KASIH YANG SEMPURNA
(Bacaan :
Yohanes 3:16)
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Allah adalah kasih dan penuh kasih.
Itu adalah hakikat Allah, yang senantiasa Dia nyatakan dalam setiap karya dan
rencana-Nya. Allah tidak pernah menyatakan kehendak-Nya, tanpa di dalamnya ada
kasih yang luar biasa. Meskipun terkadang kehendak Allah itu, dinyatakan dengan
sebuah tindakan yang nampaknya membuat kita sakit, namun selalu pada akhirnya,
kita akan melihat dan menyaksikan, bahwa ternyata semua yang Allah nyatakan
itu, semata-mata untuk menyatakan cinta kasih-Nya yang begitu besar kepada
semua ciptaan-Nya. Dalam cinta kasih-Nyalah, Allah menciptakan langit dan bumi
serta sekalian isinya. Dengan cinta kasih-Nyalah, Dia menciptakan manusia
seturut gambar dan rupa-Nya sendiri. Dengan cinta kasih-Nyalah, Dia tetap
berinisiatif untuk kembali memanggil dan menyelamatkan manusia, meskipun
manusia telah memberontak terhadap diri-Nya. Dengan cinta kasih-Nyalah, Dia
kemudian memilih dan membebaskan Israel untuk keluar dari tanah Mesir, dari
tempat perbudakan, untuk dijadikan umat kepunyaan-Nya. Dengan cinta kasih-Nya
jugalah, sehingga pada akhirnya, Allah pun mengutus anak-Nya yang tunggal untuk
menjadi penyelamat dan penebus dosa bagi manusia, ketika manusia tidak dapat
lagi bisa melihat dan mengenal Allah yang telah dikhianati oleh manusia. Jelas,
semuanya hanya karena kasih Allah, sehingga apa yang kita alami dan rasakan
hari ini, boleh kita alami sebagaimana adanya. Puncak dari kasih yang telah
Tuhan nyatakan itulah, yang kemudian membuat Allah berinisiatif untuk
menyelamatkan manusia. Poin inilah yang kemudian menjadi sorotan dalam bacaan
kita hari ini dari Yohanes 3;16. Pembacaan ini menunjukkan dan menyaksikan,
jika Allah dalam segala keberadaan dan kebesaran-Nya, tetap bersedia untuk
menjumpai manusia yang telah berkhianat dan memberontak terhadap Allah. Dalam
sejarah perjalanan manusia yang disaksikan oleh Alkitab, kita diperhadapkan
pada berbagai kisah-kisah Alkitab yang menyoroti kehidupan dan “kesukaan”
manusia untuk hidup melawan Allah, dibanding hidup dalam kehendak Allah. Semua
perlawanan manusia ini, dimulai dalam cerita pelanggaran manusia terhadap
ketetapan Allah dalam Kejadian 3. Sejak saat itu, manusia telah hidup dengan
jalan dan pilihannya sendiri. Namun sungguh mengherankan, meski manusia telah
meninggalkan dan memberontak terhadap Allah, Alkitab menyatakan kepada kita,
jika Allah tetap sudi untuk datang dan memanggil manusia untuk kembali memulai
relasi yang telah dirusak, untuk kembali ditata dan dibangun kembali dalam
kasih dan penyertaan-Nya. Dalam upaya
penataan relasi yang dilakukan oleh Allah, toh pada akhirnya, manusia tetap
gagal dalam menjalaninya. Justru sebaliknya, manusia tetap keras kepala dan
justru mulai membatasi penyelamatan yang Allah karuniakan itu, hanya untuk
kelompok tertentu saja (Israel). Kegagalan manusia inilah, yang kemudian membuat Allah memakai cara yang lain untuk
menjumpai manusia. Allah memutuskan untuk mengaruniakan Anak-Nya sendiri, untuk
pemulihan relasi
dengan Allah. Jelas, semua karya dan tindakan Allah itu,
didasarkan pada kasih dan kekuasaan-Nya. Berbagai cara telah dilakukan oleh
Allah, untuk kembali menerima manusia sebagai umat kepunyaan-Nya, sehingga Dia
memutuskan untuk menyempururnakan tindakan kasih-Nya, dengan mengaruniakan
anak-Nya yang tunggal, demi penyelamatan manusia. Ya, dengan kedatangan anak-Nya,
maka kita dengan jelas, bisa menyaksikan, bagaimana Allah benar-benar
menyempurnakan kasih dan cinta-Nya kepada setiap orang yang mau percaya
kepada-Nya.
Saudara-saudara yang
sama dikasihi Tuhan,
Mengapa kasih Allah dalam perikop
ini disebut sebagai kasih yang sempurna? Ada berbagai jawaban yang bisa kita
renungkan dan pikirkan secara bersama-sama, namun paling tidak, kita bisa
melihat beberapa hal berikut yang dapat membuat kita selalui menyadari, jika
Allah telah menyempurnakan kasih-Nya kepada kita.
