Sunday, June 7, 2015

KASIH YANG SEMPURNA



KASIH YANG SEMPURNA
(Bacaan : Yohanes 3:16)
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Allah adalah kasih dan penuh kasih. Itu adalah hakikat Allah, yang senantiasa Dia nyatakan dalam setiap karya dan rencana-Nya. Allah tidak pernah menyatakan kehendak-Nya, tanpa di dalamnya ada kasih yang luar biasa. Meskipun terkadang kehendak Allah itu, dinyatakan dengan sebuah tindakan yang nampaknya membuat kita sakit, namun selalu pada akhirnya, kita akan melihat dan menyaksikan, bahwa ternyata semua yang Allah nyatakan itu, semata-mata untuk menyatakan cinta kasih-Nya yang begitu besar kepada semua ciptaan-Nya. Dalam cinta kasih-Nyalah, Allah menciptakan langit dan bumi serta sekalian isinya. Dengan cinta kasih-Nyalah, Dia menciptakan manusia seturut gambar dan rupa-Nya sendiri. Dengan cinta kasih-Nyalah, Dia tetap berinisiatif untuk kembali memanggil dan menyelamatkan manusia, meskipun manusia telah memberontak terhadap diri-Nya. Dengan cinta kasih-Nyalah, Dia kemudian memilih dan membebaskan Israel untuk keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan, untuk dijadikan umat kepunyaan-Nya. Dengan cinta kasih-Nya jugalah, sehingga pada akhirnya, Allah pun mengutus anak-Nya yang tunggal untuk menjadi penyelamat dan penebus dosa bagi manusia, ketika manusia tidak dapat lagi bisa melihat dan mengenal Allah yang telah dikhianati oleh manusia. Jelas, semuanya hanya karena kasih Allah, sehingga apa yang kita alami dan rasakan hari ini, boleh kita alami sebagaimana adanya. Puncak dari kasih yang telah Tuhan nyatakan itulah, yang kemudian membuat Allah berinisiatif untuk menyelamatkan manusia. Poin inilah yang kemudian menjadi sorotan dalam bacaan kita hari ini dari Yohanes 3;16. Pembacaan ini menunjukkan dan menyaksikan, jika Allah dalam segala keberadaan dan kebesaran-Nya, tetap bersedia untuk menjumpai manusia yang telah berkhianat dan memberontak terhadap Allah. Dalam sejarah perjalanan manusia yang disaksikan oleh Alkitab, kita diperhadapkan pada berbagai kisah-kisah Alkitab yang menyoroti kehidupan dan “kesukaan” manusia untuk hidup melawan Allah, dibanding hidup dalam kehendak Allah. Semua perlawanan manusia ini, dimulai dalam cerita pelanggaran manusia terhadap ketetapan Allah dalam Kejadian 3. Sejak saat itu, manusia telah hidup dengan jalan dan pilihannya sendiri. Namun sungguh mengherankan, meski manusia telah meninggalkan dan memberontak terhadap Allah, Alkitab menyatakan kepada kita, jika Allah tetap sudi untuk datang dan memanggil manusia untuk kembali memulai relasi yang telah dirusak, untuk kembali ditata dan dibangun kembali dalam kasih dan penyertaan-Nya.  Dalam upaya penataan relasi yang dilakukan oleh Allah, toh pada akhirnya, manusia tetap gagal dalam menjalaninya. Justru sebaliknya, manusia tetap keras kepala dan justru mulai membatasi penyelamatan yang Allah karuniakan itu, hanya untuk kelompok tertentu saja (Israel). Kegagalan manusia inilah, yang kemudian  membuat Allah memakai cara yang lain untuk menjumpai manusia. Allah memutuskan untuk mengaruniakan Anak-Nya sendiri, untuk pemulihan relasi
dengan Allah. Jelas, semua karya dan tindakan Allah itu, didasarkan pada kasih dan kekuasaan-Nya. Berbagai cara telah dilakukan oleh Allah, untuk kembali menerima manusia sebagai umat kepunyaan-Nya, sehingga Dia memutuskan untuk menyempururnakan tindakan kasih-Nya, dengan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, demi penyelamatan manusia. Ya, dengan kedatangan anak-Nya, maka kita dengan jelas, bisa menyaksikan, bagaimana Allah benar-benar menyempurnakan kasih dan cinta-Nya kepada setiap orang yang mau percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara yang sama dikasihi Tuhan,
                Mengapa kasih Allah dalam perikop ini disebut sebagai kasih yang sempurna? Ada berbagai jawaban yang bisa kita renungkan dan pikirkan secara bersama-sama, namun paling tidak, kita bisa melihat beberapa hal berikut yang dapat membuat kita selalui menyadari, jika Allah telah menyempurnakan kasih-Nya kepada kita.
