Saturday, June 13, 2015

KETIKA ANAK-ANAK TUHAN BERHASIL



KETIKA ANAK-ANAK TUHAN BERHASIL
Bacaan : Nehemia 2:1-8
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
                Keberhasilan atau kesuksesan, senantiasa menjadi dambaan setiap orang. Tidak seorang pun di dunia ini, yang tidak menginginkan keberhasilan dalam hidupnya. Dalam usaha untuk meraih keberhasilan, ada berbagai macam cara yang dapat digunakan oleh setiap orang. Salah satunya yang terkenal adalah dari Machiavelli: menghalalkan segala cara untuk mencapai keberhasilan. Ini memang adalah salah satu cara untuk mencapai keberhasilan, namun jelas, ini bukan prinsip Alkitab. Ini bukan cara yang dikehendaki Allah. Jika persoalannya demikian, maka, apakah Allah kita adalah Allah yang anti kesuksesan?? Tidak!! Allah kita bukanlah Allah yang anti kesuksesan. Ia menginginkan setiap anak Tuhan berhasil dalam hidupnya. Tetapi satu hal yang paling Ia kehendaki ialah, bahwa keberhasilan yang kita capai itu, kita peroleh melalui cara yang sesuai dengan kehendak-Nya, yaitu yang tidak bertentangan dengan firman-Nya. Dan Nehemia merupakan salah satu contoh dari sekian banyak orang-orang yang telah mencapai keberhasilan, tidak dengan cara-cara yang licik, melainkan dengan bergantung kepada Allah.
 Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Kita akan melihat dan merenungkan bersama, 3 sikap keteladanan dari Nehemia yang dapat membantu kita di zaman sekarang untuk mencapai keberhasilan yang sama, tanpa harus melanggar Firman Tuhan.
Teladan yang pertama adalah, Nehemia mempergunakan kesempatan yang ada dengan bijaksana
Nehemia pertama kali mendengar berita yang menyedihkan tentang Yerusalem yang ada di sana pada bulan kislew, yaitu ketika Hanani, salah seorang saudaranya beserta beberapa orang dari Yehuda, datang ke puri susan dan memberitahukan hal itu kepadanya (1:1). Mendengar berita itu, Nehemia kemudian menangis dan berkabung, berdoa dan berpuasa. Di dalam pergumulan dan keprihatinannya akan nasib bangsanya, Nehemia ingin melakukan sesuatu untuk menolong saudara-saudaranya. Ia ingin melakukan sesuatu untuk memperbaiki nasib bangsanya. Tetapi, bagaimanakah caranya? Nehemia sadar bahwa satu-satunya peluang pertolongan yang bisa dia miliki saat itu untuk menolong  bangsanya adalah melalui raja Artahsasta (1:11). Dari ayat 1 kita dapat melihat, bahwa akhirnya kesempatan bertugas itu tiba pada bulan Nisan, di mana Nehemia mendapat kesempatan untuk melayani dalam suatu pesta minum yang diadakan oleh raja. Menarik untuk kemudian diperhatikan bahwa, dari bulan Kislew saat Nehemia pertama kali mendengar tentang Yerusalem, sampai pada bulan Nisan, saat dia memperoleh kesempatan untuk melayani raja, ada selang waktu selama 4 bulan. Dari 1:4 kita tahu bahwa, dalam masa-masa itu, Nehemia telah melakukan doa dan puasa. Tapi, apakah hanya sekedar berdoa yang dilakukan Nehemia?? Jika kita meneliti dengan cermat, jawaban-jawaban yang diberikan oleh Nehemia, maka kita akan mendapat kesan bahwa jawaban itu begitu terencana, terarah dan sangat jelas. Nehemia telah meminta surat-surat pengantar untuk bupati-bupati sepanjang wilayah yang akan dilaluinya selama perjalanannya ke Yehuda. Ia meminta surat untuk Asaf, pengawas taman raja, guna mendapatkan kayu yang akan digunakan dalam pembangunan. Ia mengetahui dengan jelas, bagian-bagian mana, yang perlu diperbaiki dan dibangun. Kemungkinan besar, ini bukan suatu ide atau pemikiran yang tiba-tiba muncul di dalam pemikiran Nehemia, melainkan ia telah memikirkan dan memformulasikan secara masak hal-hal yang dibutuhkan sehubungan dengan rencana pembangunan Yerusalem.