- Kasih Allah disebut kasih yang sempurna, karena kasih dan penyertaan-Nya itu tidak pernah terbatas dalam menemani manusia dalam segala keberadaannya. Apapun keadaan yang sementara dialami, Tuhan tetap senantiasa mengaruniakan kasih-Nya kepada kita. Poin ini akan semakin jelas bagi kita, jika kita sejenak mau merenungkan perjalanan kehidupan yang telah kita alami. Kita tidak bisa memungkiri, jika Allah selalu setia menyatakan kasih dan penyertaan itu kepada kita. Mari membuka mata hati, dan memperhatikan keberadaan kita sekarang, bukankah banyak hal yang luar biasa, yang telah Tuhan karyakan untuk kita! itu karena Allah selalu setia menyatakan kasih-Nya.
- Kasih Allah disebut kasih yang sempurna karena kita senantiasa diperhadapkan pada kenyataan, bahwa meskipun manusia selalu memberontak terhadap diri-Nya, toh Allah tetap mau membuka diri-Nya untuk menerima dan kembali merangkul manusia ciptaan-Nya. Poin ini akan semakin jelas kepada kita, jika kita mau melihat kesaksian-kesaksian iman yang Alkitab nyatakan kepada kita. Kita melihat, bagaimana umat Allah senantiasa gagal dalam menjalani hidup dalam Tuhan, tapi Dia tetap bersedia mendidik dan membimbing umat-Nya pada kebenaran. Hal yang sama juga terjadi dalam perjalanan hidup kita. Kita mau mengakui atau tidak, kita tidak dapat menyangkali jika kita sering memberontak dan menjauh dari Allah, melalui sikap dan tindakan kita setiap hari. Namun kasih Allah yang sempurna itu, tetap terbuka bagi setiap orang yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya.
- Kasih Allah disebut kasih yang sempurna karena Dia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, untuk menjadi jalan keselamatan bagi semua makhluk-Nya. Ya, Allah menyempurnakan misi penyelamatan-Nya bagi dunia dengan mengutus Putera-Nya, sebagai jembatan bagi manusia untuk lepas dari perbudakan dan kutuk dosa. Dia telah menjadi manusia pertama, yang mengalahkan kematian, sebagai simbol kemenangan Allah atas maut. Kini, kita telah hidup dalam kuasa dan penyertaan-Nya. Kuasa dan kutuk dosa, tidak lagi menjajah dan berkuasa. Allah telah melepaskan kutuk dosa itu di kayu salib. Dan lebih lanjut dari itu, pembacaan kita hari ini, kembali menegaskan kepada kita, bahwa penyermpurnaan kasih Allah itu, semakin jelas dengan memberi jaminan akan kehidupan yang kekal dan bebas dari kebinasaan. Ya, dengan kasih yang sempurna itulah, Allah telah memberikan setiap hal yang dibutuhkan manusia. Dia tidak hanya memenuhi setiap kebutuhan kita di dunia ini, namun Allah juga menjaminkan akan kebutuhan kita, di masa yang akan datang, dalam kekekalan dengan Tuhan. Namun dengan satu syarat, bahwa kita mesti bersedia untuk hidup dengan rendah hati, dan percaya kepada Allah dengan segenap hati.
Saudara-saudara
yang sama dikasihi Tuhan,
Kita telah melihat dan menyaksikan,
bagaimana Allah telah menyatakan setiap karya dan tindakan-Nya untuk
menyelamatkan seluruh isi dunia. Kita telah bersama melihat akan penyemurnaan
kasih, yang telah Allah berikan. Karena itu, tidak ada lagi alasan bagi kita,
untuk mempertanyakan, atau pun menyangsikan, apakah Allah mengasihi saya atau
tidak? Jelas, bahwa Allah senantiasa mengasihi dan mau memberkati kita, jika
kita senantiasa hidup dalam kehendak-Nya. Terlebih, ketika kita menyadari akan
kehidupan kekal yang telah Dia
janjikan dan jaminkan kepada setiap orang yang mau
percaya kepada-Nya, maka tidak ada lagi alasan untuk khuwatir, takut dan
gelisah dalam menjalani hidup ini. Perkara hidup apapun yang sementara kita
alami saat ini, termasuk kematian yang dialami oleh orang yang kita kasihi,
tidaklah harus membuat kita sakit dan putus asa yang berkepanjangan, karena
kita tahu dan meyakini dengan mata iman, bahwa Allah telah menyediakan tempat
yang layak bagi dirinya. Allah sudah menyempurnakan kasih-Nya, maka tidak ada
lagi alasan untuk hidup jauh dari penyertaan dan kehendak-Nya. Allah telah
menunjukkan kasih-Nya yang begitu sempurna bagi kita, maka baiklah, kita juga
mau mengasihi Allah dengan segenap hati kita. AMIN.
No comments:
Post a Comment