Monday, June 15, 2015

KESETIAAN KEPADA ALLAH

KESETIAAN KEPADA ALLAH
Bacaan : Daniel 6:20-29
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Kesetiaan merupakan suatu hal yang sangat mahal dan sangat langka di zaman sekarang ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu diperhadapkan pada kata kesetiaan, baik dalam
hubungan persahabatan, pacaran, rumah tangga, bisnis maupun pelayanan. Berbicara soal kesetiaan, berikut ada sebuah cerita yang memberi gambaran soal kesetiaan. Di suatu kota di Afrika, ada seorang pendeta yang telah menikah selama 30 tahun lamanya dan mempunyai tujuh orang anak. Suatu ketika, isterinya menderita penyakit tumor otak, sehingga pada saat-saat tertentu ia tidak dapat berpikir dengan jelas. Kadang-kadang timbul keinginan aneh yang menyebabkan ia lari meninggalkan rumah. Jadi, sebagai suami, dia harus menjaganya siang dan malam. Semakin hari, penyakitnya semakin bertambah parah, dan isterinya tidak dapat berbicara dengan lancar. Dan karena itulah, suaminya harus menolong dia dalam segala hal. Ia harus memberinya makan dengan menyuapi, memandikan dan mengenakan pakaian kepadanya. Semuanya berlangsung selama 15 tahun. Bilamana teman-tamannya menyarankan agar sang suami mengirimkan isterinya ke sebuah rumah perawatan, atau rumah sakit bagi pasien-pasien yang tak tersembuhkan, ia selalu menolak dan menjawab: “Dia adalah isteri saya dan ibu dari tujuh anak kami. Saya tidak akan pernah menyerahkannya ke rumah perawatan atau rumah sakit.” Sesaat sebelum kematiannya, isteri pendeta itu berkata kepada seorang temannya yang menjenguknya, “Kapan saja engkau dan suamiku berbicara tentang pernikahan, saya ingin agar engkau menceriterakan kepada mereka, bahwa suami saya tetap mengasihi saya pada hari ini, sama seperti dia mengasihi saya pada waktu kami baru menjadi pengantin.”
Dari kisah tersebut, menjadi sebuah perenungan bagi kita adalah, seandainya kita yang berada pada posisi tersebut, apakah yang akan kita lakukan? Apakah kita akan tetap setia untuk melayani suamu/isteri kita yang sakit? Kesetiaan selalu mempunyai dampak bagi kehidupan kita, baik bagi orang itu sendiri maupun bagi orang yang melihatnya. Seperti pernyataan isteri pendeta di atas, kesetiaan suaminya merupakan bukti kasih yang nyata bagi dirinya, dan saya yakin orang-orang di sekitarnya juga akan berpendapat demikian.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Belajar dari peristiwa penyelamatan Daniel dari lubang singa, kita mengetahui betapa pentingnya kesetiaan orang Kristen kepada Allah di dalam menghadapi kesulitan hidup. Yang perlu kita tanyakan terkait dengan kesetiaan kita kepada Allah adalah, dampak apakah yang akan kita peroleh dari tindakan untuk tetap hidup dalam kesetiaan kepada Allah? Ada dua dampak yang dapat ditunjukkan apabila orang Kristen mempunyai kesetiaan kepada Allah.
