus, itu karena pekerjaan tangan dan firman Allah. Itu sebabnya, manusia dinyatakan sebagai “gambar dan rupa” Allah. Karena manusia telah diciptakan dengan tangan dan firman Allah, maka manusia diberi kedudukan khusus untuk mencerminkan sifat-sifat dan karakter Allah. Tujuannya adalah, agar dengan tangan dan pikirannya, manusia diberi karunia untuk menjadi berkat bagi sesamanya.
Setiap tangan manusia dapat terulur menyatakan berkat sebagai perpanjangan dari tangan Tuhan; dan pikirannya dapat termanifestasikan untuk menangkap atau memahami pikiran dan kehendak Allah. Dengan tangan dan pikirannya, manusia dapat memiliki orientasi hidup yang mempermuliakan nama Tuhan. Namun ternyata, dalam perjalanan sejarahnya, umat manusia tidak senantiasa menggunakan tangan dan pikirannya untuk mempermuliakan nama Tuhan. Sebaliknya, tangan dan pikirannya sering disalahgunakan sebagai alat yang “efektif” dalam berbagai perbuatan dosa, seperti tindakan mencuri, merampas, menghancurkan dan membunuh. Akibatnya, Allah menghukum manusia, khususnya bagi umat yang telah menyimpang dari perjanjian kasih-karunia-Nya. Allah kemudian memakai tentara asing, seperti raja Sanherib dan tentara dari kerajaan Asyur (705-681), dan juga raja Nebukadnezar dan tentara Babel (604-562), sebagai alat di tangan-Nya untuk menghukum umat Israel. Bahkan, serangan raja Nebukadnezar pada saat itu sangat fatal, karena Israel dapat dikalahkan dengan sangat telak. Bait Allah berhasil diruntuhkan dan mereka pun dibuang ke Babel. Namun tidak senantiasa tangan Tuhan dipakai untuk menghukum umat-Nya. Allah kemudian menggerakkan raja Koresy, sebagai alat di tangan-Nya untuk menakhlukkan Babel. Koresy kemudian dipakai Tuhan untuk membebaskan Israel dari pembuangan di Babel dan membawa mereka kembali ke tanah Kanaan.
Kita telah menyaksikan bagaimana Allah memakai raja Koresy, sebagai alat di tangan-Nya untuk membebaskan dan memulihkan umat-Nya. Sehingga kini umat Israel telah dipulihkan oleh Tuhan dan memiliki masa depan yang cerah. Apabila umat Israel pernah meratap: “Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku” (Yes 49:14), maka Tuhan memberikan jawaban: ”Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Ini berarti, peristiwa pembebasan mereka dari cengkeraman dan pembuangan di Babel, tidak dihayati oleh umat Israel sebagai peristiwa politis dan pergantian kekuasaan, tetapi dihayati sebagai peristiwa teologis, yang mana pada hakikatnya ternyata Allah tidak pernah melupakan mereka. Seperti seorang ibu yang tidak akan pernah melupakan anaknya, demikian pun dengan Allah, Dia tidak akan pernah melupakan umat-Nya. Bahkan sekalipun ada wanita yang melupakan anaknya dan mengabaikannya, maka Allah sekali-kali tidak akan pernah melupakan umatNya.
Allah selalu mengingat umat-Nya, walau mereka senantiasa menyakiti, melukai dan melawan kehendak Allah. Bahkan, sangat menarik tindakan Allah, yang selalu mau mengingat dan tidak melupakan umat-Nya yang digambarkan oleh Yesaya 49:16a, dengan ungkapan: “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku”.  Ungkapan Allah ini sepertinya mau menyatakan bagaimana sikap kepedulian dan perhatian Allah yang sedemikian dalam, intensif dan personal, sehingga wajah-wajah setiap umat-Nya selalu tergambar dengan jelas di telapak tangan-Nya. Itu berarti, setiap kali Allah melihat telapak tangan-Nya, maka Dia juga melihat dan setiap kehidupan dan pergumulan umat-Nya. Yang mana melaui tangan-Nya, Allah telah sejak semula pernah mencipta dan membentuk manusia dari debu tanah, dan kemudian Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia. Jadi tangan Allah dimaknai sebagai wujud dari kuasa Allah yang kreatif dalam menciptakan umat manusia, sekaligus sebagai simbol, dari sikap dan tindakan Allah yang selalu mau mengingat setiap kehidupan umat-Nya.
