( Kejadian 28 : 10 – 20 )
“Janganlah
lari dari kenyataan, tetapi hadapilah kenyataan…!”
Kalimat
ini adalah salah satu ungkapan orang bijak yang suda sering kita dengarkan.
Pesan ini mencoba memberi pengajaran dan tuntunan kepada setiap orang dalam
hidupnya agar bisa bersikap lebih dewasa, kuat dan berani dalam menghadapi
kenyataan hidup yang terjadi. Tidak dapat disangkali, bahwa menjalani hidup di
dunia ini, adalah sebuah situasi yang mau tidak mau otomatis menghantar kita
dalam sebuah perjalanan panjang, yang di dalamnya akan senantiasa diwarnai
dengan berbagai macam masalah dan tantangan. Berani hidup, berarti berani
menghadapi tantangan hidup sebagai resiko. Idealnya seperti itu, namun
kenyataan sering berbicara lain; terkadang kita hanya mau menjalani bagian
hidup yang enak-enak saja, tetapi tidak siap menghadapinya kalau ada
masalah. Atau terlalu sering, kita hanya
mampu membuat masalah, namun tidak ada upaya untuk menyelesaikannya kalau ada
dampak negatif yang ditimbulkannya. Kita malah sering menghindar kalau sudah
melihat adanya gejala yang bakal muncul sebagai akibat dari perbuatan kita.
Kita lari dan tidak bertanggung jawab.
Pembacaan
kita pada saat ini, mengisahkan tentang pengalaman yang sama yang pernah
dialami oleh Yakub. Yakub dengan sengaja telah melanggar kebiasaan yang sudah
berlaku umum di kalangan orang-orang Israel. Ia secara sadar telah memperdaya
ayahnya yang sudah tua. Ia telah memanfaatkan secara tidak benar keterbatasan
yang dimiliki oleh ayahnya yang sudah lanjut usia. Ia telah merancang suatu hal
yang buruk dengan berencana merampas hak kesulungan yang semestinya menjadi hak
kakaknya, yakni Esau. Atas perbuatannya tersebut, dia harus menerima kenyataan
untuk dimusuhi oleh kakaknya. Menghadapi masalah yang timbul atas perbuatannya
tersebut, Yakub bukannya tinggal dan berusaha menyelesaikannya. Ia malah
menghindar. Menjadi bukti bahwa ia tidak mampu menyatakan tanggungjawabnya
dalam menghadapi kenyataan tersebut. Ia tahu kalau ia sudah bersalah, tetapi
tidak ada upaya untuk meminta maaf kepada kakaknya. Yang ada dalam benaknya
hanyalah bagaimana agar ia secepatnya bisa menghindar dari persoalan tersebut.
Ia hanya berpikir, agar bagaimana sesegera mungkin ia bisa menjauh dari hadapan
kakaknya. Akhirnya ia menempuh jalan pintas sebagai pilihan cepat namun tidak
tepat, dan hidup sebagai pelarian.
Namun
semakin ia jauh, bukannya masalah itu semakin berkurang, apalagi lepas. Namun
beban itu; baik secara fisik maupun secara psykhis semakin kuat menekannya.
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan lebih dari 40 mil, Yakub tiba pada suatu
tempat bernama Lus. Perjalanan yang panjang dan melelahkan, beban pikiran dan
perasaan yang sangat berat, perasaan bersalah, serta dinginnya malam yang
mencekam membuat Yakub letih tak tertahankan, dan akhirnya tertidur pulas.
Bahkan dalam tidurnya, ia hanya menggunakan batu sebagai alas kepala.
Dalam situasi Yakub yang
tidak berdaya itulah, Tuhan memperlihatkan sisi kehidupan yang sering diabaikan
oleh manusia.Sisi kehidupan ini sering tersembunyi dari penglihatan normal, dan
berada di luar pengetahuan dan kesadaran umum manusia. Tuhan menjelaskan hal itu melalui mimpinya.
Di dalam mimpinya: Yakub melihat; di bumi ada didirikan sebuah tangga yang
ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Tuhan turun naik di
tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya, dan menyampaikan serta mempertegas
tentang janji kesetiaan-Nya. Dan ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah
ia: “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.”
