“SUDAH
JATUH TERTIMPA TANGGA PULA…!”
( Mazmur 116 : 1 – 11 )
Firman Tuhan yang kita
baca pada saat ini, merupakan salah satu bagian kitab yang bersifat pribadi.
Namun bukan dalam pengertian sifatnya rahasia. Artinya, hal yang diungkapkan di
dalamnya adalah hal-hal yang bersifat
pengalaman pribadi; yaitu merupakan hal-hal yang dialami dan dirasakan langsung
oleh pribadi pemazmur terjadi dalam kehidupannya. Pun demikian, walaupun
bersifat pengalaman pribadi, pemazmur sadar bahwa tidak tertutup kemungkinan
kenyataan seperti yang dialaminya juga akan dialami oleh orang lain, sehingga
pemazmur pun merasa bertanggungjawab secara iman untuk membagikannya kepada
orang lain untuk dipedomani.
Ungkapan ini muncul dari
pergumulan pribadi yang amat serius dan mendalam. Dirinya sering mengalami
pergumulan batin yang amat berat. Ia kerapkali menghadapi masalah yang terjadi
secara beruntun datang menimpanya. Terutama dalam menghadapi kenyataan hidup
sebagai orang yang sederhana dan lemah.
Ia sering ditekan dan diperlakukan secara buruk. Sudah lemah, ditekan lagi.
Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya. Bahkan terkadang, ia sering merasa
seolah-olah dirinya sudah berada di alam maut dan terasa seperti tali-tali yang
begitu kuat melilitnya, dan membuatnya begitu sesak dalam duka yang amat dalam
( ay. 3 ). Namun di balik semua pergumulan yang amat berat tersebut, ia
menyimpan sebuah pengharapan yang sangat besar kepada Tuhan. Dalam setiap
langkah hidupnya, susah maupun senang, ia selalu mengandalkan Tuhan. Bahkan
setiap kali ia menghadapi kenyataan
buruk yang menimpa dirinya, saat itu pula ia berseru menyatakan
pengharapannya kepada Tuhan. Dan sungguh terbukti bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam. Tuhan itu
pengasih dan adil. Tuhan itu penyayang. Karena Tuhan selalu mendengarkan
permohonan umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Dirinya diselamatkan, bahkan
jiwanya diberi ketenangan. Ia diluputkan dari maut. Ia terhindar dari linangan
air mata karena duka. Langkah-langkah kakinya tidak tersandung oleh situasi
apapun (ay.1-8).
Pemazmur,
bisa kembali melanjutkan kehidupannya di hadapan Tuhan di negeri orang-orang
hidup (ay. 9) Dan sebagai jawaban imannya dalam menanggapi pertolongan Tuhan,
pemazmur tiada henti-hentinya bersyukur memuji kebesaran dan kebaikan Tuhan.
Dan tidak lupa pula ia membagikan pengalaman yang sangat berharga ini
kepada orang lain. Pergumulan batin dan
krisis yang dialaminya ternyata punya makna yang sangat besar bagi pembentukan
karakter dirinya. Penderitaan itu menjadi batu asah yang mampu mematangkan
imannya, sehingga ia tiba pada pengakuan: Aku percaya, sekalipun aku berkata:
“Aku ini sangat tertindas” ( ay. 10 ).
Atas pengalaman imanya tersebut,
pemazmur bisa menarik kesimpulan bahwa tidak ada pertolongan yang bisa diandalkan selain
pertolongan dari Tuhan. Manusia bisa merancang berbagai usaha dalam
menyelamatkan dirinya dari berbagai persoalan hidup, namun semuanya itu sia-sia
adanya, tanpa campur tangan Tuhan. Sehingga pemazmur pun berani mengatakan
bahwa semua manusia pembohong (ay.11). Artinya, tidak ada kebenaran dari
manusia yang bisa dipercaya untuk menyelamatkan diri dari berbagai kemelut
hidup, kalau itu tidak bersumber dari Tuhan. Oleh karena itu, pemazmur
menyatakan komitmen imannya untuk mengandalkan Tuhan saja sebagai satu-satunya
tempat untuk menyerukan pergumulannya,
seumur hidupnya (ay.2b).