Saudara-saudara yang sama dikasihi Tuhan,
 Bukankah salah satu organ tubuh yang paling mudah kita lihat setiap saat, adalah tangan dan telapak tangan kita? sehingga melalui tangan dan telapak tangan yang kita miliki, kita dapat melakukan kegiatan yang cepat, efektif dan kreatif. Tetapi lebih daripada itu, tangan dan telapak tangan juga dapat kita pakai untuk mengungkapkan perhatian, kasih dan pertolongan kepada orang-orang di sekitar kita. kepada anak-anak, kita dapat menggunakan tangan untuk mengungkapkan kasih sayang dengan cara membelai-belai kepala mereka. Itu sebabnya pula pada Yes 49:10b, menyatakan tindakan Allah dengan ungkapan: “sebab penyayang mereka akan memimpin mereka dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air”. Secara implisit, makna dari tindakan Allah yang menuntun umat-Nya, jelas menunjuk kepada aktivitas “tangan Allah” yang terulur dari hatinya yang penyayang. Dalam hal ini, Allah selalu peduli dengan setiap masalah dan penderitaan kita. Itu sebabnya, Allah selalu berbela rasa dan bersedia untuk mengulurkan tangan-Nya, sehingga kita dipelihara dan diselamatkan. Di Yes 49:2a, terdapat ungkapan dari tokoh hamba Tuhan yang berkata: “Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya”. Sang hamba Tuhan tersebut menjadikan tangan Tuhan sebagai tempat di mana Ia berlindung, dan hal itu jugalah yang selalu dilakukan Allah bagi setiap umat-Nya. Dengan tangan-Nya Allah telah mencipta, membentuk, menghukum dan mendisiplinkan manusia. Tetapi juga dengan tangan-Nya, Allah berkenan untuk memulihkan, menyayangi, melindungi dan selalu mau mengingat setiap pergumulan yang dialami umat-Nya.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Dengan pemahaman bahwa seluruh kehidupan kita telah tergambar dan terlukis di dalam tangan Tuhan, maka seharusnya kehidupan kita sebagai umat percaya dipenuhi oleh sikap penyerahan diri dan perasaan damai (syalom). Mengapa? Karena kita telah mengetahui dan meyakini bahwa Allah selalu peduli pada setiap pergumulan kita. Dan karena itulah, kita dimampukan untuk hidup tanpa perasaan kuatir atau cemas akan hari esok. Sayangnya, pemahaman iman ini, tidak senantiasa meresapi seluruh aspek kerohanian kita. Masih sangat sering kehidupan kita dipenuhi rasa khwatir yang sangat berlebihan, yang kadang membawa kita pada situasi yang sangat mengecewakan dan membuat kita pasrah serta tak berdaya dalam berjuang. Selaku umat percaya, kita sering mampu merefleksikan makna hidup yang berada di
dalam tangan Tuhan, tetapi pada sisi lain, kita masih dipenuhi rasa kuatir terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi. Perasaan kuatir atau kecemasan dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali memiliki daya dorong yang begitu besar, sehingga mampu melumpuhkan seluruh kemampuan rasional dan kemampuan iman yang kita miliki. Walaupun perasaan kuatir itu pada hakekatnya adalah suatu perasaan cemas terhadap sesuatu yang tidak jelas atau tidak tentu, namun faktanya perasaan kuatir itu, mempu mengguncang seluruh sendi-sendi akal budi dan spiritualitas kita. Sehingga saat kita dikuasai oleh perasaan kuatir dan cemas, kita tidak mampu lagi berpikir jernih dan obyektif.
Saudara-saudara yang sama dikasihi Tuhan,
Kita juga kadang tidak lagi mampu berpikir secara kritis dan realistis saat kita dilanda oleh perasaan kuatir. Akibatnya, saat kita berada dalam perasaan kuatir dan kecemasan, kita merasa tidak hidup lagi di bawah naungan tangan Tuhan yang kuat. Kehadiran Tuhan terasa begitu jauh, jauh dan sangat jauh… Kita merasa telah ditinggalkan oleh Tuhan… Kita merasa hidup sendiri dan dilihat-lihat oleh Tuhan. Bahkan, kehadiran Tuhan itu serasa tidak ada lagi, dan tangan-Nya seperti tidak mampu lagi untuk menjangkau dan menolong kita. Pengalaman inilah yang juga pernah dialami oleh umat Israel, saat mereka dibuang ke Babel, sion kemudian berkata: “Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku” (Yes 49:14). Namun pada akhirnya, ternyata Tuhan tidak sedikit pun melupakan mereka. Tapi sebaliknya, Allah tetap memimpin, melindungi dan selalu mengawasi Israel di “dalam tangan Tuhan”.
Dengan demikian, kita selaku umat percaya harus selalu meyakini bahwa hidup ini telah ada dalam tangan dan telapak tangan-Nya untuk selalu mengawasi dan menuntun untuk kebaikan kita. AMIN.

No comments:

Post a Comment