TEGAR DI TENGAH
PUSARAN BADAI
(
Matius 8 : 23 – 27 )
Secara normal, sesungguhnya tidak
ada seorangpun yang menghendaki atau merindukan kehadiran penderitaan dalam
hidupnya. Semua orang akan berusaha untuk tidak menderita, karena penderitaan
itu menyakitkan. Namun demikian, dalam realitanya, penderitaan dapat saja
secara tiba-tiba hadir setiap saat dalam kehidupan siapapun tanpa diduga
apalagi direncanakan. Ia tidak mengenal waktu, tempat dan latar belakang
seseorang. Ia bisa hadir kapan saja dan di mana saja melalui berbagai peristiwa
dalam kehidupan kita; termasuk melalui peristiwa kematian. Kehilangan orang
yang kita kasihi melalui perkara kematian adalah sebuah peristiwa yang tentunya
menyakitkan. Kita bersedih. Kita menangis, dan mungkin kita berteriak, mengapa
semua ini harus terjadi? Kita mengalami
dukacita yang sangat dalam. Dukacita merupakan respon emosional, atau sebagai
tanda atas ketidakrelaan kita melepas kepergiaan orang yang sangat kita kasihi.
Tetapi kita tidak berdaya dan tidak punya kuasa untuk menahannya. Kita bagaikan
tengah terseret ke dalam pusaran badai yang tiba-tiba datang menghempaskan
biduk kehidupan ini. Persoalan silih berganti menghampiri. Kepahitan dan
kesusahan melanda. Kita pun seakan berlayar di lautan lepas; yang gelap gulita
dan sunyi tanpa nahkoda. Ada perasaan gentar menatap masa depan dan bimbang
mengayuh bahtera kehidupan. Dalam situasi demikian, kita tentunya sangat butuh
datangnya pertolongan, tetapi darimana? Selaku orang percaya, marilah kita
merenung sejenak dan belajar melalui
firman-Nya.
Melalui kesaksian Alkitab yang kita
baca pada kesempatan ini, yaitu dari matius 8 : 23 – 27, dikisahkan tentang
pengalaman dan sikap murid-murid Tuhan Yesus dalam menghadapi badai atau angin
ribut. Ketika mereka sedang berlayar, di tengah ketenangan dan kebahagiaan
mereka, sekonyong-konyong datanglah
angin ribut di danau itu. Gelombang besar tiba-tiba menerjang dan badai
menghempaskan perahu mereka. Mengancam keselamatan mereka. Bayang-bayang
kematian menghantuinya. Mereka sangat panik dan takut. Dalam situasi seperti
itu, di tengah kecemasan yang melanda, mereka segera datang berseru kepada
Yesus, katanya: “Tuhan……, Tolonglah…..!”
Lalu Yesuspun menghardik angin ribut
itu sehingga danau itu menjadi teduh kembali. Merekapun selamat. Dan
orang-orang yang menyaksikannya menjadi takjub karena kuasa-Nya.
Saudara-saudara yang
sepengharapan di dalam Kristus Yesus!
Peristiwa “angin ribut
diredahkan” merupakan sebuah pengalaman
rohani yang sangat relevan untuk menjadi
cermin kepada kita saat ini. Tentang bagaimana seharusnya setiap orang
menghadapi dan mengatasi badai kehidupan yang selalu menghiasi perjalanan hidup
ini. Ketika badai hidup datang melanda, ketika dukacita datang menghadang, maka
Yesuslah satu-satunya tempat untuk berseru meminta pertolongan dan
menggantungkan segala harapan kita. Saat kita percaya, maka Ia pun pasti peduli dan melindungi kita.
Memang, Allah kadang mengizinkan cobaan datang kepada kita, dengan maksud untuk
mengasah kepekaan rohani kita agar kita bisa merasakan dan menyadari
kehadiran-Nya. Sekaligus juga untuk membentuk iman dan mental kita menjadi pribadi yang tegar dan kuat. Pribadi
yang selalu bergantung kepada Tuhan, sehingga kita tidak gampang terhanyut oleh
derasnya arus kehidupan.Ya, Tuhan tidak pernah lengah dalam menjaga kita.
Bahkan di saat-saat terberat sekalipun
dalam hidup ini, Dia selalu merangkul kita. Pengalaman pahit pun akan berubah
menjadi pengalaman yang berharga; melahirkan sukacita dan pengharapan untuk
dapat belajar melihat hal-hal positif di balik hal-hal yang menyakitkan
sekalipun. Sebab tidak ada seorang pelaut tangguh yang lahir dari laut yang
tenang. Ia harus ditempa di medan yang penuh dengan gelombang yang menantang.