1.        Dengan tetap setia, maka penyertaan Tuhan akan dinyatakan (ayat 22)
Daniel adalah seorang tawanan perang yang ditangkap oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem jatuh pada tahun 605 SM. Bersama-sama dengan orang-orang Yahudi dari golongan atas lainnya, Daniel diangkut ke Babel, dididik dan dipekerjakan dalam pemerintahan. Reputasi dan karirnya mencapai puncak pada waktu ia ditetapkan sebagai salah satu dari pejabat tinggi yang menduduki jabatan kedua sesudah raja dalam Kerajaan Media Persia yang sedang berkembang. Semua itu dikarenakan perlindungan Tuhan dan ketaatan Daniel kepada-Nya. Pada awal perikop ini dikisahkan tentang kebencian rekan-rekan sekerja Daniel yang cemburu kepada keberhasilannya. Mereka itu marah karena kesuksesannnya, serta namanya yang baik, karena itu mereka ingin mencelakakannya, tetapi mereka tidak menemukan kesalahan dalam kelakuan atau pengelolaan administrasi kerajaan. Oleh karena itulah, mereka mendorong raja Darius supaya dia mengeluarkan surat keputusan yang tidak mungkin ditaati Daniel sebagai seorang Yahudi yang setia. Mereka meminta agar Darius mengeluarkan larangan menyampaikan permohonan kepada siapapun dan apapun selama tiga puluh hari kecuali raja. Karena ketaatannya, Daniel tetap setia melakukan ibadah, berdoa serta memuji Allah seperti biasanya. Akhirnya dia ditangkap dan didakwa melawan perintah yang dikeluarkan oleh raja. Daniel yang setia kemudian dimasukkan ke dalam gua singa. Raja Darius merasa dijebak oleh para pelayannya sehingga ia menyesal, dan akibatnya dia berpuasa dan tidak bisa tidur. Alkitab kemudian menceriterakan bahwa pagi-pagi sekali, Darius bangun dan pergi ke gua singa. Setelah sampai di gua singa, raja berseru memanggil Daniel. Dan apa yang terjadi? Karena kesetiaanya kepada Allah, maka Allah pun “setia” dan menyertai Daniel, dengan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk menutup mulut singa-singa itu.  Dan Darius dengan nyata menyaksikan perlindungan Tuhan terhadap Daniel. Penyataan “hamba Allah yang hidup” pada ayat 21 menegaskan bahwa Darius mengetahui Daniel sebagai seorang yang setia kepada Allahnya, yang hidup baginya, dan selalu taat.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
sebagaimana kesetiaan Daniel selalu diuji, kesetiaan orang Kristen pun akan selalu diuji. Tuhan tidak menjanjikan bahwa kalau kita setia, kita akan hidup tanpa merasakan kesusahan. Tetapi Tuhan Yesus memberikan janji penyertaan-Nya kalau kita setia dalam menghadapi kesulitan. Penyertaan Tuhan bukan berarti hidup tanpa masalah. Namun penyertaan Tuhan berarti, Dia selalu bersama dengan kita dalam segala keadaan. Orang yang memahami penyertaan Tuhan adalah orang yang mampu berkata seperti Daniel, “Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami…” (Daniel 3:17). Jelas, bagaimana Daniel merasakan betapa manisnya penyertaan Tuhan itu. Bersama dengan Tuhan Daniel dapat merasakan jaminan yang nyata. Meskipun pada awalnya Daniel merasa ditinggalkan, toh pada akhirnya, penyertaan Tuhan membawa damai dan ketenangan yang  baik. 
