Thursday, June 4, 2015

“MAU LARI KEMANA…?



( Kejadian 28 : 10 – 20 )


                                “Janganlah lari dari kenyataan, tetapi hadapilah kenyataan…!”
Kalimat ini adalah salah satu ungkapan orang bijak yang suda sering kita dengarkan. Pesan ini mencoba memberi pengajaran dan tuntunan kepada setiap orang dalam hidupnya agar bisa bersikap lebih dewasa, kuat dan berani dalam menghadapi kenyataan hidup yang terjadi. Tidak dapat disangkali, bahwa menjalani hidup di dunia ini, adalah sebuah situasi yang mau tidak mau otomatis menghantar kita dalam sebuah perjalanan panjang, yang di dalamnya akan senantiasa diwarnai dengan berbagai macam masalah dan tantangan. Berani hidup, berarti berani menghadapi tantangan hidup sebagai resiko. Idealnya seperti itu, namun kenyataan sering berbicara lain; terkadang kita hanya mau menjalani bagian hidup yang enak-enak saja, tetapi tidak siap menghadapinya kalau ada masalah.  Atau terlalu sering, kita hanya mampu membuat masalah, namun tidak ada upaya untuk menyelesaikannya kalau ada dampak negatif yang ditimbulkannya. Kita malah sering menghindar kalau sudah melihat adanya gejala yang bakal muncul sebagai akibat dari perbuatan kita. Kita lari dan tidak bertanggung jawab.
Pembacaan kita pada saat ini, mengisahkan tentang pengalaman yang sama yang pernah dialami oleh Yakub. Yakub dengan sengaja telah melanggar kebiasaan yang sudah berlaku umum di kalangan orang-orang Israel. Ia secara sadar telah memperdaya ayahnya yang sudah tua. Ia telah memanfaatkan secara tidak benar keterbatasan yang dimiliki oleh ayahnya yang sudah lanjut usia. Ia telah merancang suatu hal yang buruk dengan berencana merampas hak kesulungan yang semestinya menjadi hak kakaknya, yakni Esau. Atas perbuatannya tersebut, dia harus menerima kenyataan untuk dimusuhi oleh kakaknya. Menghadapi masalah yang timbul atas perbuatannya tersebut, Yakub bukannya tinggal dan berusaha menyelesaikannya. Ia malah menghindar. Menjadi bukti bahwa ia tidak mampu menyatakan tanggungjawabnya dalam menghadapi kenyataan tersebut. Ia tahu kalau ia sudah bersalah, tetapi tidak ada upaya untuk meminta maaf kepada kakaknya. Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana agar ia secepatnya bisa menghindar dari persoalan tersebut. Ia hanya berpikir, agar bagaimana sesegera mungkin ia bisa menjauh dari hadapan kakaknya. Akhirnya ia menempuh jalan pintas sebagai pilihan cepat namun tidak tepat, dan hidup sebagai pelarian.
Namun semakin ia jauh, bukannya masalah itu semakin berkurang, apalagi lepas. Namun beban itu; baik secara fisik maupun secara psykhis semakin kuat menekannya. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan lebih dari 40 mil, Yakub tiba pada suatu tempat bernama Lus. Perjalanan yang panjang dan melelahkan, beban pikiran dan perasaan yang sangat berat, perasaan bersalah, serta dinginnya malam yang mencekam membuat Yakub letih tak tertahankan, dan akhirnya tertidur pulas. Bahkan dalam tidurnya, ia hanya menggunakan batu sebagai alas kepala.
                Dalam situasi Yakub yang tidak berdaya itulah, Tuhan memperlihatkan sisi kehidupan yang sering diabaikan oleh manusia.Sisi kehidupan ini sering tersembunyi dari penglihatan normal, dan berada di luar pengetahuan dan kesadaran umum manusia.  Tuhan menjelaskan hal itu melalui mimpinya. Di dalam mimpinya: Yakub melihat; di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Tuhan turun naik di tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya, dan menyampaikan serta mempertegas tentang janji kesetiaan-Nya. Dan ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.”
