Thursday, June 4, 2015

"SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA PULA…!"



“SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA PULA…!”
( Mazmur 116 : 1 – 11 )


               
Ungkapan, “sudah jatuh tertimpa tangga pula,” merupakan sebuah pengandaian yang sering kita ungkapkan, untuk menjelaskan suatu situasi buruk yang sering terjadi secara beruntun dalam kehidupan seseorang. Dalam hal ini, hendak melukiskan bagaimana beratnya, bagaimana sakitnya, atau bagaimana susahnya kenyataan hidup yang harus ditanggung oleh orang-orang yang mengalaminya. Belum selesai satu masalah, datang lagi masalah yang lain. Kalau kita tidak kuat menghadapinya, maka bisa selamanya menjadi mimpi-mimpi buruk yang sangat menakutkan dalam kehidupan kita.
                Firman Tuhan yang kita baca pada saat ini, merupakan salah satu bagian kitab yang bersifat pribadi. Namun bukan dalam pengertian sifatnya rahasia. Artinya, hal yang diungkapkan di dalamnya adalah   hal-hal yang bersifat pengalaman pribadi; yaitu merupakan hal-hal yang dialami dan dirasakan langsung oleh pribadi pemazmur terjadi dalam kehidupannya. Pun demikian, walaupun bersifat pengalaman pribadi, pemazmur sadar bahwa tidak tertutup kemungkinan kenyataan seperti yang dialaminya juga akan dialami oleh orang lain, sehingga pemazmur pun merasa bertanggungjawab secara iman untuk membagikannya kepada orang lain untuk dipedomani.
                Ungkapan ini muncul dari pergumulan pribadi yang amat serius dan mendalam. Dirinya sering mengalami pergumulan batin yang amat berat. Ia kerapkali menghadapi masalah yang terjadi secara beruntun datang menimpanya. Terutama dalam menghadapi kenyataan hidup sebagai  orang yang sederhana dan lemah. Ia sering ditekan dan diperlakukan secara buruk. Sudah lemah, ditekan lagi. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya. Bahkan terkadang, ia sering merasa seolah-olah dirinya sudah berada di alam maut dan terasa seperti tali-tali yang begitu kuat melilitnya, dan membuatnya begitu sesak dalam duka yang amat dalam ( ay. 3 ). Namun di balik semua pergumulan yang amat berat tersebut, ia menyimpan sebuah pengharapan yang sangat besar kepada Tuhan. Dalam setiap langkah hidupnya, susah maupun senang, ia selalu mengandalkan Tuhan. Bahkan setiap kali ia menghadapi kenyataan  buruk yang menimpa dirinya, saat itu pula ia berseru menyatakan pengharapannya kepada Tuhan. Dan sungguh terbukti bahwa  Tuhan tidak pernah tinggal diam. Tuhan itu pengasih dan adil. Tuhan itu penyayang. Karena Tuhan selalu mendengarkan permohonan umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Dirinya diselamatkan, bahkan jiwanya diberi ketenangan. Ia diluputkan dari maut. Ia terhindar dari linangan air mata karena duka. Langkah-langkah kakinya tidak tersandung oleh situasi apapun (ay.1-8).
Pemazmur, bisa kembali melanjutkan kehidupannya di hadapan Tuhan di negeri orang-orang hidup (ay. 9) Dan sebagai jawaban imannya dalam menanggapi pertolongan Tuhan, pemazmur tiada henti-hentinya bersyukur memuji kebesaran dan kebaikan Tuhan. Dan tidak lupa pula ia membagikan pengalaman yang sangat berharga ini kepada  orang lain. Pergumulan batin dan krisis yang dialaminya ternyata punya makna yang sangat besar bagi pembentukan karakter dirinya. Penderitaan itu menjadi batu asah yang mampu mematangkan imannya, sehingga ia tiba pada pengakuan: Aku percaya, sekalipun aku berkata: “Aku ini sangat tertindas” ( ay. 10 ).
