DALAM TANGAN TUHAN
( Bacaan :
Yesaya 49:8-16a )
Saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan,
Penciptaan manusia menurut kesaksian
Alkitab, pada hakikatnya menyatakan bahwa manusia dibentuk dari debu tanah, dan
kemudian Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, sehingga manusia
dapat menjadi mahkluk yang hidup (Kej 2:7). Dalam pemikiran
kitab Kej 2:7
tersebut, terdapat dua tindakan Allah, yaitu: Allah membentuk manusia dari debu
tanah, yang berarti menunjuk kepada tindakan Allah yang menggunakan tangan-Nya.
Setelah itu, Allah menghembuskan nafas hidup yang sejajar dengan tindakan Allah
yang menghembuskan firman-Nya. Jadi apabila manusia memiliki suatu kehidupan
serba unik dan khusus, itu karena pekerjaan tangan dan firman Allah. Itu
sebabnya, manusia dinyatakan sebagai “gambar dan rupa” Allah. Karena manusia
telah diciptakan dengan tangan dan firman Allah, maka manusia diberi kedudukan
khusus untuk mencerminkan sifat-sifat dan karakter Allah. Tujuannya adalah,
agar dengan tangan dan pikirannya, manusia diberi karunia untuk menjadi berkat
bagi sesamanya.
Setiap tangan manusia dapat terulur
menyatakan berkat sebagai perpanjangan dari tangan Tuhan; dan pikirannya dapat
termanifestasikan untuk menangkap atau memahami pikiran dan kehendak Allah.
Dengan tangan dan pikirannya, manusia dapat memiliki orientasi hidup yang
mempermuliakan nama Tuhan. Namun ternyata, dalam perjalanan sejarahnya, umat
manusia tidak senantiasa menggunakan tangan dan pikirannya untuk mempermuliakan
nama Tuhan. Sebaliknya, tangan dan pikirannya sering disalahgunakan sebagai
alat yang “efektif” dalam berbagai perbuatan dosa, seperti tindakan mencuri,
merampas, menghancurkan dan membunuh. Akibatnya, Allah menghukum manusia,
khususnya bagi umat yang telah menyimpang dari perjanjian kasih-karunia-Nya. Allah
kemudian memakai tentara asing, seperti raja Sanherib dan tentara dari kerajaan
Asyur (705-681), dan juga raja Nebukadnezar dan tentara Babel (604-562),
sebagai alat di tangan-Nya untuk menghukum umat Israel. Bahkan, serangan raja
Nebukadnezar pada saat itu sangat fatal, karena Israel dapat dikalahkan dengan
sangat telak. Bait Allah berhasil diruntuhkan dan mereka pun dibuang ke Babel.
Namun tidak senantiasa tangan Tuhan dipakai untuk menghukum umat-Nya. Allah
kemudian menggerakkan raja Koresy, sebagai alat di tangan-Nya untuk
menakhlukkan Babel. Koresy kemudian dipakai Tuhan untuk membebaskan Israel dari
pembuangan di Babel dan membawa mereka kembali ke tanah Kanaan.
Kita telah menyaksikan bagaimana
Allah memakai raja Koresy, sebagai alat di tangan-Nya untuk membebaskan dan
memulihkan umat-Nya. Sehingga kini umat Israel telah dipulihkan oleh Tuhan dan
memiliki masa depan yang cerah. Apabila umat Israel pernah meratap: “Tuhan
telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku” (Yes 49:14), maka Tuhan
memberikan jawaban: ”Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia
tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak
akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Ini berarti, peristiwa pembebasan mereka
dari cengkeraman dan pembuangan di Babel, tidak dihayati oleh umat Israel
sebagai peristiwa politis dan pergantian kekuasaan, tetapi dihayati sebagai
peristiwa teologis, yang mana pada hakikatnya ternyata Allah tidak pernah
melupakan mereka. Seperti seorang ibu yang tidak akan pernah melupakan anaknya,
demikian pun dengan Allah, Dia tidak akan pernah melupakan umat-Nya. Bahkan
sekalipun ada wanita yang melupakan anaknya dan mengabaikannya, maka Allah
sekali-kali tidak akan pernah melupakan umatNya.
Allah selalu mengingat umat-Nya,
walau mereka senantiasa menyakiti, melukai dan melawan kehendak Allah. Bahkan,
sangat menarik tindakan Allah, yang selalu mau mengingat dan tidak melupakan
umat-Nya yang digambarkan oleh Yesaya 49:16a, dengan ungkapan: “Lihat, Aku
telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku”.
Ungkapan Allah ini sepertinya mau menyatakan bagaimana sikap kepedulian
dan perhatian Allah yang sedemikian dalam, intensif dan personal, sehingga
wajah-wajah setiap umat-Nya selalu tergambar dengan jelas di telapak
tangan-Nya. Itu berarti, setiap kali Allah melihat telapak tangan-Nya, maka Dia
juga melihat dan setiap kehidupan dan pergumulan umat-Nya. Yang mana melaui
tangan-Nya, Allah telah sejak semula pernah mencipta dan membentuk manusia dari
debu tanah, dan kemudian Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia.
Jadi tangan Allah dimaknai sebagai wujud dari kuasa Allah yang kreatif dalam
menciptakan umat manusia, sekaligus sebagai simbol, dari sikap dan tindakan
Allah yang selalu mau mengingat setiap kehidupan umat-Nya.