Saudara-saudara yang dikasihi di
dalam Yesus Kristus,
Dalam hubungannya
dengan kenyataan hidup yang kita alami pada saat ini. Menanggung beban yang
begitu berat menindih batin kita atas duka yang melanda. Kepada siapakah kita
bisa menyerukan rintihan hati kita atas segala penderitaan yang ada?
Firman Tuhan sudah
mengajar kita untuk mengandalkan Tuhan saja. Karena hanya dengan
pertolongan-Nya, kita bisa mengatasi segala kemelut hidup sekalipun datangnya
secara bertubi-tubi. Serukanlan nama Tuhan! Dan jangan ragu! sebab Dia pasti
setia melihat segala keberadaan kita. Bahkan Dia tetap menyendengkan telinga-Nya untuk
mendengarkan doa-doa umat-Nya yang percaya kepada-Nya.
Jawaban Tuhan atas penderitaan
kita telah dijawab-Nya melalui anak-Nya yang tunggal, Yaitu Tuhan kita Yesus
Kristus. Yesus mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak, dan beban-Ku pun ringan
( Mat. 11 : 28 – 30 ).
Yesus telah berjanji untuk menolong
kita dalam menjalani pahit getirnya kehidupan. Sekaligus mengajar kita untuk
memahami pesan-pesan illahi yang terselip di setiap penderitaan. Bahkan Dia
telah memanggil dan melayakkan kita untuk datang membawa segala pergumulan
hidup kita kepada-Nya. Hal ini menjadi isyarat bahwa beban hidup yang begitu
berat yang kita alami, tidak selamanya pertanda buruk bagi kehidupan kita.
Tetapi biarlah kita terima sebagai sebuah proses untuk belajar semakin dewasa
dalam hal iman. Sehingga ketika kita jatuh, kita bisa bangkit dalam hidup ini
bersama Tuhan. Karena, sekalipun tali-tali maut datang melilit dan membelenggu
hidup ini, dan walaupun kegentaran, kesesakan serta kedukaan karena kematian
datang menimpa, namun Tuhan akan meluputkan kita. Yesus telah bangkit, maka
mari kita bangkit dari keterpurukan karena dukacita.
**Ilustrasi:
Secara umum, mungkin hampir semua
orang sudah pernah melihat ( langsung maupun tidak langsung) yang namanya ombak
di laut. Namun demikian mungkin hampir
tidak ada yang terlalu memperhatikan kalau ternyata ada banyak hal yang bisa
dijadikan sebagai pembelajaran hidup yang terselip di balik fenomena
(peristiwa) terjadinya ombak. Ombak adalah sebuah proses berkumpulnya air dalam
jumlah yang cukup besar. Kemudian oleh dorongan sebuah kekuatan yang tidak
kelihatan(angin) maka sekumpulan air tersebut dibuat seolah-olah bangkit
berdiri. Namun setelah bangkit, tanpa diduga-duga, tiba-tiba ia jatuh, dan
kemudian terhempaskan pada batu karang yang sangat keras. Ombak itu lalu pecah
dan hancur. Namun tidak lama kemudian, ia menyatu dan bangkit lagi, terhempas
lagi, menyatu dan bangkit lagi. Walau berulang kali terhempas, namun
berulangkali juga ia berusaha bangkit, tanpa menyerah.
Bagaimana
dengan kita? Kekuatan apakah yang dapat kita andalkan untuk tetap mendorong dan
menguatkan kita agar tetap berusaha bangkit, dan terus bangkit, di tengah
berbagai kesesakan hidup yang mendera? Atau adakah kita mengimani adanya
kekuatan yang bersumber dari Allah yang mampu membangkitkan di tengah dukacita
yang seolah datang menghempaskan kita? Dan maukah kita untuk bangkit? Kiranya Roh
Allah yang Maha Kudus senantiasa memampukan saudara dan saya untuk bisa bangkit.
Jangan menyerah! Haleluyah…!
Amin…!
No comments:
Post a Comment