ASURANSI
HIDUP YANG KEKAL
(
Ayub 14 : 14 & Yoh 11 : 25 – 26 )
Situasi yang kita alami dan rasakan
dari hari ke hari, tentunya selalu mengalami pasang surut. Tidak ada hari-hari
yang selamanya terang benderang. Kadang matahari bersinar terang, kadang langit
mendung, atau bahkan berawan gelap. Kadang musim hujan, lalu selanjutnya
berganti lagi dengan kemarau panjang.
Oleh karena itu, kita tidak bisa berpikir dan berharap sepenuhnya bahwa
hidup ini akan bejalan mulus tanpa hambatan. Itulah dinamika dan warna-warni
kehidupan umat manusia. Demikian jugalah, suasana suka dan duka atau susah dan
senang merupakan dua sisi dari realita kehidupan yang silih berganti hadir
menghiasi perjalanan setiap orang. Ada
kelahiran dan ada pula kematian
Ya, hidup ini menyimpan banyak
kisah, kenangan, dan juga misteri . Dan tak pernah berhenti merangkai
peristiwa; baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan selalu hadir secara
bergantian. Terkadang, kita menyatakan
ekspressi yang penuh dengan sukacita; apabila kita merasa mengalami sesuatu
yang kita anggap baik terjadi dalam kehidupan kita, atau mungkin karena
menemukan kenyataan bahwa apa yang selama ini kita idam-idamkan,
sungguh-sungguh bisa terwujud. Namun sebaliknya, terkadang kita memperlihatkan
ekspessi sedih atau dukacita yang mendalam; apabila apa yang kita jumpai dan alami
dalam kehidupan ini berbeda atau mungkin terlalu jauh dari kenyataan yang kita
harapkan. Apalagi kalau kenyataan tersebut terasa begitu menyakitkan.
Saudara-saudara yang
dikasihi di dalam Yesus Kristus,
Khusus menyangkut penderitaan atau
kesusahan, saya pikir tidak ada seorangpun manusia yang kebal terhadapnya.
Semua orang pasti sering mengalaminya, cuma cara kita dalam memandang dan
menajalaninya yang sering berbeda-beda. Menjalani kehidupan di dunia ini dapat diandaikan seperti sebuah
perjalan yang panjang, berliku dan melelahkan, menuju sebuah tujuan. Hampir di
setiap kesempatan, selalu dihiasi dengan berbagai masalah dan tantangan, yang
bisa menghambat kelangsungan perjalanan tersebut. Hal itu sering membawa
manusia dalam situasi yang diliputi dengan berbagai kesusahan dan kekuatiran.
Menghadapi kenyataan tersebut, manusia dengan segala daya-upaya berusaha untuk
menciptakan berbagai sarana sebagai perlindunghan bagi dirinya. Termasuk dalam
menghadapi perkara-perkara kamatian, dalam berbagai segi kehidupan, manusia
telah menciptakan berbagai program; antara lain melalui program asuransi bagi
perlindungan jiwa. Namun fakta berbicara bahwa program tersebut tidak persis
sesuai dengan namanya. Toh, kematian tetap terjadi bagi semua orang; termasuk yang sudah memiliki
asuransi perlindungan jiwa. Kematian tidak bisa ditebus, kecuali mengganti
biaya pemakaman dan lain-lain, serta santunan kedukaan bagi keluarga yang
ditinggalkan. Kalau sudah mati…., ya tetap mati!
Namun
di balik semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi pergumulan umum yang
dialami dan ingin dipecahkan umat manusia dalam sepanjang zaman yaitu
menyangkut misteri kehidupan di balik kematian. Hal tersebut dapat kita
saksikan antara lain melalui pergumulan dan perenungan yang disampaikan oleh
Ayub melalui pembacaan kita pada saat ini. Dalam pasal 14 : 14 dia mengatakan
bahwa, “ kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi ?”. Baik Ayub maupun kita
semua, bahkan seluruh umat manusia di segala tempat dan situasi, tentunya
merasakan bahwa peristiwa kematian adalah sesuatu yang menyedihkan. Selain
karena membuat kita harus berpisah dengan orang yang kita kasihi, juga karena
kita merasakan bahwa perkara kematian adalah sesuatu yang tiba-tiba datang
menghambat/ menghentikan kelangsungan hidup dan harapan banyak orang. Oleh
karena itu manusia di berbagai tempat, selalu berusaha mencari solusi untuk
bisa mengatasi masalah tersebut atau menyingkap rahasia tentang kematian. Segala daya upaya dilakukan
dan mencoba memberikan rumusan-rumusan sebagai jawaban namun pada akhirnya
semuanya menemui jalan buntu.