            Inilah titik balik dalam sejarah pelarian Yakub, bahwa Tuhan sendiri mengubah segala permasalahan hidup Yakub dapat menjadi indah jika Ia berada dalam genggaman-Nya. Dengan cara yang luar biasa, Tuhan telah mengajar Yakub untuk sadar tentang kehadiran-Nya. Dan kehadiran itu telah mengubah hidup Yakub seutuhnya.
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus, 
                Memikul beban hidup yang begitu berat datang menindih kehidupan keluarga, bahkan keberadaan kita semua pada saat ini. Menghadapi kenyataan duka atas kematian orang yang kita kasihi. Menghadapi peristiwa kematian yang datangnya seolah tidak bersahabat, bahkan dapat diibaratkan sebagai musuh yang sangat  menakutkan, maka langkah apakah yang semestinya kita tempuh?  kemanakah kita harus berharap? Atau dapatkah kita lari dari kenyataan ini? Tapi, mau lari ke mana…?
                Kita tidak bisa berlari meninggalkannya. Kita tidak bisa menghindarinya atau menolaknya, sebab bagaimanapun, kematian adalah sebuah realita hidup yang harus kita hadapi. Kematian pasti terjadi bagi siapapun, sebagai akibat dari kejatuhan kita selaku manusia ke dalam dosa (ingat kisah di taman Eden). Namun jangan takut dan resah. Sebab sekalipun kematian pasti terjadi atas kita sekalian, tetapi kita masih boleh mempunyai pengharapan bahwa justru melalui kematian tersebut, kalau kita kuat dan berani, maka kita bisa melihat jalan kehidupan, asalkan kita senantiasa berjalan bersama Tuhan. 
                Inilah salah satu fakta dari sisi-sisi kehidupan kita selaku manusia, bahwa kita tidak bisa menyelesaikan masalah kita dengan cara menghindarinya. Sebab ketika kita berusaha menghindarinya, masalah itu tidaklah selesai, namun bisa justru semakin bertambah banyak membuntuti kita. Dan malah semakin kuat menekan kita, akhirnya kita tiba pada situasi buntu, lalu tidak berdaya.
                Firman Tuhan mengajak kita untuk berani menghadapi masalah, apapun situasinya, sambil meyakini bahwa Tuhan ada di tengah-tengah kita, sebab Dia sendiri telah berjanji untuk setia menolong kita. Kita tidak perlu bingung untuk mencari jalan keluar dan pusing memikirkan mau ke mana. Sebab Tuhan sendiri sudah memberi petunjuk kepada kita melalui gambaran tentang ‘tangga yang ujungnya dari bumi sampai ke langit’ serta ‘malaikat-malaikat yang naik-turun melewati tangga tersebut’. Hal ini mengandung pengertian bahwa Tuhan sendiri sudah menyediakan jalan bagi kita untuk bisa setiap saat datang kepada-Nya, yaitu melalui karya-Nya di dalam Kristus Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Dia telah merintis sebuah jalan keselamatan yang menghubungkan antara keberadaan manusia di bumi (yang fana) menuju kepada kehidupan yang penuh damai (dalam suasana sukacita sorgawi). Ketika malaikat-malaikatnya datang menjemput kita atau orang-orang yang kita kasihi, maka Tuhan pasti hadir dan berada di setiap sisi-sisi kenyataan hidup kita. Dan Dia senantiasa menyambut, bahkan memberi petunjuk bagi kita tentang arah jalan kehidupan.Sehingga persoalan apapun yang kita hadapi, asalkan kita datang dengan iman, maka Tuhan pasti menjawab-Nya.
            Memang, kita tidak dapat melihat kehadiran Tuhan dengan mata telanjang kita. Namun dengan mata iman, kita bisa merasakan dan menyaksikan kehadiran Tuhan di setiap sisi kehidupan kita.
Sebab Roh Allah yang kudus itu diam diantara kita. Dialah yang akan menghibur dan menguatkan kita senantiasa. Haleluyah!
 Amin…!

No comments:

Post a Comment