Inilah titik balik dalam sejarah
pelarian Yakub, bahwa Tuhan sendiri mengubah segala permasalahan hidup Yakub
dapat menjadi indah jika Ia berada dalam genggaman-Nya. Dengan cara yang luar
biasa, Tuhan telah mengajar Yakub untuk sadar tentang kehadiran-Nya. Dan
kehadiran itu telah mengubah hidup Yakub seutuhnya.
Saudara-saudara yang dikasihi di
dalam Yesus Kristus,
Memikul beban hidup
yang begitu berat datang menindih kehidupan keluarga, bahkan keberadaan kita
semua pada saat ini. Menghadapi kenyataan duka atas kematian orang yang kita
kasihi. Menghadapi peristiwa kematian yang datangnya seolah tidak bersahabat,
bahkan dapat diibaratkan sebagai musuh yang sangat menakutkan, maka langkah apakah yang
semestinya kita tempuh? kemanakah kita
harus berharap? Atau dapatkah kita lari dari kenyataan ini? Tapi, mau lari ke
mana…?
Kita tidak bisa berlari
meninggalkannya. Kita tidak bisa menghindarinya atau menolaknya, sebab
bagaimanapun, kematian adalah sebuah realita hidup yang harus kita hadapi.
Kematian pasti terjadi bagi siapapun, sebagai akibat dari kejatuhan kita selaku
manusia ke dalam dosa (ingat kisah di taman Eden). Namun jangan takut dan
resah. Sebab sekalipun kematian pasti terjadi atas kita sekalian, tetapi kita
masih boleh mempunyai pengharapan bahwa justru melalui kematian tersebut, kalau
kita kuat dan berani, maka kita bisa melihat jalan kehidupan, asalkan kita
senantiasa berjalan bersama Tuhan.
Inilah salah satu fakta
dari sisi-sisi kehidupan kita selaku manusia, bahwa kita tidak bisa
menyelesaikan masalah kita dengan cara menghindarinya. Sebab ketika kita
berusaha menghindarinya, masalah itu tidaklah selesai, namun bisa justru
semakin bertambah banyak membuntuti kita. Dan malah semakin kuat menekan kita, akhirnya
kita tiba pada situasi buntu, lalu tidak berdaya.
Firman Tuhan mengajak
kita untuk berani menghadapi masalah, apapun situasinya, sambil meyakini bahwa
Tuhan ada di tengah-tengah kita, sebab Dia sendiri telah berjanji untuk setia
menolong kita. Kita tidak perlu bingung untuk mencari jalan keluar dan pusing
memikirkan mau ke mana. Sebab Tuhan sendiri sudah memberi petunjuk kepada kita
melalui gambaran tentang ‘tangga yang ujungnya dari bumi sampai ke langit’
serta ‘malaikat-malaikat yang naik-turun melewati tangga tersebut’. Hal ini
mengandung pengertian bahwa Tuhan sendiri sudah menyediakan jalan bagi kita
untuk bisa setiap saat datang kepada-Nya, yaitu melalui karya-Nya di dalam
Kristus Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Dia telah merintis sebuah
jalan keselamatan yang menghubungkan antara keberadaan manusia di bumi (yang
fana) menuju kepada kehidupan yang penuh damai (dalam suasana sukacita sorgawi).
Ketika malaikat-malaikatnya datang menjemput kita atau orang-orang yang kita
kasihi, maka Tuhan pasti hadir dan berada di setiap sisi-sisi kenyataan hidup
kita. Dan Dia senantiasa menyambut, bahkan memberi petunjuk bagi kita tentang
arah jalan kehidupan.Sehingga persoalan apapun yang kita hadapi, asalkan kita datang
dengan iman, maka Tuhan pasti menjawab-Nya.
Memang, kita tidak dapat melihat
kehadiran Tuhan dengan mata telanjang kita. Namun dengan mata iman, kita bisa
merasakan dan menyaksikan kehadiran Tuhan di setiap sisi kehidupan kita.
Sebab
Roh Allah yang kudus itu diam diantara kita. Dialah yang akan menghibur dan
menguatkan kita senantiasa. Haleluyah!
Amin…!
No comments:
Post a Comment