Saturday, June 6, 2015

AKU SIAP MENEMUI ENGKAU



AKU SIAP MENEMUI ENGKAU
Bacaan : Lukas 2:25-36


Jika saya bertanya kepada kita semua yang hadir, “HIDUP INI UNTUK APA??” apa yang
akan kita katakan? Mungkin ada di antara kita yang mengatakan, saya hidup untuk makan! Mungkin ada yang mengatakan, saya hidup untuk bersenang-senang! Saya hidup untuk
menderita! Saya hidup untuk bekerja! Saya hidup untuk bermain-main! Dan mungkin bagi kita orang Toraja, ada yang akan mengatakan, saya hidup untuk membayar hutang! Apapun pendapat dan jawaban kita atas pertanyaan tadi, mudah-mudahan tidak ada di antara kita yang kaget jika saya mengatakan, kita hidup untuk mati. Ya, kita memang hidup di dunia ini pada akhirnya akan mati. Tidak ada  manusia hidup untuk selamanya (orang Toraja mengatakan, tae’ tau tu la tuo batu). Karena manusia menyadari bahwa hidup ini terbatas, maka dalam keterbatasan hidup itu manusia berusaha mengisi hari-hari hidupnya dengan hal-hal yang dianggap berguna bagi hidupnya. Ada yang mengisi hari-harinya dengan menjelajahi berbagai tempat-tempat yang menakjubkan di dunia (petualang). Ada yang mengisi hari-harinya dengan berkonsentrasi pada masalah-masalah kemanusiaan, ada yang berkonsentrasi Pada masalah-masalah kesehatan, ada yang konsentrasi pada masalah-masalah ilmu-ilmu alam dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan sesuai dengan hobby dan bakat masing-masing manusia. Apapun kegiatan yang dikerjakan oleh manusia, semuanya hanya untuk memenuhi harapan yang telah direncanakannya dan juga demi kesenangannya.
Karena itulah, tidak jarang kita menjumpai banyak di antara kita yang hanya karena memikirkan dan mementingkan keinginan dan kesenangan sendiri, kadang tidak bertanggungjawab dalam menjalani dan mengelola hidup. Terlalu sering kita melalui hidup semau dan seenak perut kita. Terlalu sering kita hidup mengabaikan tentang hari-hari depan hidup kita, dan hanya peduli pada apa yang ada sekarang (yang penting senang, Hedonisme). Bahkan tidak sedikit yang justru melupakan Tuhan dalam menjalani hidup terlebih ketika kita masih muda, kuat dan merasa mampu melakukan banyak hal, tanpa memikirkan resiko yang harus ditanggung. Usia muda yang dipandang sebagai usia emas manusia, sering diisi dengan hal-hal yang sifatnya negatif dan tidak jarang memberi luka dan penyesalan di usia tua. Seringkali sebagai manusia, kita melupakan bahwa hidup manusia itu hanya berjalan seperti sebuah garis lurus yang memiliki awal dan akhir dan bukan berbentuk lingkaran yang dapat kembali ke awal.
Kesadaran akan keterbatasan hidup yang hanya sekali itulah yang dimiliki oleh Simeon dalam pembacaan kita tadi, sehingga dia menjalani masa hidupnya dengan benar. Ayat 25 bacaan kita tadi menegaskan bahwa “Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang BENAR DAN SALEH yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya”. Perhatikan kata Benar dan Saleh. Seorang Simeon hidup dalam kebenaran dalam Tuhan. Tapi tidak cukup hidup dalam kebenaran. Pembacaan kita juga mencatat jika dia juga hidup dalam kesalehan. Dia tidak hanya melakukan kebenaran, namun sekaligus dalam kesalehan. Artinya, seorang Simeon sangat setia dalam menjunjung kebenaran hidup yang telah dia miliki sejak hidup bersama Tuhan. Kebenaran yang dipegang serta dijunjung oleh Simeon, bukanlah sebuah kebenaran yang tanpa dasar dan kesaksian, melainkan sebuah kebenaran yang telah nyata bagi dirinya sendiri dan telah dia saksikan sepanjang hidupnya, semenjak dia mengenal dan bergaul bersama dengan Allah. Dalam hubungan yang akrab dan intim dengan Allah itulah, Simeon menemukan makna dan arti hidup yang sesungguhnya. Allah tidak hanya mengajarkan tentang keberadaan dan kebenaran Allah yang telah dinyatakan sejak nenek moyang Israel, namun lebih dari itu kepada seorang Simeon yang mengedepankan Allah dalam segala perkara dan pergumulan hidupnya, Allah telah menjanjikan sebuah penghiburan akan datangnya keselamatan kepada pembebasan dan kelepasan Israel secara khusus, dan dunia secara umum ketika Roh Kudus yang datangnya dari pihak Allah sendiri menyatakan, jika Simeon tidak akan “pergi”, sebelum dia menyaksikan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri akan kedatangan Mesias, yang adalah orang yang diberkati dan diurapi oleh Tuhan.