Kesadaran iman ini tentunya akan
sangat melegakan, menghiburkan dan menguatkan. Bisa saja persoalan kita tidak
lantas selesai dan badai hidup tidak lantas meredah. Walaupun banyak perkara
silih berganti hadir mengombang-ambingkan
pikiran dan perasaan kita, namun satu yang pasti bahwa ketika kita percaya pada
firman-Nya, maka hati kita akan Dia ubah menjadi kuat dan teguh; pikiran kita akan disegarkan menjadi tenang
dan teduh. Sehingga kitapun dimantapkan untuk
berjalan dalam pengharapan dan boleh menyaksikan bagaimana Allah
menyatakan segala rencana-Nya yang terindah. Kitapun boleh senantiasa “ tegar
di tengah pusaran badai” dan berlayar sampai tujuan.
Ya…,yang namanya hidup, tentu saja tidak lepas
dari penderitaan, kesulitan, tantangan dan persoalan. Tetapi dengan kekuatan
iman, kita boleh mengharapkan sesuatu yang lebih indah dari apa yang mungkin
kita pahami dan lihat sebagai sesuatu yang buruk dalam pandangan kita secara
kasat mata. Dalam 2 Korintus 4 : 17
Rasul Paulus berkata,”Sebab penderitaan yang sekarang ini, mengerjakan bagi
kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada
penderitaan kami.”
Menghadapi dukacita yang sedang
melanda saat ini, menghadapi kematian atas orang yang kita kasihi (yang mungkin
menjadi sandaran/harapan keluarga atau dengan kata lain; tulang punggung
keluarga), marilah kita datang berseru meminta pertolongan kepada Tuhan.
Percayalah dengan sungguh bahwa Allah berkuasa atas kehidupan ini; berkuasa
atas dunia orang mati, berkuasa atas dukacita yang kita alami. Dengan demikian,
kita akan beroleh penghiburan dan hati kitapun diberi ketenangan serta tangis
kitapun diredahkan . Yesuslah satu-satunya nahkoda sejati dalam mengarungi
biduk kehidupan ini, baik dalam suka maupun dalam duka.Perkara kematian bukan
untuk ditakuti, atau dihindari, melainkan untuk dihadapi. Ada seorang filsuf
(Martin Heidegger) mengatakan, “kematian adalah merupakan bagian dari
eksistensi (keberadaan) manusia. Tidak ada seorangpun yang bisa
menggantikannya. Setiap orang justru harus menghadapinya. Kesadaraan bahwa
kematian adalah bagian dari hidupnya, dapat membuat setiap orang selalu siap dan tegar
menghadapinya; lebih-lebih kalau ia yakin siapa yang menyertai dirinya menghadapinya.”
Justru melalui perkara kematian kita boleh belajar tentang makna kehidupan.
Yakinlah bahwa oleh penyertaan Allah, melalui kuasa dan kasih- setia-Nya, badai
ini pasti berlalu! Biarlah oleh Roh-Nya yang kudus,segenap keluarga yang
ditinggalkan oleh almarhum, bahkan kita semua yang dilanda duka senantiasa
dihiburkan dan dikuatkan melalui firman-Nya.
*Ilustrasi untuk direnungankan:
Kelelawar adalah jenis
binatang yang memiliki mata faset, yaitu suatu kondisi dimana ia tidak dapat
melihat jauh, apalagi pada malam hari. Uniknya, Tuhan menciptakan kelelawar
justru untuk hidup dan mampu bertahan di tempat yang gelap dan terbang pada
malam hari. Bisa dibayangkan jika kelelawar hanya berpikir bahwa sumber
kekuatannya hanya tergantung pada penglihatan matanya. Ia tidak akan pernah mau
terbang mencari makanannya karena takut menabrak benda-benda yang keras yang
dapat melukainya atau malah membinasakannya. Tapi ternyata Tuhan memberinya
kelebihan lain yang disebut ekolokasi. Yaitu kemampuan untuk dapat
memperkirakan jarak benda dengan memperkirakan pantulan bunyi atau gelombanhg
bunyi yang frekuensinya tinggi. Dengan demikian, kelelawar dapat terbang dengan
cepat tanpa takut menabrak berbagai benda.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan
pasti selalu hadir memperlengkapi ciptaan-Nya sesuai dengan yang ia butuhkan.
Dan jika kelelawar pun Dia perlengkapi, maka Dia pun pasti memperhatikan hidup
kita selaku manusia. Saat kita membutuhkan penghiburan dari-Nya maka Dia pun
pasti berikan. Tuhan pun tidak pernah keliru kalau Dia menempatkan kita di tengah berbagai
persoalan/penderitaan yang ada. Jangan bersedih dan jangan berkecil hati,
banyak hal yang Tuhan sudah persiapkan untuk memperlengkapi dan menolong kita.
Memang, tenaga, pikiran dan mata kita terbatas, Tetapi percayalah, bahwa Allah
menyediakan segala hal yang melampaui keterbatasan kita. Hanya imanlah yang
memungkinkan kita untuk bisa melihat dan merasakan kehadiran-Nya melalui
Roh-Nya yang Kudus sehingga kita senantiasa terhibur.
“Sebab
orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama
burung rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Mereka berlari dan
tidak menjadi lesuh, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” ( Yes 40 : 31 ) AMIN…! ( RPM )
No comments:
Post a Comment