  1. Kasih Allah disebut kasih yang sempurna, karena kasih dan penyertaan-Nya itu tidak pernah terbatas dalam menemani manusia dalam segala keberadaannya. Apapun keadaan yang sementara dialami, Tuhan tetap senantiasa mengaruniakan kasih-Nya kepada kita. Poin ini akan semakin jelas bagi kita, jika kita sejenak mau merenungkan perjalanan kehidupan yang telah kita alami. Kita tidak bisa memungkiri, jika Allah selalu setia menyatakan kasih dan penyertaan itu kepada kita. Mari membuka mata hati, dan memperhatikan keberadaan kita sekarang, bukankah banyak hal yang luar biasa, yang telah Tuhan karyakan untuk kita! itu karena Allah selalu setia menyatakan kasih-Nya.
  2. Kasih Allah disebut kasih yang sempurna karena kita senantiasa diperhadapkan pada kenyataan, bahwa meskipun manusia selalu memberontak terhadap diri-Nya, toh Allah tetap mau membuka diri-Nya untuk menerima dan kembali merangkul manusia ciptaan-Nya. Poin ini akan semakin jelas kepada kita, jika kita mau melihat kesaksian-kesaksian iman yang Alkitab nyatakan kepada kita. Kita melihat, bagaimana umat Allah senantiasa gagal dalam menjalani hidup dalam Tuhan, tapi Dia tetap bersedia mendidik dan membimbing umat-Nya pada kebenaran. Hal yang sama juga terjadi dalam perjalanan hidup kita. Kita mau mengakui atau tidak, kita tidak dapat menyangkali jika kita sering memberontak dan menjauh dari Allah, melalui sikap dan tindakan kita setiap hari. Namun kasih Allah yang sempurna itu, tetap terbuka bagi setiap orang yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya.
  3. Kasih Allah disebut kasih yang sempurna karena Dia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, untuk menjadi jalan keselamatan bagi semua makhluk-Nya. Ya, Allah menyempurnakan misi penyelamatan-Nya bagi dunia dengan mengutus Putera-Nya, sebagai jembatan bagi manusia untuk lepas dari perbudakan dan kutuk dosa. Dia telah menjadi manusia pertama, yang mengalahkan kematian, sebagai simbol kemenangan Allah atas maut. Kini, kita telah hidup dalam kuasa dan penyertaan-Nya. Kuasa dan kutuk dosa, tidak lagi menjajah dan berkuasa. Allah telah melepaskan kutuk dosa itu di kayu salib. Dan lebih lanjut dari itu, pembacaan kita hari ini, kembali menegaskan kepada kita, bahwa penyermpurnaan kasih Allah itu, semakin jelas dengan memberi jaminan akan kehidupan yang kekal dan bebas dari kebinasaan. Ya, dengan kasih yang sempurna itulah, Allah telah memberikan setiap hal yang dibutuhkan manusia. Dia tidak hanya memenuhi setiap kebutuhan kita di dunia ini, namun Allah juga menjaminkan akan kebutuhan kita, di masa yang akan datang, dalam kekekalan dengan Tuhan. Namun dengan satu syarat, bahwa kita mesti bersedia untuk hidup dengan rendah hati, dan percaya kepada Allah dengan segenap hati.
Saudara-saudara yang sama dikasihi Tuhan,
Kita telah melihat dan menyaksikan, bagaimana Allah telah menyatakan setiap karya dan tindakan-Nya untuk menyelamatkan seluruh isi dunia. Kita telah bersama melihat akan penyemurnaan kasih, yang telah Allah berikan. Karena itu, tidak ada lagi alasan bagi kita, untuk mempertanyakan, atau pun menyangsikan, apakah Allah mengasihi saya atau tidak? Jelas, bahwa Allah senantiasa mengasihi dan mau memberkati kita, jika kita senantiasa hidup dalam kehendak-Nya. Terlebih, ketika kita menyadari akan kehidupan kekal yang telah Dia
janjikan dan jaminkan kepada setiap orang yang mau percaya kepada-Nya, maka tidak ada lagi alasan untuk khuwatir, takut dan gelisah dalam menjalani hidup ini. Perkara hidup apapun yang sementara kita alami saat ini, termasuk kematian yang dialami oleh orang yang kita kasihi, tidaklah harus membuat kita sakit dan putus asa yang berkepanjangan, karena kita tahu dan meyakini dengan mata iman, bahwa Allah telah menyediakan tempat yang layak bagi dirinya. Allah sudah menyempurnakan kasih-Nya, maka tidak ada lagi alasan untuk hidup jauh dari penyertaan dan kehendak-Nya. Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang begitu sempurna bagi kita, maka baiklah, kita juga mau mengasihi Allah dengan segenap hati kita. AMIN.    











No comments:

Post a Comment