Dalam konteks pemahaman ‘aluk
todolo’ misalnya ( kepercayaan dalam agama primitif suku toraja-sebelum
kekristenan hadir), mereka memahami
bahwa, seseorang dapat mengalami kehidupan baru setelah kematian apababila
keluarga yang ditinggalkannya sudah mengadakan upacara bagi dirinya.
Upacara/ritual ini dilakukan dengan mengorbankan sejumlah hewan dengan maksud
sebagai jaminan dan bekal bagi ‘si orang mati’ untuk menempuh perjalanan menuju
‘puya’ (nirwana/surga). Setelah segala persyaratan dalam ritus-ritus tersebut
terpenuhi maka ‘si mati’ dapat menjelma menjadi dewa ( membali puang) dan
kembali memberkati rumpun keluarganya yang masih hidup……………………... (dan masih
banyak paham/keyakinan dalam agama-agama primitif lainnya yang hampir sama, dan
dapat dijadikan contoh tentang hal terasebut)
Namun, rumusan tersebut tetap
menimbulkan sejumlah tanda-tanya dan pergumulan, karena tetap tidak mampu
menjawab persoalan manusia secara umum tentang kematian.Mengapa? Karena dalam
kenyataannya, tidak semua orang memiliki harta/hewan yang cukup untuk dijadikan
jaminan dalam pelaksanaan upacara/ritual. Bahkan menimbulkan pertanyaan lagi,
apakah nyawa/darah hewan lebih berharga dibanding nyawa manusia sehingga nyawa
hewanlah yang harus dijadikan jaminan atau tebusan?
Saudara-saudara yang
dikasihi di dalam Kristus Yesus,
Dengan mengandalkan logika dan
perasaan semata - selaku manusia, tentunya kita tidak dapat menyelami segala
kehendak Tuhan di balik semua peristiwa-peristiwa yang kita alami. Termasuk
dalam menyingkap tirai tentang rahasia di balik peristiwa kematian, sebagaimana
juga yang terjadi di tengah-tengah keluarga pada saat ini, yang otomatis
membuat kita semua berduka. Hanya Tuhanlah yang mengetahui rahasia di balik
kehidupan dan kematian setiap orang. Oleh karena itu, sebagai orang percaya,
marilah kita tetap mencari jawaban dan makna di balik semua ini, dengan tiada
henti belajar memahami kehendak-Nya melalui firman-Nya.
Pembacaan kita pada saat ini
berhasil menyingkap misteri dan memberikan jawaban serta kepastian tentang
pergumulan tersebut. Melalui Yohanes 11 : 25 - 26, Yesus Kristus menjelaskan
tentang adanya kehidupan setelah kematian. Yesus Kristus menunjuk diri-Nya
sebagai jaminan yang sempurna untuk memperoleh kehidupan di balik kematian.
Dengan nyawa dan darah-Nya, Ia telah membayar lunas jaminan asuransi jiwa setiap orang untuk
dapat memperoleh hidup yang kekal. Dan syaratnya untuk mendapatkannya, yaitu
harus percaya. Tapi, bukan sekedar percaya atau seolah-olah percaya, melainkan
sungguh-sungguh percaya atau konsekuen beriman. Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati. Dan setiap orang yang hidup dan yang percaya-Ku, tidak akan mati
selama-lamanya.”
Dengan demikian, fakta sejarah
sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab mengenai kebangkitan Yesus Kristus,
merupakan jaminan bagi manusia yang percaya. Allah telah berjanji untuk
mengaruniakan kebangkitan dan kehidupan yang kekal kepada kita sebagaimana yang
telah dinyatakan melalui kebangkitan Kristus. Hidup kekal adalah perbuatan dan
pemberian Allah, dan hidup itu terdapat di dalam anak-Nya. Oleh karena itu kita
tidak dapat memperoleh kehidupan yang kekal di luar kepercayaan kepada Kristus.
