Thursday, June 4, 2015

KHOTBAH KEDUKAAN




TEGAR DI TENGAH PUSARAN BADAI
( Matius 8 : 23 – 27 )

Secara normal, sesungguhnya tidak ada seorangpun yang menghendaki atau merindukan kehadiran penderitaan dalam hidupnya. Semua orang akan berusaha untuk tidak menderita, karena penderitaan itu menyakitkan. Namun demikian, dalam realitanya, penderitaan dapat saja secara tiba-tiba hadir setiap saat dalam kehidupan siapapun tanpa diduga apalagi direncanakan. Ia tidak mengenal waktu, tempat dan latar belakang seseorang. Ia bisa hadir kapan saja dan di mana saja melalui berbagai peristiwa dalam kehidupan kita; termasuk melalui peristiwa kematian. Kehilangan orang yang kita kasihi melalui perkara kematian adalah sebuah peristiwa yang tentunya menyakitkan. Kita bersedih. Kita menangis, dan mungkin kita berteriak, mengapa semua ini harus terjadi?  Kita mengalami dukacita yang sangat dalam. Dukacita merupakan respon emosional, atau sebagai tanda atas ketidakrelaan kita melepas kepergiaan orang yang sangat kita kasihi. Tetapi kita tidak berdaya dan tidak punya kuasa untuk menahannya. Kita bagaikan tengah terseret ke dalam pusaran badai yang tiba-tiba datang menghempaskan biduk kehidupan ini. Persoalan silih berganti menghampiri. Kepahitan dan kesusahan melanda. Kita pun seakan berlayar di lautan lepas; yang gelap gulita dan sunyi tanpa nahkoda. Ada perasaan gentar menatap masa depan dan bimbang mengayuh bahtera kehidupan. Dalam situasi demikian, kita tentunya sangat butuh datangnya pertolongan, tetapi darimana? Selaku orang percaya, marilah kita merenung  sejenak dan belajar melalui firman-Nya.
Melalui kesaksian Alkitab yang kita baca pada kesempatan ini, yaitu dari matius 8 : 23 – 27, dikisahkan tentang pengalaman dan sikap murid-murid Tuhan Yesus dalam menghadapi badai atau angin ribut. Ketika mereka sedang berlayar, di tengah ketenangan dan kebahagiaan mereka, sekonyong-konyong datanglah  angin ribut di danau itu. Gelombang besar tiba-tiba menerjang dan badai menghempaskan perahu mereka. Mengancam keselamatan mereka. Bayang-bayang kematian menghantuinya. Mereka sangat panik dan takut. Dalam situasi seperti itu, di tengah kecemasan yang melanda, mereka segera datang berseru kepada Yesus, katanya: “Tuhan……, Tolonglah…..!”  Lalu Yesuspun menghardik angin ribut  itu sehingga danau itu menjadi teduh kembali. Merekapun selamat. Dan orang-orang yang menyaksikannya menjadi takjub karena kuasa-Nya.
Saudara-saudara yang sepengharapan di dalam Kristus Yesus!
Peristiwa “angin ribut diredahkan”  merupakan sebuah pengalaman rohani  yang sangat relevan untuk menjadi cermin kepada kita saat ini. Tentang bagaimana seharusnya setiap orang menghadapi dan mengatasi badai kehidupan yang selalu menghiasi perjalanan hidup ini. Ketika badai hidup datang melanda, ketika dukacita datang menghadang, maka Yesuslah satu-satunya tempat untuk berseru meminta pertolongan dan menggantungkan segala harapan kita. Saat kita percaya, maka  Ia pun pasti peduli dan melindungi kita. Memang, Allah kadang mengizinkan cobaan datang kepada kita, dengan maksud untuk mengasah kepekaan rohani kita agar kita bisa merasakan dan menyadari kehadiran-Nya. Sekaligus juga untuk membentuk iman dan mental kita  menjadi pribadi yang tegar dan kuat. Pribadi yang selalu bergantung kepada Tuhan, sehingga kita tidak gampang terhanyut oleh derasnya arus kehidupan.Ya, Tuhan tidak pernah lengah dalam menjaga kita. Bahkan di saat-saat  terberat sekalipun dalam hidup ini, Dia selalu merangkul kita. Pengalaman pahit pun akan berubah menjadi pengalaman yang berharga; melahirkan sukacita dan pengharapan untuk dapat belajar melihat hal-hal positif di balik hal-hal yang menyakitkan sekalipun. Sebab tidak ada seorang pelaut tangguh yang lahir dari laut yang tenang. Ia harus ditempa di medan yang penuh dengan gelombang yang menantang.
Kesadaran iman ini tentunya akan sangat melegakan, menghiburkan dan menguatkan. Bisa saja persoalan kita tidak lantas selesai dan badai hidup tidak lantas meredah. Walaupun banyak perkara silih berganti hadir  mengombang-ambingkan pikiran dan perasaan kita, namun satu yang pasti bahwa ketika kita percaya pada firman-Nya, maka hati kita akan Dia ubah menjadi kuat dan teguh;  pikiran kita akan disegarkan menjadi tenang dan teduh. Sehingga kitapun dimantapkan untuk  berjalan dalam pengharapan dan boleh menyaksikan bagaimana Allah menyatakan segala rencana-Nya yang terindah. Kitapun boleh senantiasa “ tegar di tengah pusaran badai” dan berlayar sampai tujuan.