Saudara-saudara yang
sama dikasihi Tuhan,
Bukankah salah satu organ tubuh yang paling
mudah kita lihat setiap saat, adalah tangan dan telapak tangan kita? sehingga
melalui tangan dan telapak tangan yang kita miliki, kita dapat melakukan
kegiatan yang cepat, efektif dan kreatif. Tetapi lebih daripada itu, tangan dan
telapak tangan juga dapat kita pakai untuk mengungkapkan perhatian, kasih dan
pertolongan kepada orang-orang di sekitar kita. kepada anak-anak, kita dapat
menggunakan tangan untuk mengungkapkan kasih sayang dengan cara membelai-belai
kepala mereka. Itu sebabnya pula pada Yes 49:10b, menyatakan tindakan Allah
dengan ungkapan: “sebab penyayang mereka akan memimpin mereka dan akan menuntun
mereka ke dekat sumber-sumber air”. Secara implisit, makna dari tindakan Allah
yang menuntun umat-Nya, jelas menunjuk kepada aktivitas “tangan Allah” yang
terulur dari hatinya yang penyayang. Dalam hal ini, Allah selalu peduli dengan
setiap masalah dan penderitaan kita. Itu sebabnya, Allah selalu berbela rasa dan
bersedia untuk mengulurkan tangan-Nya, sehingga kita dipelihara dan
diselamatkan. Di Yes 49:2a, terdapat ungkapan dari tokoh hamba Tuhan yang
berkata: “Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku
berlindung dalam naungan tangan-Nya”. Sang hamba Tuhan tersebut menjadikan
tangan Tuhan sebagai tempat di mana Ia berlindung, dan hal itu jugalah yang
selalu dilakukan Allah bagi setiap umat-Nya. Dengan tangan-Nya Allah telah
mencipta, membentuk, menghukum dan mendisiplinkan manusia. Tetapi juga dengan
tangan-Nya, Allah berkenan untuk memulihkan, menyayangi, melindungi dan selalu
mau mengingat setiap pergumulan yang dialami umat-Nya.
Saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan.
Dengan pemahaman bahwa seluruh
kehidupan kita telah tergambar dan terlukis di dalam tangan Tuhan, maka
seharusnya kehidupan kita sebagai umat percaya dipenuhi oleh sikap penyerahan
diri dan perasaan damai (syalom). Mengapa? Karena kita telah mengetahui dan
meyakini bahwa Allah selalu peduli pada setiap pergumulan kita. Dan karena
itulah, kita dimampukan untuk hidup tanpa perasaan kuatir atau cemas akan hari
esok. Sayangnya, pemahaman iman ini, tidak senantiasa meresapi seluruh aspek
kerohanian kita. Masih sangat sering kehidupan kita dipenuhi rasa khwatir yang
sangat berlebihan, yang kadang membawa kita pada situasi yang sangat
mengecewakan dan membuat kita pasrah serta tak berdaya dalam berjuang. Selaku
umat percaya, kita sering mampu merefleksikan makna hidup yang berada di
dalam
tangan Tuhan, tetapi pada sisi lain, kita masih dipenuhi rasa kuatir terhadap
sesuatu yang belum tentu terjadi. Perasaan kuatir atau kecemasan dalam
kehidupan kita sehari-hari, seringkali memiliki daya dorong yang begitu besar,
sehingga mampu melumpuhkan seluruh kemampuan rasional dan kemampuan iman yang
kita miliki. Walaupun perasaan kuatir itu pada hakekatnya adalah suatu perasaan
cemas terhadap sesuatu yang tidak jelas atau tidak tentu, namun faktanya
perasaan kuatir itu, mempu mengguncang seluruh sendi-sendi akal budi dan
spiritualitas kita. Sehingga saat kita dikuasai oleh perasaan kuatir dan cemas,
kita tidak mampu lagi berpikir jernih dan obyektif.
Saudara-saudara yang
sama dikasihi Tuhan,
Kita juga kadang tidak lagi mampu
berpikir secara kritis dan realistis saat kita dilanda oleh perasaan kuatir.
Akibatnya, saat kita berada dalam perasaan kuatir dan kecemasan, kita merasa
tidak hidup lagi di bawah naungan tangan Tuhan yang kuat. Kehadiran Tuhan
terasa begitu jauh, jauh dan sangat jauh… Kita merasa telah ditinggalkan oleh
Tuhan… Kita merasa hidup sendiri dan dilihat-lihat oleh Tuhan. Bahkan,
kehadiran Tuhan itu serasa tidak ada lagi, dan tangan-Nya seperti tidak mampu
lagi untuk menjangkau dan menolong kita. Pengalaman inilah yang juga pernah
dialami oleh umat Israel, saat mereka dibuang ke Babel, sion kemudian berkata:
“Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku” (Yes 49:14).
Namun pada akhirnya, ternyata Tuhan tidak sedikit pun melupakan mereka. Tapi
sebaliknya, Allah tetap memimpin, melindungi dan selalu mengawasi Israel di “dalam
tangan Tuhan”.
Dengan
demikian, kita selaku umat percaya harus selalu meyakini bahwa hidup ini telah
ada dalam tangan dan telapak tangan-Nya untuk selalu mengawasi dan menuntun
untuk kebaikan kita. AMIN.
No comments:
Post a Comment