Friday, June 5, 2015

ASURANSI HIDUP YANG KEKAL



ASURANSI HIDUP YANG KEKAL
( Ayub 14 : 14 & Yoh 11 : 25 – 26 )


Situasi yang kita alami dan rasakan dari hari ke hari, tentunya selalu mengalami pasang surut. Tidak ada hari-hari yang selamanya terang benderang. Kadang matahari bersinar terang, kadang langit mendung, atau bahkan berawan gelap. Kadang musim hujan, lalu selanjutnya berganti lagi dengan kemarau panjang.  Oleh karena itu, kita tidak bisa berpikir dan berharap sepenuhnya bahwa hidup ini akan bejalan mulus tanpa hambatan. Itulah dinamika dan warna-warni kehidupan umat manusia. Demikian jugalah, suasana suka dan duka atau susah dan senang merupakan dua sisi dari realita kehidupan yang silih berganti hadir menghiasi perjalanan  setiap orang. Ada kelahiran dan ada pula kematian
Ya, hidup ini menyimpan banyak kisah, kenangan, dan juga misteri . Dan tak pernah berhenti merangkai peristiwa; baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan selalu hadir secara bergantian. Terkadang, kita  menyatakan ekspressi yang penuh dengan sukacita; apabila kita merasa mengalami sesuatu yang kita anggap baik terjadi dalam kehidupan kita, atau mungkin karena menemukan kenyataan bahwa apa yang selama ini kita idam-idamkan, sungguh-sungguh bisa terwujud. Namun sebaliknya, terkadang kita memperlihatkan ekspessi sedih atau dukacita yang mendalam; apabila apa yang kita jumpai dan alami dalam kehidupan ini berbeda atau mungkin terlalu jauh dari kenyataan yang kita harapkan. Apalagi kalau kenyataan tersebut terasa begitu   menyakitkan. 