Oleh iman kepada Yesus Kristus kita
dimungkinkan untuk bisa kuat menghadapi setiap peristiwa kematian dalam
pengharapan, karena kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Justru melalui
peristiwa kematian, seseorang dipanggil untuk melewati satu tahapan dari
serangkaian rencana Allah atas dirinya untuk memasuki tahapan selanjutnya;
yaitu kebangkitan menuju kehidupan yang kekal.
Saudara-saudara yang
dikasihi di dalam Kristus Yesus,
Menangis dan berduka adalah sesuatu
yang sangat manusiawi, apalagi dalam menghadapi kematian orang yang kita
kasihi. Ada yang mengatakan bahwa berduka dan menangis adalah ‘karunia Allah’.
Sebab Ia dapat menjadi jalan bagi Allah untuk membantu kita dalam merespon
kejutan dahsyat yang disebabkan oleh kematian dan akibat-akibat emosional yang
mengikutinya. Yesus berkata, “berbahagialah mereka yang berdukacita, karena
mereka akan dihibur.” ( mat 5 : 4 ). Bahkan Yesus sendiri pernah menangis di
depan kubur Lazarus ( Yoh. 11 : 35 ). Yang jelas bahwa, dalam menangis dan berduka,
jangan sampai kita kehilangan pengharapan.
Begitulah kiranya situasi kita
saat ini, sekalipun kita berada dalam suasana dukacita, namun kita harus tetap
berharap bahwa kasih dan pertolongan
Allah tidak akan berkesudahan bagi kita umat-Nya yang percaya dan senantiasa
bersandar kepada-Nya. Baik dalam suka maupun dalam duka. Sebab kuasa Allah
selalu berlaku atas segala situasi, baik saat kita hidup maupun saat kita mati.
Keyakinan kita akan masa depan berdasar teguh pada kenyataan yang Allah telah buat
bagi kita di dalam Kristus Yesus. Karena Kristus hidup, maka kita tidak perlu
selamanya bermuram durja, bagaimanapun situasi kita. Sebab setiap orang yang
telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa ia akan hidup juga dengan Dia.
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Jadi, marilah kita mempercayakan sepenuhnya
kepada Tuhan akan keberadaan dari orang yang kita kasihi dan yang telah pergi
meninggalkan kita, dan juga menyerahkan segala pergumulan dan dukacita kita
kepada Tuhan senantiasa, kiranya penghiburan dari Allah di dalam Kristus Yesus
senantiasa menguatkan kita melalui Roh-Nya yang kudus.
*Ilustrasi:
Ada seorang pasien yang beragama
kristen yang lagi sekarat, tiba-tiba bertanya kepada dokter yang merawatnya-
yang juga beragama Kristen, katanya,” Dokter, aku takut mati. Coba ceritakan
apa yang ada di balik sana (maksudnya di balik kematian) ?” Sebelum dokter ini menjawabnya, tiba-tiba
terdengar ada yang menggaruk-garuk daun pintu dari luar kamar yang mereka
tempati, lalu sang dokter segera membuka pintu. Ketika pintu terbuka, tiba-tiba
seekor anjing menerobos masuk dan dengan senangnya bergelayut manja sambil
menjilat-jilat tubuh pemiliknya, yaitu sang dokter. Lalu sang dokter berpaling kepada si pasien
katanya, “Anda lihat anjing saya? Ia belum pernah masuk di ruangan ini
sebelumnya, ia tidak tahu bagaimana dan ada apa di dalamnya, kecuali bahwa
tuannya ada di dalam, sehingga ketika pintu dibuka, ia langsung masuk tanpa
takut. Begitulah halnya dengan kematian, saya belum pernah mengalaminya dan
saya tidak tahu bagaimana keadaan di sana, namun satu yang saya yakini ialah
bahwa di balik kematian, di sana ada Tuhan Yesus yang siap menjemput dan
memberi perlindungan bagiku seandainya kematian akan menghampiriku, sehingga
aku tidak perlu takut… !” AMIN…! (RPM)
No comments:
Post a Comment