 Itu berarti bahwa Nehemia telah memanfaatkan dengan sangat baik, masa-masa dukacita yang dialaminya, selama masa penantian 4 bulan. Sehingga, ketika kesempatan itu tiba, maka kesempatan itu tidak dilewatkan dengan begitu saja, tetapi Nehemia memnggunakan kesempatan itu dengan baik.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Jika semut, yang adalah binatang kecil, selalu menggunakan waktunya dengan baik, bagaimana dengan kita selaku manusia yang berakal budi? Apakah kita menggunakan kesempatan dengan baik, selama diberi kesempatan untuk menikmati masa-masa studi? Saat kita diberi kesempatan untuk bekerja dalam pelayanan Tuhan? Saat kita diberi waktu untuk hidup di dunia ini, apakah kita telah menggunakannya dengan bertanggungjawab? Atau kita justru melewatkannya dengan berleha-leha, dengan santai, dan menganut motto “ah.. masih banyak waktu..” atau kita telah mengisinya dengan sebaik mungkin, sambil berserah kepada Tuhan.
Teladan yang kedua adalah, Nehemia menggunakan kata-kata yang bijaksana
Langkah awal telah dilalui Nehemia dengan baik, namun langkah selanjutnya juga membutuhkan hikmat yang bijaksana pula. Kesalahan dalam memberi jawaban, maka akan menghancurkan secara keseluruhan rencana-rencana yang telah dirancang Nehemia. Karena itulah, Nehemia memulai pembicaraannya dengan cara yang sangat bijaksana, dengan mengatakan “Hiduplah raja untuk selamanya”. Barulah kemudian ia kemudian menjelaskan kesedihannya dengan cara dan metode yang sangat baik, dengan mengatakan: “bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api? (2:3). Dari jawaban Nehemia ini, sebenarnya kita langsung dapat menduga bahwa, kota yang Nehemia maksudkan adalah Yerusalem. Namun, dia tidak terang-terangan mengatakan nama kota itu. Ia hanya memberi sedikit informasi. Ia tidak berdusta, tetapi ia memilih kata-kata yang tepat untuk menghindari dampak yang tidak perlu. Dengan demikian, jelas bahwa Nehemia sangat memahami akan kekuatan dari setiap kata-kata yang diucapkan. 
Teladan yang ketiga, sikap yang bijaksana dalam menanggapi keberhasilan
Nehemia tak pernah memandang keberhasilannya itu sebagai hasil dari usahanya sendiri. Nehemia sadar bahwa keberhasilannya hanya dimungkinkan karena campur tangan Allah. Ini terlihat dari sikap yang diperlihatkannya dalam setiap hal yang harus dihadapinya. Dalam 1:11 sebelum ia melaksanakan rencananya, Nehemia terlebih dahulu menaruh seluruh rencananya itu kepada Allah. Nehemia mengakui kedaulatan Allah dalam memberikan keberhasilan pada orang yang dikehendaki-Nya. Sebab itu, ia meminta biarlah Allah berbelas kasihan dengannya dalam keberhasilan ini. Ketika ia berhadapan dengan raja (2:4), dan diperhadapkan dengan suatu situasi yang sulit, disodorkan dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang vital, maka Nehemia berdoa. Ia memohon pimpinan Tuhan. Suatu doa yang singkat, namun cukup menggambarkan sikap Nehemia yang sebenarnya terhadap Allah yang diyakininya sebagai pemberi keberhasilan itu. Suatu sikap di mana Nehemia menyerahkan pikirannya kepada Allah, sebelum ia membuat sebuah jawaban yang sangat penting. Sikap Nehemia dalam memandang keberhasilannya sebagai pemberian Allah, sangat jelas terlihat dalam pengakuan yang diucapkannya dalam ayat 8: “Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku”. Memang dia telah menggunakan kemampuan-kemampuan pribadinya, namun ia tetap mengakui kedaulatan Tuhan sebagai pemberi keberhasilan itu.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Apa yang kita petik dari ketiga poin ini?? Seseorang yang sering melecehkan Allah dengan mengabaikan atau melupakan peran serta Allah di dalam keberhasilannya, suatu kali, mereka akan merasa jatuh. Tetapi seseorang yang selalu mengakui, bahwa di balik kesuksesannya, ada tangan Allah yang telah bermurah hati kepadanya, maka tentu akan terus menerus dipelihara oleh Allah. Jelaslah bahwa, Nehemia dalam keberhasilannya dapat memberi pengakuan bahwa Allahlah yang telah memberikan keberhasilan itu. Apakah setelah kita berhasil, kita menganggap bahwa itu adalah karena kemampuan kita, usaha kita, kerja keras kita dan melupakan bahwa di belakang semua itu, ada berdiri Allah yang berdaulat. Allah yang telah memberi kita kesempatan untuk menikmati hasil
kerja kita, dengan apa yang kita namakan keberhasilan. Karena itu, jika kita mendapat sesuatu, itu karena Tuhan. Jika kita punya sesuatu, semua itu dari pada-Nya. Jika kita berhasil, itu karena pemberian-Nya. Semua itu anugerah yang semata-mata diberikan-Nya kepada kita. AMIN…

No comments:

Post a Comment