2.       Dengan tetap setia, maka nama Allah akan ditinggikan
Perhatikan, setelah Daniel dikeluarkan dari gua singa, raja Darius segera menghukum orang-orang yang telah menuduh Daniel untuk dimasukkan ke dalam gua singa. Seketika itu juga, sebelum orang-orang ini sampai ke tanah, singa-singa telah menelan dan menerkam mereka. Keganasan singa-singa itu menunjukkan, bahwa hanya karena di dalam kuasa, kehendak dan penyertaan Allah, Daniel tidak dapat diapa-apakan oleh singa itu. Sebagai respons terhadap apa yang telah disaksikannya, raja Darius kemudian menyadari jika ada keajaiban yang terjadi dengan selamatnya Daniel dari gua singa itu. Dan dengan kesadaran itu, raja Darius kemudian menyampaikan pengumuman akan pujiannya kepada Allah orang Yahudi. Dia kemudian memerintahkan kepada semua rakyat untuk hormat dan taat kepada-Nya (ayt 25). Ya, dengan kesetiaan Daniel inilah, maka penyertaan Allah dinyatakan dan Allah telah menunjukkan siapa diri-Nya sebenarnya. Allah Daniel adalah Allah yang berbeda dengan berhala-berhala yang disembah oleh Darius.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Kemuliaan Allah merupakan kebahagiaan yang utama bagi orang Kristen. Baik dalam keadaan duka, maupun dalam keadaan suka, bila kita tetap setia kepada Allah, maka dengan penyertaan Allah, nama Allah akan dimuliakan. Yesus Kristus sendiri telah memberikan contoh kepada kita, tentang bagaimana seharusnya kita menjadi setia. Tuhan Yesus yang tersalib merupakan wujud kesetiaan yang membawa kemuliaan Allah. Saat di taman Getsemani, terjadi pergumulan yang menentukan masa depan manusia. Kesetiaan dan ketaatan Yesus dituntut. Tuhan Yesus bukan tidak dapat menghindar cawan itu, tetapi karena ketaatan-Nya kepada Bapa, maka Ia mau menerimanya. Dalam pergumulan dengan mengeluarkan peluh yang  bercampur darah, akhirnya Ia mengatakan, “Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu.” Lalu, apakah setelah pernyataan ini diungkapkan oleh Yesus, maka semuanya berakhir? Tidak. Sebaliknya, Yesus harus ditangkap, disangkal dan dijauhi murdid-murid-Nya, diejek, diolok-olok, dihina dan disalibkan. Tetapi…. Yesus tetap setia…  Di dalam kesengsaraan-Nya, di dalam perjuangan-Nya, Dia tetap menurut kehendak Bapa. Kesetiaan ini merupakan penggenapan  dari apa yang diungkapkan olen nabi Yesaya dalam Yesaya 53:7 yang berbunyi: “ Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak  membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”. Jelas, dalam kesengsaraan Yesus, Dia tetap setia menjalani kehendak Bapa-Nya. Ya, Yesus tetap setia, walaupun berada dalam keadaan menderita dan dianiaya.
Pertanyaan bagi kita semua adalah, apakah kita juga  tetap setia kepada Allah dalam menjalani kehidupan? Apakah kita tetap setia untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya? Dalam situasi ekonomi yang sulit, tetap setiakah kita dalam bekerja? Tetap jujurkah kita dalam menjalankan bisnis atau pekerjaan-pekerjaan lain yang telah menjadi profesi kita? mungkin, dalam keadaan yang susah seperti sekarang ini, kadang kita mulai meragukan penyertaan Tuhan, dan kita mulai mencari jalan pintas yang tidak sesuai dengan iman kita. Mari untuk selalu memegang dan mengimani janji Tuhan yang akan selalu nyata dan tepat pada waktunya, jika kita senantiasa mau untuk hidup dan berjalan bersama dengan Dia, hingga pada akhirnya, Tuhan menyatakan kuasa-Nya, sehingga Ia semakin dipermuliakan.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Ingatlah bahwa apapun yang kita kerjakan, apapun yang kita lakukan, yang kita pertaruhkan adalah nama Allah. Sebagai anak-anak Allah, seharusnya yang kita lakukan adalah menunjukkan kepada dunia siapa “Bapa” kita. Semua yang kita lakukan haruslah sesuai dengan kehendak Allah. Bila kita dipuji Allah sebagai orang yang setia, maka orang di sekeliling kita juga akan mengetahui siapa Allah kita. Dengan demikian, betapa pentingnya kesetiaan kita kepada Allah. Dengan tetap setia kepada Allah, kita akan selalu mendapat penyertaan-Nya dan dapat memuliakan nama-Nya. Tuhan selalu setia.. Lalu, bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai anak-anak-Nya?? Apakah kita juga akan tetap setia sampai pada kedatangan Tuhan Yesus untuk yang kedua kalinya??? AMIN.

No comments:

Post a Comment