Janji tentang penyataan ini, bukanlah sebuah bualan dan isapan jempol belaka, karena dalam pembacaan kita tadi sangat menegaskan, jika janji dan penyataan Allah melalui perantaraan Roh Kudus, memang terjadi dalam kehidupan Simeon, ketika bayi Yesus beserta orangtuanya berjumpa dengan Simeon dan dia mengucapakan penggenapan janji itu.  Tibalah Simeon pada penyataan iman yang sangat luar biasa, ketika dia mengatakan dengan suara nyaring “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk 2:29-32). Sebuah kesaksian dan penyataan iman yang sangat istimewa dan sangat layak untuk diteladani. Simeon telah menunjukkan kepada kita sebuah bentuk dan pola keberimanan yang kokoh dan mendasar di dalam Tuhan. Sebuah bentuk keberimanan yang menyerahkan semua hal yang dialami dalam hidup. Kalimat benar dan saleh dalam bacaan tadi telah menunjukkan kepada kita jika kepastian dan ketekunan iman yang dimiliki oleh Simeon tidak perlu diragukan lagi. Menjadi pertanyaan yang sangat menarik untuk digumuli dan direnungkan bersama adalah, “mengapa Simeon memiliki iman dan keyakinan yang sekokoh itu?” sampai-sampai usia tua dan segala bentuk kepahitan hidup dapat dilaluinya dengan tenang dan penuh berkat! Itu karena segala hal yang dialami oleh Simeon dilalui dalam Tuhan. Tak satu pun bagian atau unsur dalam hidup Simeon yang tidak diserahkan kepada Allah, untuk hidup dalam naungan dan kehendak-Nya.  Karena kesetiaan itulah, Allah kemudian memberi sebuah jaminan  yang luar biasa akan datangnya keselamatan bagi semua manusia.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
                Semua kita yang hadir adalah orang-orang tebusan dan pilihan Allah di dalam Yesus Kristus. Kita semua yang hadir adalah pewaris-pewaris Kerajaan Allah, yang telah dijanjikan kepada manusia sejak dunia dijadikan. Kita pun yang hari ini datang beribadah dan saling mendoakan, juga telah menerima janji dan anugerah keselamatan di dalam Tuhan. Allah, melalui Anak tunggal-Nya yang dikorbankan di kayu salib, sebagai bukti akan cinta kasih Allah yang begitu besar demi menyelamatkan seluruh ciptaan-Nya yang telah tercemar ke dalam dosa. Karena itu, menjadi tanggungjawab besar untuk selalu setia dan tekun dan memelihara di dalam iman akan keselamatan yang telah dinyatakan dan mendiami kita semua. Segenap rumpun keluarga dan kita yang hadir harus senantiasa menyadari bahwa hidup ini berjalan dan dijalani hanya karena penyertaan Tuhan. Karena itu, tidak ada alasan untuk sedikt pun melepaskan diri dari kasih dan penyertaan Tuhan. Apapun beban dan pergumulan kita hari ini, hendaknyalah kita tetap berada dalam kebenaran dan tekun (saleh) untuk hidup di dalamnya. Jika Simeon dalam bacaan kita tadi memperoleh berkat akan kesetiaan dan kesalehannya, maka kita pun yang hadir saat ini telah Tuhan berikan keselamatan dan kesempatan untuk tetap setia memegang keselamatan itu dalam keadaan apapun yang sementara dijalani.
Serahkanlah semua pergumulan, kegelisahan dan setiap bagian dalam kehidupan kita hanya kepada Tuhan, karena hanya daripada-Nyalah keselamatan yang abadi. Janganlah melepaskan apa yang telah Tuhan berikan dan nyatakan kepada kita, melalui pengorbanan Yesus Kristus untuk dosa-dosa manusia hingga pada kesudahannya. Orangtua, saudara atau anak kekasih kita yang terlebih dahulu menghadap Sang Bapa, telah ada dan berada dalam kuasa dan kehendak-Nya. Apakah dia siap atau tidak, itu hanya ada dalam kasih dan penyertaan-Nya. Yang pasti bahwa, Tuhan telah memberikan dan mengajak setiap orang untuk datang kepada Dia dan mengikut-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Apakah selama hidup mereka, mereka tetap setia memegang janji dan keselamatan yang telah Tuhan karuniakan? Kita tidak tahu dan hanya Tuhan yang tahu. Yang perlu kita sadari selaku insan-insan yang masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup dan kehidupan di dunia ini adalah, tetap pegang teguh janji keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita masing-masing, hingga saatnya Tuhan memanggil kita dan kita pun berkata “Aku siap menemui Engkau Tuhan”… AMIN.




















No comments:

Post a Comment