 Ya…,yang namanya hidup, tentu saja tidak lepas dari penderitaan, kesulitan, tantangan dan persoalan. Tetapi dengan kekuatan iman, kita boleh mengharapkan sesuatu yang lebih indah dari apa yang mungkin kita pahami dan lihat sebagai sesuatu yang buruk dalam pandangan kita secara kasat mata.  Dalam 2 Korintus 4 : 17 Rasul Paulus berkata,”Sebab penderitaan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.”
                Menghadapi dukacita yang sedang melanda saat ini, menghadapi kematian atas orang yang kita kasihi (yang mungkin menjadi sandaran/harapan keluarga atau dengan kata lain; tulang punggung keluarga), marilah kita datang berseru meminta pertolongan kepada Tuhan. Percayalah dengan sungguh bahwa Allah berkuasa atas kehidupan ini; berkuasa atas dunia orang mati, berkuasa atas dukacita yang kita alami. Dengan demikian, kita akan beroleh penghiburan dan hati kitapun diberi ketenangan serta tangis kitapun diredahkan . Yesuslah satu-satunya nahkoda sejati dalam mengarungi biduk kehidupan ini, baik dalam suka maupun dalam duka.Perkara kematian bukan untuk ditakuti, atau dihindari, melainkan untuk dihadapi. Ada seorang filsuf (Martin Heidegger) mengatakan, “kematian adalah merupakan bagian dari eksistensi (keberadaan) manusia. Tidak ada seorangpun yang bisa menggantikannya. Setiap orang justru harus menghadapinya. Kesadaraan bahwa kematian adalah bagian dari hidupnya, dapat membuat  setiap orang selalu siap dan tegar menghadapinya; lebih-lebih kalau ia yakin siapa yang menyertai dirinya menghadapinya.” Justru melalui perkara kematian kita boleh belajar tentang makna kehidupan. Yakinlah bahwa oleh penyertaan Allah, melalui kuasa dan kasih- setia-Nya, badai ini pasti berlalu! Biarlah oleh Roh-Nya yang kudus,segenap keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum, bahkan kita semua yang dilanda duka senantiasa dihiburkan dan dikuatkan melalui firman-Nya.
*Ilustrasi untuk  direnungankan:
Kelelawar adalah jenis binatang yang memiliki mata faset, yaitu suatu kondisi dimana ia tidak dapat melihat jauh, apalagi pada malam hari. Uniknya, Tuhan menciptakan kelelawar justru untuk hidup dan mampu bertahan di tempat yang gelap dan terbang pada malam hari. Bisa dibayangkan jika kelelawar hanya berpikir bahwa sumber kekuatannya hanya tergantung pada penglihatan matanya. Ia tidak akan pernah mau terbang mencari makanannya karena takut menabrak benda-benda yang keras yang dapat melukainya atau malah membinasakannya. Tapi ternyata Tuhan memberinya kelebihan lain yang disebut ekolokasi. Yaitu kemampuan untuk dapat memperkirakan jarak benda dengan memperkirakan pantulan bunyi atau gelombanhg bunyi yang frekuensinya tinggi. Dengan demikian, kelelawar dapat terbang dengan cepat tanpa takut menabrak berbagai benda.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan pasti selalu hadir memperlengkapi ciptaan-Nya sesuai dengan yang ia butuhkan. Dan jika kelelawar pun Dia perlengkapi, maka Dia pun pasti memperhatikan hidup kita selaku manusia. Saat kita membutuhkan penghiburan dari-Nya maka Dia pun pasti berikan. Tuhan pun tidak pernah keliru kalau Dia  menempatkan kita di tengah berbagai persoalan/penderitaan yang ada. Jangan bersedih dan jangan berkecil hati, banyak hal yang Tuhan sudah persiapkan untuk memperlengkapi dan menolong kita. Memang, tenaga, pikiran dan mata kita terbatas, Tetapi percayalah, bahwa Allah menyediakan segala hal yang melampaui keterbatasan kita. Hanya imanlah yang memungkinkan kita untuk bisa melihat dan merasakan kehadiran-Nya melalui Roh-Nya yang Kudus sehingga kita senantiasa terhibur.
“Sebab orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama burung rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Mereka berlari dan tidak menjadi lesuh, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” ( Yes 40 : 31 ) AMIN…! ( RPM )






















No comments:

Post a Comment