Thursday, June 4, 2015

HAKIM YANG BIJAKSANA (KHOTBAH KEDUKAAN)

HAKIM YANG BIJAKSANA
( II Kor. 1 : 1 – 9 )

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
Penderitaan dan cobaan hidup adalah sebuah hal yang bersifat umum dan pasti akan  dijumpai oleh siapa saja dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang bisa sepenuhnya terbebas darinya, karena tidak ada manusia yang kebal terhadap penderitaan maupun cobaan hidup. Wujud kehadirannya bisa bermacam-macam, bahkan sering tidak diduga-duga. Penderitaan sering juga terjadi sebagai akibat dari sikap hidup kita sendiri atau mungkin juga dampak dari perbuatan orang lain atau mungkin juga oleh sebab-sebab lain yang tidak kita ketahui.
Salah satu cobaan hidup yang sering kita alami, dan kehadirannya otomatis membuat batin kita tersiksa adalah peristiwa kematian. Kematiaan atas orang yang kita kasihi adalah sebuah kenyataan yang sungguh memilukan. Walaupun kematian adalah sesuatu yang sudah lazim dalam kehidupan kita, namun kehadirannya selalu mengundang tangis dan kepedihan yang sangat dalam. Ia masih sering terasa sebagai sesuatu yang asing dan tidak bersahabat. Kalau demikian, apakah sebenarnya kematian itu?
Banyak komentar yang bisa diberikan sebagai pandangan atas persoalan tersebut. Banyak buku yang telah terbit dan mencoba memberikan uraian tentang hakekat kematian. Namun sebagai orang percaya, sumber satu-satunya bagi kita sebagai pegangan untuk bisa memahami hal-hal yang tersembunyi di balik fakta kematian adalah melalui Alkitab. Baik kitab Perjanjian Lama (band.kej. 3 : 17 – 19) maupun kitab Perjanjian Baru (band. Roma 5 : 12), keduanya menjelaskan hal yang sama, bahwa kematian (maut) adalah merupakan hukuman yang harus diterima, dan diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai akibat dari dosa-dosanya. Tidak ada seorangpun yang bisa luput dari hukuman Allah atas pelanggarannya terhadap perintah Allah. Hal itu dijadikan peringatan dan pelajaran bagi manusia agar senantiasa taat dan bergantung kepada Allah saja.
Hukum harus ditegakkan. Palu sudah  diketuk. Vonis sudah dijatuhkan. Sehingga setiap orang akan mengalami kematian sebagai hukuman atas dosa-dosanya. Namun demikian, Allah juga tahu bahwa manusia tidak akan sanggup menjalani hukumannya seorang diri. Ia butuh penolong. Ia harus dibantu. Oleh karena itu, melalui anak-Nya yang tunggal ia datang ke dalam dunia menebus umat manusia dari cengkeraman maut. Ia rela menderita dan telah mati demi kasih-Nya. Namun oleh kuasa-Nya pula, ia telah bangkit mengalahkan maut. Yesus prihatin. Yesus sungguh peduli akan kesengsaraan umat-Nya. Sehingga Dia bertindak menyatakan kuasa-Nya atas kuasa maut yang membuat manusia tidak berdaya. Kehadiran dan tindakan Yesus membuat kuasa kematian tidak berdaya. Maka kuasa maut tidak untuk selamanya akan menguasai hidup dan keberadaan manusia. Memang setiap orang akan mati (sebagai hukuman), namun ia akan dibangkitkan pula kembali oleh Allah karena imannya di dalam Kristus Yesus.
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
Karya penebusan yang dilakukan oleh Allah di dalam Kristus Yesus inilah, yang selalu mendorong Rasul Paulus dan sahabat-sahabatnya untuk senantiasa kuat di dalam menghadapi tantangan pelayanannya. Walaupun cobaan dan penderitaan hidup silih berganti menjumpai dirinya, namun ia tidak tawar hati. Tetapi ia justru senantiasa memuji Allah di tengah berbagai tekanan hidup. Ia meyakini bahwa penderitaan yang dialaminya adalah sebuah kesempatan untuk turut merasakan dan mengambil bagian dalam kesengsaraan Yesus. Sebab sama seperti ketika mereka mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus mereka menerima penghiburan berlimpah-limpah (ay. 5). Bahkan oleh pengalaman hidupnya, dimana dia senantiasa dihibur oleh Allah di dalam menghadapi penderitaan dan cobaan, demikian juga ia senantiasa dimampukan untuk bisa menyatakan penghiburan bagi sesamanya. Pengharapan atas penghiburan ini dia bagikan kepada orang-orang percaya di Korintus dan sampai juga di tengah-tengah kehidupan kita saat ini.