            Atas pengalaman imanya tersebut, pemazmur bisa menarik kesimpulan bahwa tidak ada  pertolongan yang bisa diandalkan selain pertolongan dari Tuhan. Manusia bisa merancang berbagai usaha dalam menyelamatkan dirinya dari berbagai persoalan hidup, namun semuanya itu sia-sia adanya, tanpa campur tangan Tuhan. Sehingga pemazmur pun berani mengatakan bahwa semua manusia pembohong (ay.11). Artinya, tidak ada kebenaran dari manusia yang bisa dipercaya untuk menyelamatkan diri dari berbagai kemelut hidup, kalau itu tidak bersumber dari Tuhan. Oleh karena itu, pemazmur menyatakan komitmen imannya untuk mengandalkan Tuhan saja sebagai satu-satunya tempat untuk  menyerukan pergumulannya, seumur hidupnya (ay.2b).
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
                Dalam hubungannya dengan kenyataan hidup yang kita alami pada saat ini. Menanggung beban yang begitu berat menindih batin kita atas duka yang melanda. Kepada siapakah kita bisa menyerukan rintihan hati kita atas segala penderitaan yang ada?
                Firman Tuhan sudah mengajar kita untuk mengandalkan Tuhan saja. Karena hanya dengan pertolongan-Nya, kita bisa mengatasi segala kemelut hidup sekalipun datangnya secara bertubi-tubi. Serukanlan nama Tuhan! Dan jangan ragu! sebab Dia pasti setia melihat segala keberadaan kita. Bahkan  Dia tetap menyendengkan telinga-Nya untuk mendengarkan doa-doa umat-Nya yang percaya kepada-Nya.
                Jawaban Tuhan atas penderitaan kita telah dijawab-Nya melalui anak-Nya yang tunggal, Yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Yesus mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak, dan beban-Ku pun ringan ( Mat. 11 : 28 – 30 ).
            Yesus telah berjanji untuk menolong kita dalam menjalani pahit getirnya kehidupan. Sekaligus mengajar kita untuk memahami pesan-pesan illahi yang terselip di setiap penderitaan. Bahkan Dia telah memanggil dan melayakkan kita untuk datang membawa segala pergumulan hidup kita kepada-Nya. Hal ini menjadi isyarat bahwa beban hidup yang begitu berat yang kita alami, tidak selamanya pertanda buruk bagi kehidupan kita. Tetapi biarlah kita terima sebagai sebuah proses untuk belajar semakin dewasa dalam hal iman. Sehingga ketika kita jatuh, kita bisa bangkit dalam hidup ini bersama Tuhan. Karena, sekalipun tali-tali maut datang melilit dan membelenggu hidup ini, dan walaupun kegentaran, kesesakan serta kedukaan karena kematian datang menimpa, namun Tuhan akan meluputkan kita. Yesus telah bangkit, maka mari kita bangkit dari keterpurukan karena dukacita. 
**Ilustrasi:
Secara umum, mungkin hampir semua orang sudah pernah melihat ( langsung maupun tidak langsung) yang namanya ombak di laut. Namun demikian  mungkin hampir tidak ada yang terlalu memperhatikan kalau ternyata ada banyak hal yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran hidup yang terselip di balik fenomena (peristiwa) terjadinya ombak. Ombak adalah sebuah proses berkumpulnya air dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian oleh dorongan sebuah kekuatan yang tidak kelihatan(angin) maka sekumpulan air tersebut dibuat seolah-olah bangkit berdiri. Namun setelah bangkit, tanpa diduga-duga, tiba-tiba ia jatuh, dan kemudian terhempaskan pada batu karang yang sangat keras. Ombak itu lalu pecah dan hancur. Namun tidak lama kemudian, ia menyatu dan bangkit lagi, terhempas lagi, menyatu dan bangkit lagi. Walau berulang kali terhempas, namun berulangkali juga ia berusaha bangkit, tanpa menyerah.
Bagaimana dengan kita? Kekuatan apakah yang dapat kita andalkan untuk tetap mendorong dan menguatkan kita agar tetap berusaha bangkit, dan terus bangkit, di tengah berbagai kesesakan hidup yang mendera? Atau adakah kita mengimani adanya kekuatan yang bersumber dari Allah yang mampu membangkitkan di tengah dukacita yang seolah datang menghempaskan kita? Dan maukah kita untuk bangkit? Kiranya Roh Allah yang Maha Kudus senantiasa memampukan saudara dan saya untuk bisa bangkit. Jangan menyerah! Haleluyah…!
Amin…!

No comments:

Post a Comment