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
                Khusus menyangkut penderitaan atau kesusahan, saya pikir tidak ada seorangpun manusia yang kebal terhadapnya. Semua orang pasti sering mengalaminya, cuma cara kita dalam memandang dan menajalaninya yang sering berbeda-beda. Menjalani kehidupan  di dunia ini dapat diandaikan seperti sebuah perjalan yang panjang, berliku dan melelahkan, menuju sebuah tujuan. Hampir di setiap kesempatan, selalu dihiasi dengan berbagai masalah dan tantangan, yang bisa menghambat kelangsungan perjalanan tersebut. Hal itu sering membawa manusia dalam situasi yang diliputi dengan berbagai kesusahan dan kekuatiran. Menghadapi kenyataan tersebut, manusia dengan segala daya-upaya berusaha untuk menciptakan berbagai sarana sebagai perlindunghan bagi dirinya. Termasuk dalam menghadapi perkara-perkara kamatian, dalam berbagai segi kehidupan, manusia telah menciptakan berbagai program; antara lain melalui program asuransi bagi perlindungan jiwa. Namun fakta berbicara bahwa program tersebut tidak persis sesuai dengan namanya. Toh, kematian tetap terjadi bagi  semua orang; termasuk yang sudah memiliki asuransi perlindungan jiwa. Kematian tidak bisa ditebus, kecuali mengganti biaya pemakaman dan lain-lain, serta santunan kedukaan bagi keluarga yang ditinggalkan. Kalau sudah mati…., ya tetap mati!
                Namun di balik semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi pergumulan umum yang dialami dan ingin dipecahkan umat manusia dalam sepanjang zaman yaitu menyangkut misteri kehidupan di balik kematian. Hal tersebut dapat kita saksikan antara lain melalui pergumulan dan perenungan yang disampaikan oleh Ayub melalui pembacaan kita pada saat ini. Dalam pasal 14 : 14 dia mengatakan bahwa, “ kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi ?”. Baik Ayub maupun kita semua, bahkan seluruh umat manusia di segala tempat dan situasi, tentunya merasakan bahwa peristiwa kematian adalah sesuatu yang menyedihkan. Selain karena membuat kita harus berpisah dengan orang yang kita kasihi, juga karena kita merasakan bahwa perkara kematian adalah sesuatu yang tiba-tiba datang menghambat/ menghentikan kelangsungan hidup dan harapan banyak orang. Oleh karena itu manusia di berbagai tempat, selalu berusaha mencari solusi untuk bisa mengatasi masalah tersebut atau menyingkap rahasia  tentang kematian. Segala daya upaya dilakukan dan mencoba memberikan rumusan-rumusan sebagai jawaban namun pada akhirnya semuanya menemui jalan buntu.
                Dalam konteks pemahaman ‘aluk todolo’ misalnya ( kepercayaan dalam agama primitif suku toraja-sebelum kekristenan hadir),  mereka memahami bahwa, seseorang dapat mengalami kehidupan baru setelah kematian apababila keluarga yang ditinggalkannya sudah mengadakan upacara bagi dirinya. Upacara/ritual ini dilakukan dengan mengorbankan sejumlah hewan dengan maksud sebagai jaminan dan bekal bagi ‘si orang mati’ untuk menempuh perjalanan menuju ‘puya’ (nirwana/surga). Setelah segala persyaratan dalam ritus-ritus tersebut terpenuhi maka ‘si mati’ dapat menjelma menjadi dewa ( membali puang) dan kembali memberkati rumpun keluarganya yang masih hidup……………………... (dan masih banyak paham/keyakinan dalam agama-agama primitif lainnya yang hampir sama, dan dapat dijadikan contoh tentang hal terasebut) 
                Namun, rumusan tersebut tetap menimbulkan sejumlah tanda-tanya dan pergumulan, karena tetap tidak mampu menjawab persoalan manusia secara umum tentang kematian.Mengapa? Karena dalam kenyataannya, tidak semua orang memiliki harta/hewan yang cukup untuk dijadikan jaminan dalam pelaksanaan upacara/ritual. Bahkan menimbulkan pertanyaan lagi, apakah nyawa/darah hewan lebih berharga dibanding nyawa manusia sehingga nyawa hewanlah yang harus dijadikan jaminan atau tebusan?
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Kristus Yesus,
                Dengan mengandalkan logika dan perasaan semata - selaku manusia, tentunya kita tidak dapat menyelami segala kehendak Tuhan di balik semua peristiwa-peristiwa yang kita alami. Termasuk dalam menyingkap tirai tentang rahasia di balik peristiwa kematian, sebagaimana juga yang terjadi di tengah-tengah keluarga pada saat ini, yang otomatis membuat kita semua berduka. Hanya Tuhanlah yang mengetahui rahasia di balik kehidupan dan kematian setiap orang. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, marilah kita tetap mencari jawaban dan makna di balik semua ini, dengan tiada henti belajar memahami kehendak-Nya melalui firman-Nya.