Pergumulan Paulus dalam menghadapi penderitaan dan cobaan tidaklah mudah. Sebagai manusia biasa, ia kerap kali dihinggapi rasa putus asa (ay. 9). Ia sering merasa berat karena seakan telah dijatuhi hukuman mati. Namun oleh imannya dan pengharapannya kepada kasih Kristus, ia senantiasa dihiburkan dan tegar kembali. Bahkan dari pengalaman penderitaan tersebut ia bersyukur telah diajar untuk tidak menaruh kepercayaan pada dirinya sendiri, tetapi hanya oleh Allah yang membangkitkan orang-orang mati (ay. 10).
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,
                Menghadapi dukacita atas kematiaan orang yang kita kasihi. Mengatasi penderitaan yang timbul di balik cobaan ini, marilah kita bergantung kepada Allah saja. Dan kita belajar kepada  pengalaman hidup dan sikap iman Paulus dalam menghadapi penderitaan dan cobaan hidup. Firman Tuhan sudah menjelaskan bahwa kematian memang akan terjadi dalam kehidupan siapa saja. Namun kematian tidak selamanya akan berkuasa di tengah-tengah kita, sebab Allah sendiri telah menebus kita sebagai wujud kasih-Nya.
Kadang-kadang Allah mengijinkan kita menderita agar kita belajar mengandalkan Dia dalam kebenaran-Nya,dalam kuasa-Nya dan dalam kasih-Nya yang sungguh adil. Bahkan melalui penderitaan, kita dapat menghibur orang lain melalui hidup dan kesaksian kita.Orang-orang yang pernah menderita, mampu bersimpati dan menempatkan diri secara lebih berhasil dalam penderitaan orang lain. Kita bisa belajar menghibur orang lain, seperti halnya kita pernah dihibur. Allah juga bisa bekerja melalui penderitaan dalam hidup kita, supaya orang lain juga bisa mendapat ilham untuk menyatakan simpatinya atas penderitaan kita.
Jangan ragu, sebab Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus; adalah Allah yang Maha Tahu, Maha Kasih, Maha Kuasa dan Maha Pengampun. Dialah Hakim yang Maha bijaksana!
**Ilustrasi:
Seorang nenek mencuri singkong karena kelaparan. Hakim menangis saat membacakan vonis. Di ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa penuntut umum terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Hatinya iba, nuraninya tertusuk, namun ia tidak bisa membebaskan nenek begitu saja atas kesalahannya. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya lapar. Namun jaksa penuntut umum tetap pada tuntutannya agar nenek ini dijatuhi hukuman, dan kasus ini menjadi contoh bagi warga lainnya.
                Hakim menghela nafas, kemudian sambil memandang sang nenek ia berkata, ”maafkan saya, saya tidak dapat membuat pengecualian hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda satu juta rupiah, dan jika anda tidak mampu bayar, maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun.” Nenek itu tertunduk lesu. Hatinya remuk redam. Ia menyesali perbuatannya, namun nasi telah menjadi bubur. Vonis hakim sudah jatuh dan tidak bisa ditawar lagi. Sungguh tiada lagi harapan baginya selain menanggung beban seorang diri, bahkan mungkin berdampak buruk bagi dirinya seumur hidupnya. 
Namun, kemudian hakim mengambil toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil dan memasukkan uang satu juta rupiah ke dalam topi toganya serta berkata kepada hadirin, “ Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar lima puluh ribu rupiah, sebab menetap di kota ini dan membiarkan seorang nenek miskin  harus kelaparan.”
            Sampai palu diketuk dan hakim meninggalkan ruang sidang, nenek itupun bisa bebas dan mengantongi uang 3,5 jutat rupiah. Si nenek tiada hentinya bersyukur memanjatkan pujian kepada Tuhan. Ia telah ditolong dan ditebus oleh hakim yang bijaksana. Ia sangat terhibur. Dan ia menjadikan kesaksian ini sebagai pengalaman sejati dan pedoman hidup yang sangat berharga dalam dirinya. Ia berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Kematian memang harus terjadi dalam kehidupan kita. Namun tidak selamanya akan menguasai kita sebab Kristus telah menebus kita. Roh Kudus kiranya senantiasa menyertai dan juga menghibur saudara dan saya. Helaluyah…!
 Amin…!


No comments:

Post a Comment