                Pembacaan kita pada saat ini berhasil menyingkap misteri dan memberikan jawaban serta kepastian tentang pergumulan tersebut. Melalui Yohanes 11 : 25 - 26, Yesus Kristus menjelaskan tentang adanya kehidupan setelah kematian. Yesus Kristus menunjuk diri-Nya sebagai jaminan yang sempurna untuk memperoleh kehidupan di balik kematian. Dengan nyawa dan darah-Nya, Ia telah membayar lunas  jaminan asuransi jiwa setiap orang untuk dapat memperoleh hidup yang kekal. Dan syaratnya untuk mendapatkannya, yaitu harus percaya. Tapi, bukan sekedar percaya atau seolah-olah percaya, melainkan sungguh-sungguh percaya atau konsekuen beriman. Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Dan setiap orang yang hidup dan yang percaya-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”
                Dengan demikian, fakta sejarah sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab mengenai kebangkitan Yesus Kristus, merupakan jaminan bagi manusia yang percaya. Allah telah berjanji untuk mengaruniakan kebangkitan dan kehidupan yang kekal kepada kita sebagaimana yang telah dinyatakan melalui kebangkitan Kristus. Hidup kekal adalah perbuatan dan pemberian Allah, dan hidup itu terdapat di dalam anak-Nya. Oleh karena itu kita tidak dapat memperoleh kehidupan yang kekal di luar kepercayaan kepada Kristus. Oleh iman  kepada Yesus Kristus kita dimungkinkan untuk bisa kuat menghadapi setiap peristiwa kematian dalam pengharapan, karena kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Justru melalui peristiwa kematian, seseorang dipanggil untuk melewati satu tahapan dari serangkaian rencana Allah atas dirinya untuk memasuki tahapan selanjutnya; yaitu kebangkitan menuju kehidupan yang kekal.
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Kristus Yesus,
Menangis dan berduka adalah sesuatu yang sangat manusiawi, apalagi dalam menghadapi kematian orang yang kita kasihi. Ada yang mengatakan bahwa berduka dan menangis adalah ‘karunia Allah’. Sebab Ia dapat menjadi jalan bagi Allah untuk membantu kita dalam merespon kejutan dahsyat yang disebabkan oleh kematian dan akibat-akibat emosional yang mengikutinya. Yesus berkata, “berbahagialah mereka yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” ( mat 5 : 4 ). Bahkan Yesus sendiri pernah menangis di depan kubur Lazarus ( Yoh. 11 : 35 ). Yang jelas bahwa, dalam menangis dan berduka, jangan sampai kita kehilangan pengharapan.
                Begitulah kiranya situasi kita saat ini, sekalipun kita berada dalam suasana dukacita, namun kita harus tetap berharap bahwa kasih  dan pertolongan Allah tidak akan berkesudahan bagi kita umat-Nya yang percaya dan senantiasa bersandar kepada-Nya. Baik dalam suka maupun dalam duka. Sebab kuasa Allah selalu berlaku atas segala situasi, baik saat kita hidup maupun saat kita mati. Keyakinan kita akan masa depan berdasar teguh pada kenyataan yang Allah telah buat bagi kita di dalam Kristus Yesus. Karena Kristus hidup, maka kita tidak perlu selamanya bermuram durja, bagaimanapun situasi kita. Sebab setiap orang yang telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa ia akan hidup juga dengan Dia. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Jadi, marilah kita mempercayakan sepenuhnya kepada Tuhan akan keberadaan dari orang yang kita kasihi dan yang telah pergi meninggalkan kita, dan juga menyerahkan segala pergumulan dan dukacita kita kepada Tuhan senantiasa, kiranya penghiburan dari Allah di dalam Kristus Yesus senantiasa menguatkan kita melalui Roh-Nya yang kudus.
*Ilustrasi:
Ada seorang pasien yang beragama kristen yang lagi sekarat, tiba-tiba bertanya kepada dokter yang merawatnya- yang juga beragama Kristen, katanya,” Dokter, aku takut mati. Coba ceritakan apa yang ada di balik sana (maksudnya di balik kematian) ?”  Sebelum dokter ini menjawabnya, tiba-tiba terdengar ada yang menggaruk-garuk daun pintu dari luar kamar yang mereka tempati, lalu sang dokter segera membuka pintu. Ketika pintu terbuka, tiba-tiba seekor anjing menerobos masuk dan dengan senangnya bergelayut manja sambil menjilat-jilat tubuh pemiliknya, yaitu sang dokter.   Lalu sang dokter berpaling kepada si pasien katanya, “Anda lihat anjing saya? Ia belum pernah masuk di ruangan ini sebelumnya, ia tidak tahu bagaimana dan ada apa di dalamnya, kecuali bahwa tuannya ada di dalam, sehingga ketika pintu dibuka, ia langsung masuk tanpa takut. Begitulah halnya dengan kematian, saya belum pernah mengalaminya dan saya tidak tahu bagaimana keadaan di sana, namun satu yang saya yakini ialah bahwa di balik kematian, di sana ada Tuhan Yesus yang siap menjemput dan memberi perlindungan bagiku seandainya kematian akan menghampiriku, sehingga aku tidak perlu takut… !” AMIN…! (RPM)

No comments:

Post a Comment